SEO page contents SEO page contents GIF CUMMING ~ VIDIO SEX KUNJUNGI KAMI LEBIH BANYAK VIDEO YANG MENARIK HANYA DI WWW.GAJAHQQ.COM DARI AYO BURUAN KUNJUNGI WEBNYA YA NANTI KAMI AKAN SELALU UPDATE :D

Bonus 10% untuk member baru

Wednesday, August 22, 2018

GIF CUMMING

GIF CUMMING FIRST TIME


VIDIO SEX - Tuntas ku mengantarkan Pak Alvin yg 1/2 mabuk lantaran bersenang-senang di club malam, ku picu kendaraan dengan kecepatan tengah menuju tol dari arah Pondok Indah. Waktu udah memperlihatkan jam 02 : 30 pagi, jalan demikian sepi lantaran malam serta hujan yg tidak kunjung berhenti. 




“Besok Jakarta tentunya banjir nih, hujan sepanjang hari gini…” gumamku dalam hati. 


Kurang lebih 100 mtr. selesai melalui Pondok Indah Plaza, saya memandang suatu sedan menepi dengan kap mesin yg terbuka. Saya lantas tanpa fikir panjang selekasnya berhenti di belakang mobil itu, bermaksud buat menolong. “Mana bisa saja ada orang jahat pura-pura mohon tolong jam segini di tengah hujan lebat, dengan mobil yg tambah mahal dari mobil yg ku bawa pula malah…” Pikirku dalam hati. 




Selekasnya ku mengambil payung pada sisi belakang mobil, serta mendekati si pemilik mobil yg tengah berdiri sembari memegangi payung di muka kap mobil itu.

“Kenapa mobilnya, pak? Ada yg dapat saya bantu? ” Tanyaku ramah sembari mengerenyitkan dahi, sinar yg redup serta hujan yg cukuplah deras, membuatku susah memandang si pemilik mobil yg dikit tertutup payung.

“Ini, Mas. Mogok, nggak tau kenapa…” Jawabnya lambat. Saya lantas kaget lantaran nyata-nyatanya ia seseorang wanita, dari suaranya terdengar belum pula sangat tua. Bisa saja kurang lebih 30 tahunan.

“Oh, maaf mbak nggak review, kirain cowok, hehehe…” Balasku buat memecah kekakuan. “Coba sesaat saya review, kebetulan saya tahu mesin kok…”

Wanita itu memersilahkan saya buat mengatasi mobilnya. Saya lantas repot memperhatikan serta mencari tahu soal sampai mobil itu tak mau menyala.

“Kenapa tidak telephone asuransi atau tukang derek saja, mbak? ” Kataku sembari terus fokus pada mesin mobilnya. 




“Maunya sich begitu, namun handphone saya mati semua, Mas. Batrenya abis…” Jawabnya memelas. Suaranya udah parau, nampaknya ia barusan menangis.

“Kalau saya teliti sich, nggak ada soal apa-apa, mbak. Saya bingung juga bila liatnya di tempat gelap serta hujan lebat gini…” Jelasku singkat. “Saya pinjamkan handphone buat menelpon asuransi atau tukang derek saja ya, mbak. Bagaimana? ” Tawarku kepadanya. Ia cuma mengangguk lambat.

“Makasih ya, Mas…” Tuturnya kala ku berlalu menuju mobil buat ambil handphone ku.


“Ini Mbak…” Kataku sembari menyerahkan handphone bututku yg bahkan juga tidak miliki camera itu.

Wanita itu mencapai ponselku serta ambil sepucuk kartu nama dari dompetnya. Saya dikit mencegah dari diri kala ia tengah menelpon selesai saya tutup kembali kap mesinnya.

Tidak lama setalah itu, “Ini mass… Terima kasih banyak ya. Saya udah menelpon tukang derek agar mobilku dapat diangkut ke bengkel…”


“Iya, mbak saling. Mbak pengin pulang kemana emangnya? ”


“Ke Pondok Labu, Mas…” Jawabnya singkat. Sebelumnya saya mau tawarkan diri buat mengantarnya pulang, namun langsung ku urungkan tekad itu lantaran sangat percaya ia bakal menampik, bisa saja ia takut bakal ku perkosa.


“Saya temani di tempat ini ya mbak sampai tukang dereknya ada. Ketimbang sendirian, bila ada orang jahat, dapat repot…” Tawarku.


“Gak mesti susah-susah, mas. Udah dipinjamkan handphone saja cukup sudah kok. ”


“Gapapa kok, mbak. Saya juga bawa pula mobil, tau lah terasa bagaimana seperti mbak gini. ” Balasku tenang. “Ini, ini KTP saya, kalau-kalau mbak takut saya melakukan hal jahat, sangat nggak mbak tau jati diri saya…” Ujarku sembari menyodorkan KTP dari dalam dompetku.


Ia lantas tersenyum, “Tidak butuh, mas. Saya tau kok mas orang baik serta tidak ada tekad jahat. ”


“Ya udah bila demikian saya temani ya. ”


Wanita itu lantas mengangguk.


“Mbak lebih baik duduk didalam mobil, ketimbang kebasahan mengenai hujan gini…” Saranku kepadanya. “Saya temani di tempat ini saja. ”


“Ya tidak dong, mas. Periode saya di mobil, mas diluar. ”


“Kalau demikian, nantikan di mobil saya saja mbak. Supaya saya hidupkan mesinnya, menjadi ada AC serta lampunya. Bagaimana? ”

Ia lantas menyepakati ideku.


Kami berdua lantas masuk ke mobil. Ia duduk di kursi depan, serta saya duduk di sampingnya di kursi pengemudi. Selesai lampu dalam mobil ku hidupkan, baru ku dapat memandang dengan jelas wanita cantik yg tengah duduk disebelahku ini. 

FIRST TIME


Tubuhnya cukuplah seimbang, dengan rambut hitam panjang sepunggung, celana jeans hitam ketat serta kaos putih yg tertutupi jaket coklat tampak cocok dengan muka manisnya. Hidung mancung, kulit putih serta bibir kurangnya menaikkan kecantikannya, ditambah lagi kala ia tengah tersenyum.

“Mbak siapa namanya? ” Tanyaku.

“Gisella, mas. Bila mas? ”

“Aku Shandy, mbak…”

“Gak mesti pakai mbak, Gisell saja mas.. ”

“Jangan gunakan mas juga bila begitu, Shandy saja…”


Ia lantas ketawa kecil dengar jawabanku.


“Kamu seperti habis menangis, mengapa sell? ” Tanyaku.


Gisell terdiam sembari memandangi kaca depan mobil.


“Maaf bila saya lancang, cuma bertanya…” Tambahku risau ia tersinggung dengan pertanyaanku baru saja.


“Enggak kok, Shan. Saya lelah saja, lagi banyak soal, serasi pengin pulang eh mobil jadi mogok. Membuat perasaan kian nggak karuan…” Katanya.

“Banyak bersabar bila begitu, bisa saja benar-benar lagi banyak cobaannya. Siapa tau besok jadi banyak rejekinya. ” Hiburku seadanya. Gisell lantas dikit tersenyum.


Percakapan lantas mengalir, tanpa disuruh Gisell lantas ceritakan soal yg tengah dihadapinya. Orang tuanya tengah dalam proses bercerai, pacarnya pergi meninggalkannya lantaran ia sangat repot bekerja serta mengatur soal ke dua orang tuanya. Gisell sendiri seseorang karyawan di perusahaan tambang yg kantornya terdapat di bilangan Pondok Indah. Lulusan kampus jurusan hukum.


Tidak merasa, hampir satu jam kami bercakap ke sana kemari, hingga akhirnya mobil derek ada. Gisell lantas selekasnya isi formulir yg dikasihkan, lantas masuk kembali pada dalam mobilku.


“Terima kasih banyak ya Shan udah membantu…” Katanya demikian masuk ke mobilku.

“Iya saling, Sell. Saya antar ke rumah ya, bagaimana? ”

“Kamu benar-benar pulang kemana? Jangan sampai deh, takut ngerepotin…”

“Enggak kok, kebetulan rumah ku di Cinere. Menjadi searah kan sama rumahmu? ”


“Oh ya? Iya deh bila begitu, lagi terimakasih ya. Sudah ditolongin pinjem handphone, saat ini ditolongin sampai dianterin…”


“Udah, tenang aja…” Balasku.


Hari udah makin pagi, hujan udah tuntas berpindah kabut tipis yg menutupi jalan. Tidaklah sampai 1/2 jam perjalanan, kami udah mendekati arah.


“Rumah kamu di mana, Sell? ” Tanyaku.

Gisell lantas memperlihatkan arah ke tempat tinggalnya. Saya dengan cermat menyopir, tidak cuman lantaran mata yg udah letih juga perasaan kantuk yg makin ada.

Tidaklah terlalu sukar mencari tempat tinggalnya lantaran terdapat dipinggir jalan. Rumah besar yg modern itu tampak gelap tanpa sinar benar-benar di dalamnya.

“Sepi banget, kamu tinggal sendiri? ”


“Iya, udah lama saya tinggal sendiri disini. Orang tuaku tinggal dalam rumah yg di Kelapa Gading. Itu lantas nggak tau masihlah serumah atau sudah pisah…” Jawabnya dikit jengkel.

Saya lantas tidak berani buat banyak ajukan pertanyaan.

Selesai pintu gerbang yg dapat di buka automatic dengan remote dari dalam tas Gisell terbuka, mobilku lantas ku input lantas parkir di muka pintu masuk tempat tinggalnya.

CUMMING FIRST TIME


Rumah bergaya minimalis, dua lantai dengan cat berwarna putih tampak suram tanpa penghuni, kebun kecil di depannya lantas kurang tertangani lantaran banyak tanaman yg mati serta layu.

“Akhirnya sampai…” Ucapku sembari menarik rem mobilku.

“Iya nih. Shan, sudah hampir pagi. Kamu nggak pengin tidur dahulu saja di rumahku? Besok pagi baru pulang. Ketimbang kenapa-kenapa di jalan lantaran ngantuk…” Bertanya Gisell.

“Enggak apakah apa kok, sudah biasa banget nyetir jam segini, namanya juga supir hehehe…” jawabku enjoy. Walau sebenarnya dalam hati mau sekali saya numpang tidur di tempat tinggalnya. Sayangnya saya terasa tidak enak hati buat terima tawarannya.

Akan tetapi berlainan dengan Gisell, ia memaksa diriku buat bermalam. “Anggap saja saya bayar utang budi lantaran kamu udah menolong aku…. ” Demikian beberapa kalimatnya buat membujukku.

Saya lantas luluh serta terima tawarannya.

Saya mengharap Gisell buat berdiri, ku tarik tangannya perlahan-lahan, mengarahkannya ke luar kamar. Saya menuju sofa di area TV tempat tinggalnya. Sofa empuk berbalut kulit coklat dengan ukuran yg lumayan besar buat permainan liar kita berdua.

Saya duduk serta memberikan isyarat Gisell buat duduk di atasku. Kesempatan ini posisinya memunggungi diriku. Saya demikian tertarik pada tempat itu lantaran dapat dengan leluasa meremas pantatnya serta lihat bagaimana penisku terlahap vaginanya dengan rakus.

Dengan tenaga yg tersisa, Gisell menggenjot penisku lagi. Tubuhnya tampak benar-benar indah kala menyatu dengan tubuhku. Ringkuhan badan Gisell kala membendung kesenangan membuatku gairahku tidak kunjung padam.

“Shandyyyy, enak bangetttt. Kamu kok kuat bangettt… Ohhh ssshhhhh nggak keluar keluar sshhhhhh dari tadiiii…” Racau Gisell.

Saya lantas membiarkan Gisell mempermainkan penisku didalam vaginanya. Merasa kedutan kencang didalam vaginanya yg menaikkan kesenangan di penisku.

“Urrghhh, Shannnn…. ” Desis Gisell.

Makin lama, penisku merasa makin sesak lantaran dorongan sperma yg sudahlah tidak sabar buat keluar bebas. Ku pegangi pantat Gisell serta ku kontrol genjotannya supaya makin cepat.

Hisapan kuat vaginanya membuatku tidak kuasa membendung lebih lama.

“Aku pengin keluar, Selll…. ” Ucapku berbisik lambat.

Serta benar saja, beberapa saat lantas penisku memuntahkan sperma beberapa kali. Membuatku lemas tidak berkapasitas kala itu juga.

“Arrggghhh, sellll!!! ” Teriakku kala orgasme sembari menarik tubuhnya serta meremas payudaranya. Rupanya Gisell lantas orgasme, 4x ia meraih puncak, ku sangat percaya udah tidak berkapasitas lagi tubuhnya.

Gisell lantas menjatuhkan dirinya sendiri ke sampingku. Ku lihat kondom yg menancap di penisku dikit menggembung lantaran banyak sperma yg keluar. Dengan perlahan-lahan ku tarik kondom supaya tidak ada cairan kenikmatanku yg tumpah.

“Kamu gila…” Bisik Gisell. Kepalanya menghadap ke jendela, matanya terpejam, akan tetapi kalimat itu tidak dapat ia tahan tidak untuk dikatakan.


“Baru kesempatan ini saya main sekian lama ini, serta seenak ini. Tukar tukar jenis juga. OK banget lah kamu…” Puji Gisell lagi. Saya cuma menengok sesaat serta tersenyum.

Ku angkat badan Gisell yg lemas tidak berkapasitas itu ke kamar ku lagi. Ku baringkan serta ku selimuti, lantas saya turut berbaring di sebelahnya.


Hari udah jelas lantaran matahari yg terbangun dari tidur lelapnya. Kesempatan ini giliran kami beristirahat sembari nikmati bekas sisa kesenangan duniawi yg barusan kami temukan terus-menerus.

Ku dekap badan Gisell, ku kecup lehernya dari belakang. Kami lantas terlelap.

0 comments: