SEO page contents SEO page contents CONVULSIVE ANAL ~ VIDIO SEX KUNJUNGI KAMI LEBIH BANYAK VIDEO YANG MENARIK HANYA DI WWW.GAJAHQQ.COM DARI AYO BURUAN KUNJUNGI WEBNYA YA NANTI KAMI AKAN SELALU UPDATE :D

Bonus 10% untuk member baru

Monday, August 6, 2018

CONVULSIVE ANAL

CONVULSIVE ANAL ORGASM


VIDIO SEX- Sempat saya menangis semalaman serta mengurung diri didalam kamar cuma lantaran Mbak Indira menikah. Saya tidak ikhlas Mbak Indira jadi punya orang-orang. Saya tidak suka dgn suaminya. Saya tidak suka dgn kebanyakan orang yg bahagia menyaksikan Mbak Indira diambil orang-orang. 1/2 mati Papa serta Ibu mengajak dan menghiburku. Bahkan juga Mbak Indira menjanjikan beraneka macam supaya saya tidak selalu menangis. Memang tingkahku tidak ubahnya seseorang anak balita. 




Tangisanku baru berhenti selesai Papa berjanji akan membelikanku motor. Walau sebenarnya saya sudaH miliki mobil. Akan tetapi sudah lama saya mau dibelikan motor. Cuma saja Papa belumlah dapat membelikannya. Jikalau mengingat peristiwa itu memang menggelikan sekali. Bahkan juga saya hingga sampai ketawa sendiri. Habis lucu sich.., Soalnya waktu Mbak Indira menikah, umurku telah 21 tahun. 




Hampir lupa, Sekarang ini saya masih tetap kuliah. Serta kebetulan sekali saya kuliah di satu diantaranya perguruan tinggi swasta yg cukuplah indah. Di universitas, memang ada seseorang wanita yg perhatiannya padaku demikian besar sekali. Akan tetapi saya betul-betul tidak tertarik kepadanya. Serta saya tetap menganggap menjadi kawan biasa saja. Walau sebenarnya banyak kawan-kawanku, terlebih yg laki-laki katakan jikalau wanita itu menaruh hati padaku.


Ucap saja namanya Lidya. Miliki wajab cantik, kulit yg putih seperti kapas, tubuh yg ramping serta padat berisi dan dada yg membusung dgn ukuran lumayan besar. Memang banyak laki-laki yg menaruh hati serta berharap cintanya. Akan tetapi Lidya malahan menaruh hati padaku. Sedang saya sendiri betul-betul tidak perduli, konsisten menganggap cuma kawan biasa saja. Akan tetapi Lidya kelihatannya juga tidak perduli. Perhatiannya padaku malahan semakin tambah besar saja. Bahkan juga dia seringkali main ke rumahku, Papa serta Ibu juga puas serta mengharapkan Lidya kemungkinan kekasihku. 




Begitu pula dgn Mbak Lisa, amat sesuai sekali dgn Lidya Akan tetapi saya konsisten tidak tertarik kepadanya. Ditambah lagi hingga sampai sayang. Anehnya, hampir semua kawan menyampaikan jikalau saya telah pacaran dgn Lidya, Walau sebenarnya saya terasa tidak sempat pacaran dgnnya. Hubunganku dgn Lidya memang akrab sekali, kendati tidak dapat disebutkan berpacaran.


Seperti rata-rata, sehari-hari Sabtu sore saya tetap ajak Bobby, anjing pudel kesayganku berjalan-jalan memutari Monas. Perlu tahu, saya mendapat anjing itu serta Mas Herlambang, suaminya Mbak Indira. Lantaran pemberiannya itu saya jadi tertarik pada Mas Herlambang. Walau sebenarnya pada mulanya saya tidak suka sekali, lantaran memandang Mas Herlambang sudah merampas Mbak Indira serta sisiku. Saya memang simpel sekali disogok. Ditambah lagi oleh suatu yg saya senangi. Lantaran sikap serta tabiat sehari-hariku masih tetap, serta saya belumlah dapat punya sikap atau berfikir lewat cara dewasa.


Tanpa disangka betul-betul, saya berjumpa dgn Lidya. Akan tetapi dia tidak sendiri. Lidya berbarengan Mamanya yg umurnya bisa saja seangkatan dgn Ibuku. Saya tidak canggung lagi, lantaran sudah sama-sama mengetahui. Serta saya tetap memanggilnya Tante Amanda.


“Bagus sekali anjingnya.. ”, piji Tante Amanda.

“Iya, Tante. dikasih sama Mas Herlambang”, sahutku bangga.

“Siapa namanya? ” bertanya Tante Amanda lagi.

“Bobby”, sahutku konsisten dgn suara bangga.


Tante Amanda meminjamnya sekejap buat jalan-jalan. Lantaran terus-terusan memberi pujian pada serta membuatku bangga, dgn hati dipenuhi kebanggaan saya meminjaminya. Sesaat Tante Amanda pergi membawa Bobby, saya serta Lidya duduk di bangku taman dekat patung Pangeran Diponegoro yg menunggang kuda dgn gagah. Tidak banyak yg kami obrolkan, lantaran Tante Amanda telah kembali serta memberi Bobby padaku sambil terus-terusan memberi pujian pada. Membuat dadaku jadi berbunga serta padat seperti ingin meledak. Saya memang sangat sukai jikalau dipuji.

 ANAL ORGASM


Oh, ya.., Kelak malam kamu hadir.. ”, papar Tante Amanda sebelum pergi.


“Ke rumah..? ”, tanyaku meyakinkan.

“Iya. ”

“Memangnya ada apakah? ” tanyaku lagi.

“Lidya ulang tahun. Akan tetapi tidak mau dirayakan. Ujarnya cuman ingin merayakannya sama kamu”, kata Tante Amanda Iangsung memberi tahu.

“Kok Lidya gak katakan sich..? ”, saya mendengus sambil memandang Lidya yg jadi memerah mukanya. Lidya cuma diam saja.

“Jangan lupa jam tujuh malam, ya.. ” kata Tante Amanda memperingatkan.

“Iya, Tante”, sahutku.


Serta memang pas jam tujuh malam saya hadir ke rumah Lidya. Suasananya sepi-sepi saja. Tidak tampak ada pesta. Akan tetapi saya diterima Lidya yg menggunakan busana seperti ingin pergi ke pesta saja. Tante Amanda serta Oom Joko juga mengenakan pakaian seperti ingin pesta. Akan tetapi tidak tampak ada seorangpun tamu dalam rumah ini terkecuali saya sendiri. Serta memang benar, nyata-nyatanya Lidya berulang tahun malam hari ini. Serta cuma kami berempat saja yg merayakannya.


Perlu tahu jikalau Lidya yaitu anak tunggal didalam keluarga ini. Akan tetapi Lidya tidak manja serta dapat mandiri. Acara lagi tahunnya biasa saja. Tiada yg spesial. Tuntas makan malam, Lidya membawaku ke balkon tempat tinggalnya yg menghadap secara langsung ke halaman belakang.


Tidak tahu disengaja atau tidak, Lidya membiarkan samping pahanya terungkap. Akan tetapi saya tidak perduli dgn paha yg indah padat serta putih terbuka cukuplah lebar itu. Bahkan juga saya konsisten tidak perduli kendati Lidya menggeser duduknya sampai hampir merapat dgnku. Keharuman yg menyebar dari badannya tidak membuatku berubah.


Lidya ambil tanganku serta menggenggamnya. Bahkan juga dia meremas-remas jari tanganku. Akan tetapi saya diam saja, malahan memandang mukanya yg cantik serta demikian dekat sekali dgn wajahku. Demikian dekatnya hingga saya dapat rasakan kehangatan hembusan napasnya menimpa kulit wajahku. Tetapi tetap saja saya tidak rasakan suatu.


Serta mendadak saja Lidya mencium bibirku. Sebentar saya tersentak kaget, tidak menygka jikalau Lidya akan seberani itu. Saya menatapnya dgn tajam. Akan tetapi Lidya malahan membalasnya dgn cahaya mata yg waktu itu amat susah ku artikan.


“Kenapa kau menciumku..? ” tanyaku polos.

“Aku mencintaimu”, sahut Lidya agak didesak suara suaranya.

“Cinta..? ” saya mendesis tidak mengetahui.


Tidak tahu mengapa Lidya tersenyum. Dia menarik tanganku serta menaruh diatas pahanya yg terungkap Cukuplah lebar. Kendati malam itu Lidya memakai rok yg panjang, akan tetapi belahannya hampir hingga sampai ke pinggul. Hingga pahanya jadi terbuka cukuplah lebar. Saya rasakan begitu halusnya kulit paha wanita ini. Akan tetapi betul-betul saya tidak rasakan apa-apa.


Serta sikapku konsisten dingin kendati Lidya telah melingkarkan tangannya ke leherku. Bertambah dekat saja jarak muka kami. Bahkan juga badanku dgn tubuh Lidya sudah ada hampir tiada jarak lagi. Kembali Lidya mencium bibirku. Kesempatan ini bukan cuma mengecup, akan tetapi dia melumat serta mengulumnya dgn penuhl gairah. Sedang saya konsisten diam, tidak memberi reaksi apa-apa. Lidya membiarkan pagutannya serta menatapku, Seolah tidak yakin jikalau saya betul-betul tidak dapat apa-apa.


“Kenapa diam saja..? ” bertanya Lidya terasa sedih atau menyesal lantaran sudah menyintai laki laki sepertiku.


Akan tetapi tidak.., Lidya tidak memperlihatkan kekecewaan atau penyesalan Malah dia meningkatkan senyuman yg demikian indah serta manis sekali. Dia masih tetap melingkarkan tangannya ke leherku. Bahkan juga dia menghimpit dadanya yg membusung padat ke dadaku.


Merasa padat serta kenyal dadanya. Seperti ada denyutan yg hangat. Akan tetapi saya tidak tahu serta betul-betul tidak rasakan apa-apa kendati Lidya menghimpit dadanya cukuplah kuat ke dadaku. Seolah Lidya berupaya buat memunculkan gairah kejantananku. Akan tetapi sama Sekali saya tidak dapat apa-apa. Bahkan juga dia menghimpit dadanya yg membusung padat ke dadaku.

“Memangnya saya mesti bagaimana? ” saya malahan balik menanyakan.

“Ohh.. ”, Lidya merintih panjang.


Dia seolah baru serius memahami jikalau saya bukan cuma tidak sempat pacaran, akan tetapi masih tetap amat polos sekali. Lidya kembali mencium serta melumat bibirku. Akan tetapi awal mulanya dia memberi tahu jikalau saya mesti membalasnya dgn beberapa cara yg tidak layak buat dikatakan. Saya coba buat menuruti kemauannya tak ada perasaan apa-apa.


“Ke kamarku, yuk.. ”, bisik Lidya ajak.

“Mau apakah ke kamar? ”, tanyaku tidak mengetahui.

“Sudah janganlah banyak bertanya. Mari.. ”, ajak Lidya 1/2 memaksa.

“Namun apakah kelak Ibu serta Bapak kamu tidak berang, Lin? ”, tanyaku masih tidak mengetahui kemauannya.


Lidya tidak menyahuti, malahan berdiri serta menarik tanganku. Memang saya seperti anak kecil, menurut saja dibawa ke kamar wanita ini. Bahkan juga saya tidak tidak setuju disaat Lidya menutup pintu kamar serta membiarkan bajuku. Bukan cuma itu saja, dia juga membiarkan celanaku sampai yg tersisa tinggal sepotong celana dalam saja Sedikitpun saya tidak terasa malu, lantaran sudahlah biasa saya cuma menggunakan celana dalam saja jikalau dalam rumah.


Lidya memandangi badanku serta kepala hingga sampai ke kaki. Dia tersenyum-senyum. Akan tetapi saya tidak tahu apakah makna segalanya itu. Terus dia membimbing serta membawanya ke pembaringan. Lidya mulai menciumi muka serta leherku. Merasa demikian hangat sekali hembusan napasnya.


“Lidya.. ”


Saya tersentak disaat Lidya melepaskan bajunya sendiri, sampai cuma busana dalam saja yg tersisa menempel di badannya. Ke dua bola mataku hingga sampai membeliak lebar. Buat sekali-kalinya, saya menyaksikan pribadi tubuh prima seseorang wanita dalam kondisi tanpa pakaian. Tidak tahu mengapa, mendadak saja dadaku berdebar menggemuruh Serta ada satu perasaan aneh yg mendadak saja menyelusup didalam hatiku. 


Suatu yg betul-betul saya tidak tahu apakah namanya, Bahkan juga seumur hidup, belumlah sempat merasakan. Debaran didalam dadaku bertambah keras serta menggemuruh waktu Lidya memeluk serta menciumi muka dan leherku. Kehangatan badannya demikian merasa sekali. Serta saya menurut saja waktu dimintanya berbaring. Lidya turut berbaring di sampingku. Jari-jari tangannya menyebar menjajahi sekujur badanku. Serta dia tidak berhenti menciumi bibir, muka, leher dan dadaku yg sektor serta dikit berbulu.


Buru-buru Lidya membiarkan penutup paling akhir yg menempel di badannya. hingga tiada selembar benangpun yg masih tetap menempel disana. Waktu itu pandangan mataku jadi nanar serta berkunang-kunang. Bahkan juga kepalaku merasa pening serta berdenyut memandang tubuh yg polos serta indah itu. Demikian rapat sekali badannya ke badanku, hingga saya dapat rasakan kehangatan serta kehalusan kulitnya. Akan tetapi saya masih diam, tidak tahu apakah yg mesti kulakukan. Lidya ambil tanganku serta menaruh di dadanya yg membusung padat serta kenyal.


Dia membisikkan suatu, akan tetapi saya tidak mengetahui dgn permintaannya. Sabar sekali dia membimbing jari-jari tanganku buat meremas serta mainkan sisi atas dadanya yg berwarna coklat kemerahan. Mendadak saja Lidya. menjambak rambutku, serta membenamkan Wajahku ke dadanya. Pastinya saya jadi gelagapan lantaran tidak dapat bernapas. Saya mau mengangkatnya, akan tetapi Lidya malahan menghimpit serta selalu membenamkan wajahku ke tengah dadanya. Waktu itu saya rasakan samping tangan Lidya menyebar ke sisi bawah perutku.

“Okh..?! ”.

Saya tersentak kaget 1/2 mati, disaat mendadak rasakan jari-jari tangan Limda menyelinap masuk ke balik celana dalamku yg tipis, serta..


“Lidya, apakah yg kau kerjakan..? ” tanyaku tidak mengetahui, sambil mengusung wajahku dari dadanya.

CONVULSIVE ANAL


Lidya tidak menjawab. Dia malahan tersenyum. Sesaat perasaan hatiku bertambah tidak menentu. Serta saya rasakan jikalau sisi badanku yg vital jadi tegang, keras serta berdenyut ibaratnya mau meledak. Sedang Lidya malahan menggenggam serta meremas-remas, membuatku mendesis serta mengesah dgn beberapa jenis perasaan berkecamuk jadi satu. Akan tetapi saya cuma diam saja, tidak tahu apakah yg mesti kulakukan. Lidya kembali menghujani muka, leher serta dadaku yg dikit berbulu dgn ciuman-ciumannya yg hangat serta penuh gairah membara.


Memang Lidya demikian aktif sekali, berupaya memunculkan gairahku dgn beberapa jenis trik. Berulang-kali dia membimbing tanganku ke dadanya yg sekarang sudan polos.


“Ayo dong, janganlah diam saja.. ”, bisik Lidya disela-sela tarikan napasnya yg mengincar.

“Aku.., Apakah yg mesti kulakukan? ” tanyaku tidak mengetahui.

“Cium serta peluk saya.. ”, bisik Lidya.


Saya berupaya buat menuruti semua kemauannya. Akan tetapi kelihatannya Lidya belumlah juga suka. Serta dia bertambah aktif merangsang gairahku. Sesaat sisi bawah badanku bertambah menegang dan berdenyut.


Tidak tahu berapakah kali dia membisikkan kata di telingaku dgn nada tertahan gara-gara hembusan napasnya yg mengincar seperti lokomotif tua. Akan tetapi saya betul-betul tidak mengetahui dgn apakah yg d ibisikkannya. Masa itu saya serius bodoh serta tidak tahu apa-apa. Meskipun telah berupaya mengerjakan apakah saja yaang dimintanya.


Disamping itu Lidya telah menjepit pinggangku dgn sepasang pahanya yg putih mulus. Lidya ada pas diatas badanku, hingga saya dapat menyaksikan seluruhnya lekuk badannya dgn jelas sekali.


Tidak tahu mengapa mendadak sekujur badanku menggelelar disaat penisku mendadak menyentuh suatu yg lembab, hangat, serta agak basah. Akan tetapi mendadak saja Lidya memekik, serta memandang sisi penisku. Seolah-olah dia tidak yakin dgn apakah yg ada di muka matanya. Sedang saya betul-betul tidak mengetahui. PadahaI masa itu Lidya telah di pengaruhi gejolak membara dgn tubuh polos tanpa sehelai benangpun melekat di badannya.


“Kau.. ”, desis Lidya terputus suaranya.

“Ada apakah, Lin? ” tanyaku polos.


“Ohh.. ”, Lidya mengeluhh panjang sambil menggelimpangkan badannya ke samping. Bahkan juga dia secara langsung turun dari pembaringan, serta menyambar bajunya yg berantakan di lantai. Sambil memandangiku yg masih tetap terbaring dalam keaadaan polos, Lidya memakai lagi bajunya. Masa itu saya menyaksikan ada kekecewaan tersirat didalam sorot matanya. Akan tetapi saya tidak tahu apakah yg membuatnya sedih.


“Ada apakah, Lin? ”, tanyaku tidak mengetahui pergantian sikapnya yg demikian mendadak.

“Tak.., tiada apa-apa, sahut Lidya sambil merapihkan bajunya.


Saya bangun serta duduk disamping pembaringan. Memandangi Lidya yg telah rapi mengenakan pakaian. Saya memang tidak mengetahui dgn kekecewannya. Lidya memang layak sedih, lantaran alat kejantananku mendadak saja layu. Walau sebenarnya barusan Lidya sudah ada hampir membawaku mendaki ke puncak kesenangan.

0 comments: