SEO page contents SEO page contents LADY DEE ENJOYS ~ VIDIO SEX KUNJUNGI KAMI LEBIH BANYAK VIDEO YANG MENARIK HANYA DI WWW.GAJAHQQ.COM DARI AYO BURUAN KUNJUNGI WEBNYA YA NANTI KAMI AKAN SELALU UPDATE :D

Bonus 10% untuk member baru

Saturday, June 23, 2018

LADY DEE ENJOYS

LADY DEE ENJOYS SENSUAL SEX STOCKINGS



VIDIO SEX - Jadi atasan baru, ia kerap memanggilku ke area kerjanya utk menuturkan overbudget yang berjalan pada bln. pada awal mulanya, atau utk menuturkan laporan mingguan yang kubuat. 









Saya sendiri udah termasuk juga staf senior Namun barangkali dikarenakan latar belakang pendidikanku kurang mensupport, management memastikan merekrutnya serta Ia datang dari suatu perusahaan konsultan keuangan.



Usianya kutaksir lebih kurang 25 sampai 30 th.. Jadi atasan, pada awal mulanya kupanggil “Bu”, meski usiaku sendiri 10 th. di atasnya.


Namun atas permintaanya sendiri, satu minggu waktu lalu, ia mengatakan lebih sukai apabila di panggil “Mbak”.


Mulai sejak kala ini mulai terbina keadaan serta interaksi kerja yang hangat, tak terlampau resmi.


Terlebih dikarenakan sikapnya yang ramah Ia kerap segera menyebutkan namaku, sesekali apabila lagi tengah bersama-sama relasi kerja yang lain, ia menyebutkan “Pak”.


Serta tiada kusadari juga, diam-diam saya terasa senang serta nyaman apabila melihat berwajah yang cantik serta lembut mengagumkan.


Ia memanglah mengagumkan dikarenakan sepasang bola matanya kapan waktu bisa bernar-binar, atau memandang dengan tajam.


Namun dibalik ini semuanya, nyata-nyatanya ia sukai mendikte Kemungkinan dikarenakan sudah menempati jabatan yang cukup tinggi dalam umur yang relatif muda, keyakinan dianya juga cukup tinggi utk menyuruh seorang mengerjakan apa yang diinginkannya.


Mbak Leni tetap mengenakan pakaian resmi Ia tetap kenakan blus serta rok hitam yang agak menggantung sedikit diatas lutut.


Apabila lagi tengah ada di area kerjanya, diam-diam saya juga kerap melihat lekukan pinggulnya waktu ia bangkit ambil file dari rack folder di belakangnya.


Meski sisi bawah roknya lebar, akan tetapi saya bisa lihat pinggul yang samar-samar tercetak dari baliknya.


Sangatlah menarik, tak besar akan tetapi terang memiliki bentuk membongkah, memaksa mata lelaki menerawang utk mereka-reka keindahannya.


Didalam area kerjanya yang besar, persis di samping meja kerjanya, ada seperangkat sofa yang kerap dipergunakannya terima tamu-tamu perusahaan.


Jadi Accounting Manager, semestinya tetap ada pembicaraan-pembicaraan ‘privacy’ yang tambah nyaman dilaksanakan di area kerjanya dari pada di area rapat.


Saya terasa untung apabila di panggil Mbak Leni utk mengkaji kontan flow keuangan di kursi sofa ini.


Saya tetap duduk persis di depannya Jikalau kami ikut serta dalam percakapan yang cukup serius, ia tak memahami roknya yang agak terungkap.


Di situlah keberuntunganku Saya bisa melirik beberapa kulit paha yang berwarna gading Sering kadang lututnya agak sedikit terbuka jadi saya mengusahakan utk mengintip ujung pahanya.


Namun mataku tetap terbentur dalam kegelapan Misal saja roknya terungkap lebih tinggi serta ke dua lututnya lebih terbuka, semestinya akan kupastikan apakah bulu-bulu halus yang tumbuh di lengannya juga tumbuh di selama paha sampai ke pangkalnya.


Apabila ke dua lututnya rapat kembali, lirikanku berubah ke betisnya Betis yang indah serta bersih Tertangani Waktu saya terlena memandang kakinya, mendadak saya dikagetkan oleh pertanyaan Mbak Leni.. 

LADY DEE ENJOYS


“Jhony, saya terasa kalau kau kerap melirik ke arah betisku. Apakah dugaanku salah? ” Saya terdiam sesaat sembari tersenyum utk sembunyikan jantungku yang mendadak berdebar.


“Jhony, apakah salah dugaanku? ”


“Hmm.., ya, benar Mbak, ” jawabku mengakui, jujur. Mbak Leni tersenyum sembari memandang mataku.


“Mengapa? ”


Saya membisu. Merasa sangatlah berat menjawab pertanyaan simpel ini. Namun waktu menengadah memandang berwajah, kulihat bola matanya berbinar-binar tunggu jawabanku.


“Saya sukai kaki Mbak. Sukai betis Mbak. Indah. Serta.., ” sehabis menarik nafas panjang, kukatakan argumen sesungguhnya.


“Saya juga kerap menduga-duga, apakah kaki Mbak juga ditumbuhi bulu-bulu. ”


“Persis seperti yang kuduga, kau pastinya berkata jujur, apa yang ada, ” kata Mbak Tia sembari sedikit mendorong kursi rodanya.


“Agar kau tak penasaran menduga-duga, bagaimanakah bila kuberi peluang memeriksanya sendiri? ”


“Sebuah kehormatan besar untukku, ” jawabku sembari membungkukan kepala, berniat sedikit bercanda utk mencairkan percakapan yang kaku ini.


“Kompensasinya apa? ”


“Sebagai rasa hormat serta sinyal terima kasih, dapat kuberikan suatu ciuman. ”


“Bagus, saya sukai. Sisi mana yang dapat kau cium? ”


“Betis yang indah ini! ”


“Hanya suatu ciuman? ”


“Seribu kali juga saya bersedia. ”


Mbak Tia tersenyum manis dikulum. Ia mengusahakan manahan tawanya.


“Dan saya yang memastikan di sisi mana saja yang perlu kau cium, OK? ”


“Deal, my lady! ”


“I like it! ” kata Mbak Leni sembari bangkit dari sofa.


Ia ambil langkah ke mejanya lalu menarik kursinya sampai ke luar dari kolong mejanya yang besar.


Sehabis menghempaskan pinggulnya diatas kursi kursi kerjanya yang besar serta empuk ini, Mbak Leni tersenyum.


Matanya berbinar-binar seakan menaburkan sejuta pesona birahi. Pesona yang memerlukan sanjungan serta favorit.


“Periksalah, Jhony. Berlutut di depanku! ” Saya membisu. Terpana mendengar perintahnya.


“Kau tak mau memeriksanya, Jhony? ” bertanya Mbak Leni sembari sedikit merenggangkan ke dua lututnya.


Sesaat, saya mengusahakan meredakan debar-debar jantungku Saya belum pula sempat diperintah seperti ini.


Terlebih diperintah utk berlutut oleh seseorang wanita Bibir Mbak Leni tetap masih tersenyum waktu ia lebih merenggangkan ke dua lututnya. 

SENSUAL SEX STOCKINGS


“Jhony, kau tahu warna apa yang tersembunyi di pangkal pahaku? ” Saya menggeleng lemah, seakan ada kapabilitas yang mendadak merampas sendi-sendi di sekujur tubuhku.


Tatapanku terpaku ke keremangan pada celah lutut Mbak Leni yang meregang Selanjutnya saya bangkit menghampirinya, serta berlutut di depannya.


Sisi lututku menyentuh karpet Wajahku menengadah Mbak Tia masih tetap tersenyum.


Telapak tangannya menyeka pipiku berapakali, lalu berubah ke rambutku, serta sedikit menghimpit kepalaku biar menunduk ke arah kakinya.


“Ingin tahu warnanya? ” Saya mengangguk gak berdaya.


“Kunci dahulu pintu ini, ” tukasnya sembari menunjuk pintu area kerjanya Serta dengan taat saya mengerjakan perintahnya, lantas berlutut kembali di depannya.


Mbak Leni menopangkan kaki kanannya diatas kaki kirinya Gerakannya lambat seperti bermalas-malasan.


Saat tersebut saya mendapatkan peluang melihat sampai ke pangkal pahanya.


Serta kesempatan ini tatapanku terbentur pada secarik kain tidak tebal berwarna putih. Pastinya ia memanfaatkan G-String, kataku dalam hati.


Saat sebelum paha kanannya serius tertopang diatas paha kirinya, saya masih tetap pernah lihat bulu-bulu ikal yang menyembul dari sisi-sisi celana dalamnya.


Segitiga tidak tebal yang cuma selebar lebih kurang dua jari ini terlampau kecil utk sembunyikan semuanya bulu yang mengelilingi pangkal pahanya.

Bahkan juga pernah kulirik bayangan lipatan bibir dibalik segitiga tidak tebal ini.


“Suka? ” Saya mengangguk sembari mengangkat kaki kiri Mbak Leni ke atas lututku.


Ujung hak sepatunya merasa agak menusuk Kulepaskan klip tali sepatunya Lalu saya menengadah Sembari membiarkan sepatu ini.


Mbak Tia mengangguk Ga ada komentar penolakan Saya menunduk kembali Mengelus-elus pergelangan kakinya Kakinya mulus tiada cacat.


Nyata-nyatanya betisnya yang berwarna gading ini mulus tiada bulu halus Namun di sisi atas lutut kulihat sedikit ditumbuhi bulu-bulu halus yang agak kehitaman.


Sangatlah kontras dengan warna kulitnya Saya terpana Mungkinkah dimulai dari atas lutut sampai.., sampai.. Aah, saya hembuskan nafas Rongga dadaku mulai merasa sesak.


Wajahku sangatlah dekat dengan lututnya. Hembusan nafasku nyata-nyatanya bikin bulu-bulu ini meremang.


“Indah sekali, ” kataku sembari mengelus-elus betisnya. Kenyal.


“Suka, Jhony? ” Saya mengangguk.


“Tunjukkan kalau kau sukai. Perlihatkan kalau betisku indah! ”


Saya mengangkat kaki Mbak Leni dari lututku Sembari konsisten mengelus betisnya, kuluruskan kaki yang menekuk ini.


Saya sedikit membungkuk biar bisa mengecup pergelangan kakinya Pada kecupan yang ke dua, saya menjulurkan lidah biar bisa mengecup sembari menjilat, mencicipi kaki indah ini.


Gara-gara kecupanku, Mbak Leni turunkan paha kanan dari paha kirinya Serta gak berniat, kembali mataku takjub lihat sisi dalam kanannya.


Dikarenakan mau lihat lebih terang, kugigit sisi bawah roknya lalu menggerakkan kepalaku ke arah perutnya.


Waktu membiarkan gigitanku, kudengar tawa tertahan, lalu ujung jari-jari tangan Mbak Leni mengangkat daguku.


Saya menengadah.

“Kurang terang, Jhony? ” Saya mengangguk.


Mbak Leni tersenyum nakal sembari mengusap-usap rambutku Lalu telapak tangannya menghimpit sisi belakang kepalaku jadi saya menunduk kembali.

Dimuka mataku saat ini terpampang keindahan pahanya Gak sempat saya lihat paha semulus serta seindah ini. Sisi atas pahanya ditumbuhi bulu-bulu halus kehitaman.

Sisi dalamnya juga ditumbuhi akan tetapi tak selebat sisi atasnya, serta warna kehitaman ini agak memudar.


Sangatlah kontras dengan pahanya yang berwarna gading.


Saya merinding Dikarenakan mau lihat paha ini lebih utuh, kuangkat kaki kanannya lebih tinggi sekali lagi sembari mengecup sisi dalam lututnya.

Serta paha ini jadi lebih terang Mengagumkan Di paha sisi belakang mulus tiada bulu Dikarenakan gemas, kukecup berkali kali.


Kecupan-kecupanku jadi lebih lama jadi lebih tinggi Serta waktu cuma berjarak lebih kurang selebar telapak tangan dari pangkal pahanya, kecupan-kecupanku beralih jadi ciuman yang panas serta basah.


Saat ini hidungku sangatlah dekat dengan segitiga yang menutupi pangkal pahanya Dikarenakan sangatlah dekat, meski tersembunyi, dengan terang bisa kulihat bayangan bibir kewanitaannya.


Ada segaris kebasahan terselip membayang di sisi tengah segitiga ini Kebasahan yang dikelilingi rambut-rambut ikal yang menyelip dari kiri kanan G-stringnya Sembari memandang pesona dimuka mataku, saya menarik nafas dalam-dalam.


Tercium aroma fresh yang membuatku jadi jadi lebih gak berdaya Aroma yang memaksaku terjerat pada ke dua potong paha Mbak Leni Mau kusergap aroma ini serta menjilat kemulusannya.


Mbak Leni menghempaskan kepalanya ke sandaran kursi Menarik nafas berkali kali.


Sembari mengusap-usap rambutku, diangkatnya kaki kanannya jadi roknya jadi lebih terungkap sampai tertahan diatas pangkal paha.


“Suka Jhony? ”


“Hmm.. Hmm..! ” jawabku bergumam sembari memindahkan ciuman ke betis serta lutut kirinya.


Lalu kuraih pergelangan kaki kanannya, serta menempatkan telapaknya di pundakku.


Kucium lipatan di belakang lututnya Mbak Leni menggelinjang sembari menarik rambutku dengan manja Lalu waktu ciuman-ciumanku merambat ke paha sisi dalam serta jadi lebih lama jadi lebih mendekati pangkal pahanya, merasa tarikan di rambutku jadi lebih keras.


Serta waktu bibirku mulai mengulum rambut-rambut ikal yang menyembul dari balik G-stringnya, mendadak Mbak Leni mendorong kepalaku.


Saya tertegun Menengadah Kami sama sama memandang Selang berapa saat, sembari tersenyum mengajak, Mbak Leni menarik telapak kakinya dari pundakku.


Ia lalu menekuk serta menempatkan telapak kaki kanannya di permukaan kursi.


Pose yang sangatlah memabukkan Sisi kaki menekuk serta terbuka lebar diatas kursi, serta yang sisi sekali lagi menjuntai ke karpet.

0 comments: