SEO page contents SEO page contents 18 YO GIRLS KISSING AND FUCKS ~ VIDIO SEX KUNJUNGI KAMI LEBIH BANYAK VIDEO YANG MENARIK HANYA DI WWW.GAJAHQQ.COM DARI AYO BURUAN KUNJUNGI WEBNYA YA NANTI KAMI AKAN SELALU UPDATE :D

Bonus 10% untuk member baru

Thursday, June 28, 2018

18 YO GIRLS KISSING AND FUCKS

18 YO GIRLS KISSING AND FUCKS HER STEP DAD IN HIS BEDROOM



VIDIO SEX
- Cerita itu bermula dari keberanian manta muridku, Sandi. Terlihat mulai sejak SD dia telah seringkali mengintip serta perhatikan tubuhku yang molek. Sebenernya narasi saat ini tidak layak di ceritakan. Tetapi, apa ingin dikata perbuatan ini sudah kami jalankan, serta kesenangan ini pengen kami berikan di sini. 





“Aarrgghhh…!!! ” saya menjerit.

“Aku nyaris keluar! ” Sandi bergumam. Gerakannya segera cepat serta kuat. Saya tdk dapat bergoyang dalam tempat seperti ini, jadi saya pasrah saja, nikmati gecakan-gecakan keras batang kemaluan Sandi. Ke dua tanganku mencengkeram sprei kuat-kuat. 




“Terus, Sayang…, teruuusss…! ”desahku.

“Ooohhh, enak sekali…, saya keenakan…, enak ‘bercinta’ sama Ibu! ” Erang Sandi

“Ibu juga, Ibu juga, vagina Ibu keenakaan…! ” Balasku.

“Aku telah nyaris keluar, Buu…, vagina Ibu enak bangeet… ”

“Ibu juga ingin keluar kembali, tahan dahulu! Teruss…, yaah, saya juga ingin keluarr! ”


Namaku Asmiati, tinggi 160 sentimeter, berat 56 kg, lingkar pinggang 65 sentimeter. Dengan cara keseluruhnya, sosokku kencang, garis tubuhku terlihat seandainya memakai pakaian yang ketat khususnya kemeja senam. Saya merupakan Ibu dari dua anak berumur 44 th. serta bekerja jadi seseorang guru disebuah SLTA di kota S.


Kata orang tahi lalat di daguku seperti Berliana Febriyanti, serta bentuk tubuhku serupa Gemari Atmanegara yang konsisten kencang di umur yang makin menua. Mungkin saja mereka ada benarnya, tapi saya mempunyai payudara yang tambah besar maka kelihatan lebih menggairahkan di banding artis yang ke dua. Semuanya karunia ini kudapat dengan melakukan olahraga yang teratur.


Lebih kurang 6 th. waktu lalu selagi usiaku masih tetap 38 th. salah seseorang sehabatku menitipkan anaknya yang pengen kuliah di tempatku, lantaran ia kawan baikku serta suamiku tdk keberatan selanjutnya saya menyetujuinya. Nama pemuda ini Sandi, kulitnya kuning langsat dengan tinggi 173 cm. Badannya kurus kekar lantaran Sandi seseorang atlit karate di tempatnya. Oh ya, Sandi itu sempat jadi muridku selagi saya masih tetap jadi guru SD.


Sandi sangatlah sopan serta tahu diri. Dia banyak mendukung pekerjaan tempat tinggal serta seringkali temani atau mengantar ke dua anakku andaikan pengen pergi. Kurun waktu satu bulan saja dia telah menyatu dengan keluargaku, bahkan juga suamiku seringkali mengajaknya main tenis berbarengan. 


Saya juga jadi punya kebiasaan dengan kemunculannya, awalannya saya sangatlah merawat penampilanku seandainya di depannya. Saya tdk malu kembali memakai pakaian kaos ketat yang sisi dadanya agak rendah, kembali juga Sandi menunjukkan sikap yang lumrah andaikan saya memakai pakaian yang agak menonjolkan keindahan garis tubuhku.


Seputar 3 bln. sehabis kehadirannya, suamiku memperoleh pekerjaan sekolah S-2 keluar negeri sepanjang 2, 5 th.. Saya sangatlah berat melepasnya, lantaran saya bingung bagaimanakah menyalurkan keperluan sex-ku yang masih tetap menggelora. 


Meski usiaku telah tdk muda kembali, tetapi saya teratur mengerjakannya dengan suamiku, minimalnya satu minggu 5 kali. Mungkin saja ini lantaran berolahraga yang selamanya saya kerjakan, maka keinginan tubuhku masih tetap seperti anak muda. Serta waktu ini dengan kepergiannya automatis saya mesti menahan diri.


Awalannya umum saja, tetapi sehabis 2 bln. kesepian yang sangat sangatlah menyerangku. Ini buat saya jadi uring-uringan serta jadi malas-malasan. Seperti minggu pagi ini, meski jam sudah memperlihatkan angka 9. Lantaran tempo hari ke dua anakku mememohon diantar menginap dirumah nenek mereka, maka hari itu saya pengen tidur sepuas-puasnya. Sehabis makan, saya lalu tidur-tiduran di sofa dimuka TV. Tidak lama terdengar nada pintu dIbuka dari kamar Sandi.


Kudengar nada langkahnya mendekatiku.


“Bu Asmi..? ” Suaranya berbisik, saya diam saja. Kupejamkan mataku tambah erat. Sehabis sebagian selagi lengang, mendadak saya tercekat waktu rasakan suatu hal di pahaku. Kuintip lewat pojok mataku, nyata-nyatanya Sandi telah berdiri di samping ranjangku, serta matanya lagi tengah tertuju memandang tubuhku, tangannya memegang sisi bawah gaunku, saya lupa seandainya saya lagi tengah memakai pakaian tidur yang tidak tebal, apa kembali tidur telentang juga. Hatiku jadi berdebar-debar tidak karuan, saya selalu berpura-pura tertidur.


“Bu Asmi..? ” Nada Sandi terdengar keras, kukira dia pengen menegaskan apakah tidurku serius nyeyak ataulah bukan.


Saya mengambil keputusan utk pura-pura tidur. Kurasakan gaun tidurku terungkap semuanya hingga keleher.


Lalu kurasakan Sandi mengelus bibirku, jantungku seperti melompat, saya coba konsisten tenang biar pemuda ini tdk syak wasangka. Kurasakan kembali tangan ini mengelus-elus ketiakku, lantaran tanganku masuk ke bantal automatis ketiakku kelihatan. Kuintip kembali, muka pemuda ini dekat sekali dengan wajahku, tetapi saya sangat percaya ia belum pula tahu seandainya saya pura-pura tertidur kuatur napas selembut mungkin saja.


Lalu kurasakan tangannya menelusuri leherku, bulu kudukku meremang geli, saya coba bertahan, saya pengen tahu apa yang pengen di jalankannya pada tubuhku. Tidak lama kemuadian saya rasakan tangannya meraba buah dadaku yang masih tetap tertutup BH berwarna hitam, sebelumnya ia sekedar mengelus-elus, saya konsisten diam sembari nikmati elusannya, lalu saya rasakan buah dadaku mulai diremas-remas, saya rasakan seperti ada suatu hal yang lagi tengah naik-turun didalam tubuhku, saya telah lama merindukan sentuhan laki laki serta kekasaran seseorang pria. Saya mengambil keputusan konsisten diam hingga waktunya tiba.

18 YO GIRLS KISSING AND FUCKS HER STEP


Saat ini tangan Sandi lagi tengah mengupayakan buka kancing BH-ku dari depan, selang berapa saat kurasakan tangan dingin pemuda ini meremas serta memilin puting susuku. Saya pengen merintih nikmat tetapi kelak amalah membuatnya takut, jadi kurasakan remasannya dalam diam. Kurasakan tangannya gemetar selagi memencet puting susuku, kulirik perlahan, kulihat Sandi mendekatkan berwajah ke arah buah dadaku. 


Lalu ia menjilat-jilat puting susuku, tubuhku pengen menggeliat rasakan kesenangan isapannya, saya selalu bertahan. Kulirik puting susuku yang berwarna merah tua telah mengkilat oleh air liurnya, mulutnya selalu menyedot puting susuku diikuti gigitan-gigitan kecil. Perasaanku campur aduk tdk karuan, begitu nikmat.


Tangan kanan Sandi mulai menelusuri selangkanganku, lalu kurasakan jarinya meraba vaginaku yang masih tetap tertutup CD, saya tidak tahu apakah vaginaku telah basah apa belum pula. Yang pasti jari-jari Sandi menekan-nekan lubang vaginaku dari luar CD, lalu kurasakan tangannya menyelinap masuk ke CD-ku. 


Jantungku berdetak keras sekali, kurasakan kesenangan menjalari tubuhku. Jari-jari Sandi coba masuk lubang vaginaku, lalu kurasakan jarinya amblas masuk ke, wah begitu nikmat. Saya mesti akhiri Sandiwaraku, saya telah tidak tahan kembali, kubuka mataku sembari menyentakkan tubuhku.


“Sandi!! Ngapain anda? ”


Saya mengupayakan bangun duduk, tetapi tangan Sandi menghimpit pundakku dengan keras. Mendadak Sandi mecium mulutku secepat kilat, saya mengupayakan memberontak dengan mengerahkan semua tenagaku. Tetapi Sandi tambah keras menghimpit pundakku, jadi saat ini pemuda ini menindih tubuhku, saya ada problem bernapas ditindih tubuhnya yang besar serta kekar berotot. Kurasakan mulutnya kembali melumat mulutku, lidahnya masuk ke mulutku, tetapi saya pura-pura menampik.


“Bu.., maafkan saya. Telah lama saya pengen rasakan itu, maafkan saya Bu… ” Sandi membiarkan ciumannya lalu memandangku dengan pandangan mohon.


“Kamu kan dapat denagan kawan-kawan anda yang masih tetap muda. Ibukan telah tua, ” Ujarku lembut.


“Tapi saya telah tergila-gila dengan Bu Asmi.. Selagi SD saya seringkali mengintip BH yang Ibu gunakan… Saya bakal memuaskan Ibu sepuas-puasnya, ” jawab Sandi.


“Ah kamu… Ya telah terserah anda sajalah”


Saya pura-pura menghela napas panjang, meskipun sebenarnya tubuhku telah tdk tahan pengen dijamah olehnya.


Lalu Sandi melumat bibirku serta pelan-pelan saya meladeni permainan lidahnya. Ke dua tangannya meremas-remas pantatku. Utk membuatnya makin membara, saya mememohon izin ke WC yang ada didalam kamar tidurku. Didalam kamar mandi, kubuka semuanya kemeja yang berada pada tubuhku, kupandangi badanku di cermin. Apakah benar pemuda seperti Sandi terangsang lihat tubuhku itu? Peduli sangat yang terutama saya pengen rasakan bagaimanakah sih bercinta dengan remaja yang masih tetap panas.


Keluar dari kamar mandi, Sandi persis masuk kamar. Matanya terbeliak lihat badan sintalku yg tidak berpenutup sehelai benangpun.


“Body Ibu bagus banget.. ” dia memberikan pujian pada sambil mengecup putting susuku yang telah mengeras sejak dari yang barusan. Tubuhku disandarkannya di tembok depan kamar mandi. Lalu diciuminya sekujur tubuhku, dari mulai pipi, ke dua telinga, leher, sampai ke dadaku. Sepasang payudara montokku habis diremas-remas serta diciumi. Putingku 1/2 digigit-gigit, digelitik-gelitik dengan ujung lidah, juga dikenyot-kenyot dengan sangatlah bernafsu.


“Ibu hebat…, ” desisnya.


“Apanya yang hebat..? ” Tanyaku sembari mangacak-acak rambut Sandi yang panjang seleher.


“Badan Ibu tak banyak beralih ketimbang saya SD dulu” Tukasnya sembari selalu melumat puting susuku. Begitu nikmat.


“Itu lantaran Ibu teratur olahraga” jawabku sambil meremas benjolan kemaluannya. Dengan bergegas kuloloskan celana sampai celana dalamnya. Paham kemauanku, dia lalu duduk di tepi ranjang dengan ke dua kaki mengangkang. DIbukanya sendiri pakaian kaosnya, sesaat saya berlutut menggapai batang penisnya, maka waktu ini kami saling bugil.


Agak lama saya mencumbu kemaluannya, Sandi mememohon gantian, dia pengen mengerjai vaginaku.


“Masukin saja yuk, Ibu telah pengen ngedapetin penis anda San! ” Cegahku sembari menciumnya.


Sandi tersenyum lebar. “Sudah tak sabar ya? ” godanya.


“Kamu juga telah tak kuatkan sebetulnya San, ” Balasku sembari mencubit perutnya yang berotot.


Sandi tersenyum lalu menarik tubuhku. Kami berpelukan, berciuman rapat sekali, berguling-guling diatas ranjang. Nyata-nyatanya Sandi pandai sekali bercumbu. Birahiku naik makin tinggi kurun waktu yang sangatlah singkat. Merasa vaginaku makin berdenyut-denyut, lendirku semakin membanjir, tdk sabar menunggu terobosan batang kemaluan Sandi yang besar.


Berlainan dengan suamiku, Sandi Kedengarannya lebih sabar. Dia tdk lekas memasukkan batang penisnya, akan tetapi selalu menciumi sekujur tubuhku. Paling akhir dia membalikkan tubuhku sampai menelungkup, lalu diciuminya ke dua pahaku sisi belakang, naik ke bongkahan pantatku, selalu naik kembali sampai ke tengkuk. Birahiku menggelegak-gelegak.


Sandi menyisipkan tangan kirinya ke bawah tubuhku, badan kami berimpitan dengan tempat saya membelakangi Sandi, lalu diremas-remasnya buah dadaku. Lidahnya selalu menjilat-jilat tengkuk, telinga, serta terkadang pipiku. Disamping itu tangan kanannya mengusap-usap vaginaku dari belakang. Merasa jari tengahnya menyelinap lembut ke liang vaginaku yang basah merekah.


“Vagina Ibu bagus, tebel, pastinya enak ‘bercinta’ sama Ibu…, ” dia berbisik persis di telingaku. Suaranya telah sangatlah parau, menandakan birahinya lantas sama tingginya dengan saya. Saya tdk dapat bereaksi apa pun kembali. Kubiarkan saja apa pun yang ditunaikan Sandi, sampai merasa tangan kanannya bergerak mengangkat sisi pahaku.


Mataku terpejam rapat, seperti tidak bisa kembali buka. Merasa nafas Sandi makin memburu, sesaat ujung lidahnya menggelitiki lubang telingaku. Tangan kirinya menggenggam serta meremas gemas buah dadaku, sesaat yang kanan mengangkat sisi pahaku makin tinggi. Lalu…, merasa suatu benda tumpul menyusup masuk ke liang vaginaku dari arah belakang. Oh, my God, dia sudah memasukkan rudalnya…!!!


Sesaat saya tidak bisa bereaksi sekalipun, akan tetapi cuma menggigit bibir kuat-kuat. Kunikmati inci buat inci batang kemaluan Sandi masuk liang vaginaku. Merasa penuh, nikmat mengagumkan.


“Oohh…, ” tidak berapa lama kemudian saya mulai bereaksi tidak karuan. Tubuhku segera menggerinjal-gerinjal, sesaat Sandi mulai memaju mundurkan tongkat wasiatnya. Mulutku mulai merintih-rintih tidak terlewati.


“Saann, penismu enaaak…!!!, ” kataku 1/2 menjerit.


Sandi tdk menjawab, akan tetapi selalu memaju mundurkan rudalnya. Gerakannya cepat serta kuat, bahkan juga condong kasar. Tentunya saya makin menjerit-jerit dibuatnya. Batang penisnya yang besar ini seperti akan membongkar liang vaginaku hingga ke basic. 

FUCKS HER STEP DAD IN HIS BEDROOM


“Oohh…, toloongg.., gustii…!!! ”


Sandi jadi makin bergairah mendengar jerit serta rintihanku. Saya makin erotis.


“Aahh, penismu…, oohh, aarrghh…, penismuu…, oohh…!!! ”


Sandi selalu menggecak-gecak. Tenaganya kuat sekali, terlebih dengan batang penis yang mengagumkan keras serta kaku. Meski kami bersetubuh dengan tempat menyamping, Kedengarannya Sandi sekalipun tdk ada problem menyodokkan batang kemaluannya pada vaginaku. Orgasmeku cepat sekali merasa bakal meledak.


“Ibu ingin keluar! Ibu ingin keluaaar!! ” saya menjerit-jerit.


“Yah, yah, yah, saya juga, saya juga! Enak banget ‘bercinta’ sama Ibu! ” Sandi menyodok-nyodok makin kencang.


“Sodok selalu, Saann!!! … Yah, ooohhh, yahh, ugghh!!! ”


“Teruuss…, arrgghh…, sshh…, ohh…, sodok selalu penismuuu…! ”


“Oh, ah, uuugghhh… ”


“Enaaak…, penis anda enak, penis anda enak, yahhh, teruuusss…”


Pada detik-detik paling akhir, tangan kananku menggapai pantat Sandi, kuremas bongkahan pantatnya, sesaat paha kananku mengangkat lurus tinggi-tinggi. Merasa vaginaku berdenyut-denyut kencang sekali. Saya orgasme!


Tidak lama saya seperti melayang-layang, tdk ingat apa-apa terkecuali nikmat yg tidak terkatakan. Mungkin saja telah ada lima th. saya tidak rasakan kesenangan seperti itu. Sandi mengecup-ngecup pipi dan daun telingaku. Sesaat dia membiarkan saya mengatur nafas, sebelum saat selanjutnya dia memintaku menungging. Saya baru sadar kalau nyata-nyatanya dia belum pula meraih orgasme.


Kuturuti keinginan Sandi. Dengan agak lunglai gara-gara orgasme yang mengagumkan, kuatur tempat tubuhku sampai menungging. Sandi ikuti gerakanku, batang kemaluannya yang besar serta panjang ini konsisten menancap dalam vaginaku.


Lalu perlahan-lahan merasa dia mulai mengayun pinggulnya. Nyata-nyatanya dia mengagumkan sabar. Dia memaju mundurkan gerak pinggulnya satu-dua dengan cara teratur, seolah-olah kami barusan mengawali permainan, meskipun sebenarnya pasti perjalanan birahinya telah cukup tinggi yang barusan.


Saya nikmati pergerakan maju-mundur penis Sandi dengan diam. Kepalaku tertunduk, kuatur kembali nafasku. Tdk berapakah lama, vaginaku mulai merasa enak kembali. Kuangkat kepalaku, melihat ke belakang. Sandi lekas menunduk, dikecupnya pipiku.


“San.. Anda hebat banget.. Ibu duga yang barusan anda telah nyaris keluar, ” kataku selalu jelas.


“Emangnya Ibu gemar seandainya saya cepet keluar? ” jawabnya lembut di telingaku.


Saya tersenyum, kupalingkan mukaku lebih ke belakang. Sandi paham, diciumnya bibirku. Lalu dia menggenjot lebih cepat. Dia seperti tahu kalau saya mulai keenakan kembali. Jadi kugoyang-goyang pinggulku perlahan-lahan, ke kiri serta ke kanan.


Sandi melenguh. Diremasnya ke dua bongkah pantatku, lalu gerakannya jadi lebih kuat serta cepat. Batang kemaluannya yang mengagumkan keras menghunjam-hunjam vaginaku. Saya mulai mengerang-erang kembali.


“Oorrgghh…, aahh…, ennaak…, penismu enak bangeett… Ssann!! ”


Sandi tdk bersuara, akan tetapi menggecak-gecak makin kuat. Tubuhku hingga terguncang-guncang. Saya menjerit-jerit. Cepat sekali, birahiku merambat naik makin tinggi. Kurasakan Sandi lantas kesempatan ini lekas bakal meraih klimaks. Jadi kuimbangi gerakannya dengan menggoyangkan pinggulku cepat-cepat. Kuputar-putar pantatku, terkadang kumajumundurkan berlawanan dengan pergerakan Sandi. Pemuda ini mulai mengerang-erang menandakan dia lantas lekas bakal orgasme.


Mendadak Sandi menyuruhku berbalik. Dicabutnya penisnya dari kemaluanku. Saya berbalik cepat. Lalu kukangkangkan ke dua kakiku dengan 1/2 mengangkatnya. Sandi segera menyodokkan ke dua dengkulnya sampai merapat pada pahaku. Ke dua kakiku menekuk mengangkang. Sandi memegang ke dua kakiku dibawah lutut, lalu batang penisnya yang keras menghunjam mulut vaginaku yang menganga.


“Aarrgghhh…!!! ” saya menjerit.


“Aku nyaris keluar! ” Sandi bergumam. Gerakannya segera cepat serta kuat. Saya tdk dapat bergoyang dalam tempat seperti ini, jadi saya pasrah saja, nikmati gecakan-gecakan keras batang kemaluan Sandi. Ke dua tanganku mencengkeram sprei kuat-kuat.


“Terus, Sayang…, teruuusss…! ”desahku.


“Ooohhh, enak sekali…, saya keenakan…, enak ‘bercinta’ sama Ibu! ” Erang Sandi


“Ibu juga, Ibu juga, vagina Ibu keenakaan…! ” Balasku.


“Aku telah nyaris keluar, Buu…, vagina Ibu enak bangeet… ”


“Ibu juga ingin keluar kembali, tahan dahulu! Teruss…, yaah, saya juga ingin keluarr! ”


“Ah, oh, uughhh, saya tak tahan, saya tak tahan, saya ingin keluaaar…! ”


“Yaahh teruuss, sodok teruss!!! Ibu enak enak, Ibu enak, Saann…, saya ingin keluar, saya ingin keluar, vaginaku keenakan, saya keenakan ‘bercinta’ sama kamu…, yaahh…, teruss…, aarrgghh…, ssshhh…, uughhh…, aarrrghh!!! ”


Tubuhku mengejang tidak lama sesaat otot vaginaku merasa berdenyut-denyut kencang. Saya menjerit panjang, tidak kuasa menahan enaknya orgasme. Pada waktu bertepatan, Sandi menghimpit kuat-kuat, menghunjamkan batang kemaluannya dalam-dalam di liang vaginaku.


“Oohhh…!!! ” dia lantas menjerit, sesaat merasa kemaluannya menyembur-nyemburkan cairan mani didalam vaginaku. Enaknya tidak terkatakan, indah sekali meraih orgasme kurun waktu persis bertepatan seperti ini.


Lalu badan kami saling melunglai, tapi kemaluan kami masih tetap selalu bertautan. Sandi memelukku mesra sekali. Sesaat kami saling sIbuk mengatur nafas.


“Enak banget, ” bisik Sandi sebagian selagi selanjutnya.


“Hmmm…” Saya menggeliat manja. Merasa batang kemaluan Sandi bergerak-gerak didalam vaginaku.


“Vagina Ibu enak banget, dapat nyedot-nyedot gitu…”


“Apalagi penis kamu…, gede, keras, dalemmm…”


Sandi bergerak menciumi saya kembali. Kesempatan ini diangkatnya tangan kananku, lalu kepalanya menyelinap mencium ketiakku. Saya mengikik kegelian. Sandi menjilati keringat yang membasahi ketiakku. Geli, tetapi enak. Terlebih selanjutnya lidahnya selalu menjulur-julur menjilati buah dadaku.


Sandi lalu menetek seperti bayi. Saya mengikik kembali. Putingku dihisap, dijilat, digigit-gigit kecil. Kujambaki rambut Sandi lantaran perbuatannya ini buat birahiku mulai menyentak-nyentak kembali. Sandi mengangkat berwajah sedikit, tersenyum tidak tebal, lalu berkata,


“Aku dapat tak puas-puas ‘bercinta’ sama Ibu… Ibu juga gemar kan? ”


Saya tersenyum saja, serta ini telah cukup buat Sandi jadi jawaban. Akhirnya, sepanjang hari ini kami bersetubuh kembali. Sehabis break sesaat di sore hari malamnya Sandi kembali mohon jatah dariku. Setidaknya malam ini ada 3 ronde penambahan yang kami mainkan dengan tidak tahu berapakah kali saya meraih orgasme. Yang pasti, besok paginya tubuhku serius lunglai, lemas tidak bertenaga.


Nyaris tdk tidur sekalipun, tetapi saya konsisten pergi ke sekolah. Di sekolah berasa saya kuyu sekali. Kawan-kawan banyak yang menganggap saya sakit, meskipun sebenarnya saya malah lagi tengah happy, setelah bersetubuh satuhari semalam dengan sisa muridku yang perkasa.

0 comments: