SEO page contents SEO page contents AKU ADALAH PEMUAS NAFSU KAKAK IPARKU ~ VIDIO SEX KUNJUNGI KAMI LEBIH BANYAK VIDEO YANG MENARIK HANYA DI WWW.GAJAHQQ.COM DARI AYO BURUAN KUNJUNGI WEBNYA YA NANTI KAMI AKAN SELALU UPDATE :D

Bonus 10% untuk member baru

Sunday, December 24, 2017

AKU ADALAH PEMUAS NAFSU KAKAK IPARKU




Saya seseorang pria berusia 40 th.. Istri saya setahun lebih muda dari saya. Keseluruhannya kami keluarga bahagia dengan dua anak yang manis-manis. Yang sulung, wanita kelas II SMP (Nisa) serta bungsu lelaki kelas 3 SD. Saya bekerja di satu perusahaan telekomunikasi. 



Sedang istri saya seseorang wanita karir yang berhasil di bagian farmasi. Saat ini dia menjabat menjadi Distric Manager. Kami sama sama menyukai. Dia sebagai seseorang istri yang setia. Saya sendiri pada intinya suami yang setia juga. Sekurang-kurangnya saya setia pada perasaan cinta saya terhadap istri saya. Tapi untuk tidak masalah sex. 

JANGAN LUPA LIHAT JUGA = ADIKKU PEMUAS NAFSU KU

Saya seseorang peselingkuh. Ini semuanya karna saya mempunyai libido yang sangat tinggi sesaat istri saya kurang punyai ketertarikan di bagian sex. Saya inginkan hubungan sekurang-kurangnya 2 x dalam satu minggu. Namun istri saya berasumsi sekali dalam satu minggu telah terlalu berlebih.

Dia sempat katakan terhadap saya, “Lebih enak hubungan sekali dalam satu bulan. ”

Setiap kali hubungan kami meraih orgasme bersama. Jadi sesungguhnya tak ada permasalahan dengan saya.

Rendahnya ketertarikan istri saya itu karena dia sangat terkuras tenaga serta fikirannya untuk masalah kantor. Dia pergi ke kantor jam 07. 30 serta pulang terlepas Maghrib. Hingga dirumah telah lesu serta sekitaran jam 20. 00 dia telah terlelap, meninggalkan saya kekeringan. Kalau telah sangat rata-rata saya melaksanakan masturbasi. Pasti tanpa ada sepengetahuan dia, karna malu seandainya ketahuan.

Selama perkawinan kami telah tidak terhitung berapakah kali saya berselingkuh. Kalau istri saya kenal, saya tidak dapat mengayalkan bakal jadi apa neraka yang diciptakannya. Bukanlah apa-apa. Perempuan-perempuan yang saya tiduri yaitu mereka yang begitu dekat dengan dia. Saya menaruh rapat rahasia itu. Hingga saat ini. 

Itu karna saya melaksanakan persetubuhan cuma sekali pada seseorang wanita yang sama. Saya tidak pengen mengulanginya. Saya cemas, pengulangan akan melibatkan perasaan. Padahal yang saya kehendaki cuman persetubuhan fisik. Bukanlah hati serta perasaan. 

Saya berupaya mengindarinya sedapat-dapatnya, serta berikan kesan terhadap si wanita kalau semuanya yang berlangsung yaitu kesalahan. Memanglah terdapat banyak wanita menjadi perkecualian yang kelak juga akan saya katakan.

Wanita pertama yang saya tiduri sejak menikah tidak beda yaitu kakak istri saya. Oh ya, istri saya sebagai anak ke-3 dari lima bersaudara. Semua wanita. Istri saya sebut saja bernama Yeni. Ke-2 kakak Yeni telah menikah serta punyai anak. 

Mereka keluarga bahagia semua, serta sudah mempunyai rumah semasing. Cuma saya serta istri yang turut mertua dua th. pertama perkawinan kami. Tiap-tiap minggu keluarga besar istri saya berkumpul. Mereka keluarga yang hangat serta sama sama menyayangi.

Mbak Maya, kakak istri saya ini yaitu seseorang wanita yang menguasai. Dia kelihatan begitu kuasai suaminya. Saya seringkali lihat Mbak Maya menghardik suaminya yang berpenampilan culun. Suami Mbak Maya seringkali berkeluh-kesah dengan saya perihal sikap istrinya. 

Namun terhadap orang yang lain Mbak Maya begitu ramah, termasuk juga terhadap saya. Dia bahkan juga begitu baik. Mbak Maya seringkali datang dengan ke-2 anaknya bertandang ke tempat tinggal orang tuanya -yang berarti tempat tinggal saya juga- tanpa ada suaminya.

Terkadang menjadi basa-basi saya ajukan pertanyaan, “Kenapa Mas Wid tidak di ajak? ”

“Ahh malas saya ngajak dia, ” jawabnya.

Saya tidak sempat ajukan pertanyaan lebih jauh.

Seringkali selagi Mbak Maya datang serta bermalam, cocok istri saya tengah pekerjaan luar kota. Istri saya dua minggu sekali keluar kota selagi itu. Dia yaitu seseorang detailer yang gigih serta ambisius. Jika telah sekian rata-rata ibu mertua saya yang mempersiapkan kopi buat saya, atau makan pagi serta makan malam. Tapi andaikan cocok ada Mbak Maya, ya si Mbak berikut yang menukar pekerjaan ibu mertua. Tidak tidak sering Mbak Maya temani saya makan.

Karna seringnya berjumpa, jadi saya juga mulai dirasuki fikiran kotor. Saya seringkali mengayalkan dapat tidur dengan Mbak Maya. Tapi tidak mungkin. Mbak Maya tidak memberikan type wanita yang mudah di ajak tidur. Karenanya saya cuma dapat membayangkannya. 

Terlebih seandainya cocok keinginan menggejolak sesaat istri saya up country. Aduhh, tersiksa sekali rasa-rasanya. Serta sore itu, setelah mandi keramas saya mengeringkan rambut dengan kipas angin didalam kamar. Saya cuma bercelana dalam kala Mbak Maya mendadak buka pintu.

“Kopinya Dik Andy. ”

Saya terperanjat, serta Mbak Maya cepat-cepat tutup pintu kala lihat samping tangan saya ada didalam celana dalam, sesaat satu tangan beda mengibas-ibas rambut didepan kipas angin. Saya malu awalannya. Namun lantas berfikir, apa yang berlangsung apabila Mbak Maya lihat saya bugil kala penis saya tengah tegang?

Fikiran itu selalu mengusik saya. Momen buka pintu kamar dengan mendadak bukanlah hal yang mustahil. Adik-adik serta kakak-kakak istri saya memanglah jadi biasa sangat. Mereka kelihatannya tidak berasumsi permasalahan. Seakan kamar kami yaitu kamar mereka juga. 

Adik istri saya yang bungsu (masih tetap kelas II SMU, sebut saja Rosi) bahkan juga sempat menyerobot masuk sangat saja kala saya tengah bergumul dengan istri saya. Untung selagi itu kami tidak tengah bugil. Tapi dia sendiri yang malu, serta berhari-hari meledek kami.

Sejak momen Mbak Maya buka pintu itu, saya jadi seringkali menempatkan diri, tiduran didalam kamar dengan cuma bercelana dalam sembari coli (masturbasi). Saya cuma menginginkan melindungi agar penis saya tegang, serta mengharapkan selagi itu Mbak Maya masuk. Saya rebahan sembari membaca majalah. 

Sialnya, yang saya incar tidak sempat datang. Sekali saat jadi si Rosi yang masuk buat meminjam lipstik istri saya. Ini memanglah telah umum. Cepat-cepat saya tutupkan CD saya. Tapi rupanya mata Rosi keburu lihat.

“Woww, indahnya. ”

Dia terlihat cengengesan sembari memolesi bibirnya dengan gincu.

“Mau kemana? ” bertanya saya.

“Nggak. Pengin makai lipstik saja. ”

Saya melanjutkan membaca.

“Coli ya Mas? ” tuturnya.

Gadis ini memanglah manja, serta begitu terbuka dengan saya. Ketika saya masih tetap berpacaran dengan istri saya, kemanjaannya bahkan juga menakjubkan. Tidak tidak sering seandainya saya datang dia menggelendot di punggung saya. Pasti saya tidak punyai fikiran apa-apa. 

Dia kan masih tetap kecil saat itu. Tapi saat ini. Ahh. Mendadak saya perhatikannya. Dia telah dewasa. Telah seksi. Teteknya 34. Pinggang ramping, kulit bersih. Dia yang paling cantik diantara saudara istri saya.

Fikiran saya mulai kotor. Menurut saya, semakin lebih gampang sesungguhnya menjebak Rosi dari pada Mbak Maya. Rosi lebih terbuka, lebih manja. Kalau cuman mencium pipi serta mengecup bibir sedikit, bukanlah hal yang susah. 

Dulu saya seringkali mengecup pipinya. Tapi sejak mulai dia terlihat telah dewasa, saya tidak sekali lagi mengerjakannya. Pada akhirnya arah jebakan saya berpindah ke Rosi. Saya coba melupakan Mbak Maya.

Malamnya, di meja makan kami makan bersama. Saya, ke-2 mertua, Mbak Maya, Rosi serta kakak Rosi, Mayang. Berulang-kali saya rasakan Mbak Maya perhatikan saya. Saya berdebar-debar mengayalkan apa yang berada di fikiran Mbak Maya. 

Saya berniat perlambat makan saya. Serta nyata-nyatanya Mbak Maya juga sekian. Sehingga hingga semuanya beranjak dari meja makan, tinggal kami berdua. Selesai makan kami tidak selekasnya berlalu. Piring-piring kotor serta makanan sudah dibereskan Mak Jah, pembantu kami.

“Dik Andy kesepian ya? Sukai sangat seandainya kesepian? ” Mbak Maya mebuka nada.

Saya kaget. Dia duduk persis di kanan saya. Dia memandangi saya. Matanya seolah jatuh kasihan terhadap saya. Sialan.

“Maksud Mbak May apaan sich? ” saya pura-pura tidak paham.

“Tadi Mbak May saksikan Dik Andy ngapain di kamar. Hingga Dik Andy tidak simak. Kalau tengah gitu, kunci pintunya. Kalau Rosi atau Ibu saksikan bagaimana? ”

“Apaan sich? ” saya tetaplah pura-pura tidak mengetahui.

“Tadi masturbasi kan? ”

“Ohh. ” Saya berpura-pura malu.

Perasaan saya bahagia bercampur gugup, menanti reaksi Mbak Maya. Saya menghela nafas panjang. Berniat.

“Yahh, Yeni telah tiga hari keluar kota. Fikiran saya tengah kotor. Jadi.. ”

“Besok sekali lagi seandainya Yeni pengen keluar kota, anda minta jatah dahulu. ”

“Ahh Mbak May ini. Susah Mbak nunggu moodnya si Yeni. Kadang cocok saya sekali lagi pengin dia telah kecapekan. ”

“Tapi itu kan keharusan dia melayani anda? ”

“Saya tidak mau dia melaksanakan dengan sangat terpaksa. ”

Kami sama-sama diam. Saya selalu menanti. Menanti. Jantung saya berdegup keras.

“Kamu seringkali swalayan gitu? ”

“Yaa seringkali Mbak. Kalau pengin, selalu Yeni tak mau, ya saya swalayan. Ahh sudah aahh. Kok ngomongin gitu? ”

Saya pura-pura menginginkan mengalihkan perbincangan. Tapi Mbak Maya tidak perduli.

“Gini lho Dik. Permasalahannya, itu tidak sehat untuk perkawinan kalian. Anda mesti bicara dengan Yeni. Masa telah punyai istri masih tetap swalayan. ”

Mbak Maya memegang punggung tangan saya.

“Maaf Mbak. Nafsu saya besar. Demikian sebaliknya dengan Yeni. Jadi sepertinya saya yang harus ikuti keadaan dia. ” Kesempatan ini saya bicara jujur. “Saya cukup senang dapat melayani sendiri kok. ”

“Kasihan anda. ”

Mbak Maya menyentuh ujung rambut saya, serta diungkapkannya ke belakang. Saya membulatkan tekad menangkap tangan itu, serta menciumnya selintas. Mbak Maya seperti kaget, serta cepat-cepat menariknya.

“Kapan kalian paling akhir kumpul? ”

“Dua atau tiga minggu selanjutnya, ” jawab saya.

Bohong besar. Mbak Maya mendesis kaget.

“Ya ampuun. ”

“Mbak. Tapi Mbak jangan sampai katakan apa-apa ke Yeni. Nanti salah paham. Disangka saya mengadu masalah begituan. ”

Mbak Maya kembali menggenggam tangan saya. Erat, serta meremasnya. Isi celana saya mulai bergerak-gerak. Kesempatan ini saya yang menarik tangan saya dari genggaman Mbak Maya. Tapi Mbak Maya menahannya. Saya menarik sekali lagi. Bukanlah apa-apa. Kesempatan ini saya takut kelak diliat orang yang lain.

“Saya horny seandainya Mbak pegang selalu. ”

Mbak Maya tertawa kecil serta melepas tangan saya. Dia beranjak sembari mengucek-ucek rambut saya.

“Kaciaann ipar Mbak satu ini. ”

Mbak Maya berlalu, menuju ruangan keluarga.

“Liat TV saja yuk, ” ajaknya.

Saya memaki dalam hati. Kurang ajar benar. Dibilang saya horny jadi cengengesan, bukannya katakan, “Saya juga nih, Dik. ” 1/2 kesal saya mengikutinya. Di ruangan keluarga semuanya kumpul terkecuali Rosi. Cuma sebentar. Saya masuk ke kamar.

Sekitar jam 23. 00 pintu kamar saya berderit. Saya melihat. Mbak Maya. Dia tempelkan telunjuknya di bibirnya.

“Belum bobo? ” tanyanya lirih. Jantung saya berdenyut keras.

“Belum. ” Jawab saya.

“Kita bercakap diluar yuk? ”

“Di sini saja Mbak. ” Saya seperti mendapatkan ide.

“Ihh. Di teras saja. Udah ngantuk belum pula? ”

Mbak Maya selekasnya menghilang. Dengan cuma bersarung telanjang dada serta CD saya ikuti Mbak Maya ke teras. Saya memanglah jadi biasa tidur bertelanjang dada serta bersarung. Rumah sudah senyap. TV sudah dimatikan. Keluarga ini memanglah jadi biasa tidur sebelumnya jam 22. 00. Cuma saya yang kerasan melek.

Dia berikan tempat terhadap saya. Kami duduk nyaris berhimpitan. Saya memanglah berniat. Ketika dia coba menggeser sedikit menjauh, perlahan saya mendekakan diri.

“Dik Andy” Mbak Maya buka penuturan.

“Nasib anda itu sebenernya tidak jauh lain dengan Mbak. ”

Saya mengerutkan dahi. Menanti Mbak Maya menerangkan. Tapi wanita itu diam saja. tangannya memilin-milin ujung rambut.

“Maksud Mbak apa sich? ”

“Tidak bahagia dalam hal tempat tidur. Ih. Bagaimana sich. ”

Mbak Maya mencubit paha saya. Saya mengaduh. Memanglah sakit, Tapi saya bahagia. Perlahan penis saya bergerak.

“Kok dapat? ”

“Nggak tahu tuch. Mas Wib itu loyo setelah. ”

“Impoten? ” Saya agak kaget.

“Ya tak sich. Tapi susah diajakin. Banyak nolaknya. Malas saya. Wanita kok dibegituin, ”

“Hihihi.. Barusan kok kasih saran ke saya? ”

Saya tersenyum kecil. Mbak Maya coba mendaratkan sekali lagi cubitannya. Tapi saya lebih sigap. Saya tangkap tangan itu, serta saya amankan dalam genggaman. Saya mulai berani. Saya remas tangan Mbak Maya. Penis saya merasa menegang. Tubuh mulai panas dingin. Mungkinkan malam hari ini saya serta Mbak Maya..

“Terus langkah pelampiasan Mbak bagaimana? Swalayan juga? ” Bertanya saya.

Saya letakkan samping tangan diatas pahanya. Mbak Maya coba menghindar, tapi tidak jadi.

“Enggak dong. Malu. Risih. Ya ditahan saja. ”

“Kapan paling akhir Mbak Maya tidur sama Mas Wib? ”

Saya mencium punggung tangan Mbak Maya. Lalu tangan itu saya letakkan perlahan diantara pahaku, sedikit menyentuh penis.

“Dua minggu waktu lalu. ”

“Heh? ” Saya memandang matanya. Bener tak sich. Kok jawabannya sama juga dengan saya? Ngeledek apa bagaimana nih.

“Bener. ” Matanya mengerling ke bawah, lihat suatu hal di dekat tangannya yang kugenggam.

“Mbak.. ” Saya membuat kemampuan untuk bicara. Tenggorokan merasa kering. Nafsu saya mulai naik. Wanita ini bener-bener seperti merpati. Jangan-jangan cuma jinak kala didekati. Saat dipegang dia kabur.

“Hm, ” Mbak Maya memandang mata saya.

“Mbak pengin? ”

Dia tidak menjawab. Wajahnya tertunduk. Saya capai pundaknya. Saya elus rambutnya. Saya sentuh pipinya. Dia diam saja. Sejurus lantas mulut kami berpagutan. Lama. Ciuman yang bergairah. Saya remas sisi dadanya. Lalu tali samping dasternya saya tarik serta lepas. 

Mbak Maya merintih kala jari saya menyentuh belahan dadanya. Dengan spontan tangan kirinya yang sejak mulai barusan di pangkuan saya meraih apa sajakah. Serta yang tertangkap yaitu penis. Dia meremasnya. Saya menggesek-gesekkan jari saya di dadanya. Kami kembali berciuman.

“Di kamar saja yuk Mbak? ” ajak saya.

Lalu kami beranjak. 1/2 berjingkat-jingkat menuju kamar Mbak Maya. Kamar ini terdapat bersebarangan dengan kamar saya. Di samping kamar Mbak Maya yaitu kamar mertua saya.

Malam itu tumpahlah semuanya. Kami bermain dengan hebatnya. Berulang-kali. Ini yaitu perselingkuhan saya yang pertama sejak mulai saya kawin. Terakhir saya kenal, itu juga perselingkuhan pertama Mbak Maya. Sebelumnya itu tidak terbetik fikiran untuk selingkuh, terlebih tidur dengan lelaki beda tidak cuman Mas Wib.

Pada akhirnya saya kembali pada arah awal saya. Rosi. Mungkinkah saya menyetubuhi adik istri saya? Uhh. Tidak mungkin. Kalau hamil? Beda dengan Mbak Maya. Kepada dia saya tidak sangsi untuk keluarkan benih saya kedalam rahimnya. 

Jikalau hamil, tidak permasalahan kan. Paling-paling seandainya anaknya lahir serta serupa dengan saya yaa banyak langkah untuk menepis tuduhan. Lagian masak sich pada berprasangka buruk?

0 comments: