SEO page contents SEO page contents SNEAKING IN ON MOM ~ VIDIO SEX KUNJUNGI KAMI LEBIH BANYAK VIDEO YANG MENARIK HANYA DI WWW.GAJAHQQ.COM DARI AYO BURUAN KUNJUNGI WEBNYA YA NANTI KAMI AKAN SELALU UPDATE :D

Bonus 10% untuk member baru

Saturday, July 28, 2018

SNEAKING IN ON MOM

SNEAKING IN ON MOM THE ROOM


VIDIO SEX - Serta saya telah mobilisasi rencanaku. Saya main ke rumah Dhea bekali-kali, selama siang serta malam hingga sampai saya telpon buat memahami kapan Dhea ada sendirian serta kapan orang tuanya ada. Serta pada kala malam saya akan memutus buat masuk ke rumah Dhea saya telah menegaskan jika orang-tua Dhea telah tidur serta Dhea berada di kamar tidurnya. Rencanaku dapat kuperkosa Dhea sesaat orang tuanya tidur di kamar mereka. 




Tubuhku kaku karena tegang, waktu saya buka jendela belakang tempat tinggalnya gunakan linggis. Nada jendela yang terdongkel terdengar seperti letusan membuatku mesti diam tak bergerak sepanjang 1/2 jam menanti adakah yang tinggal di rumah yang terbangun. Untung saja segalanya masihlah dalam kondisi sunyi senyap, serta saya akan memutus buat masuk. 




Tubuhku saat ini gemetar. Tiap-tiap langkahku seperti membuat seluruhnya rumah berderit serta saya siap meloncat melarikan diri. Namun waktu saya hingga sampai di muka kamar tidur Dhea rumah itu masihlah gelap serta sunyi senyap. Saya buka pintu serta masuk sembari menutupnya kembali. Saya seperti dapat dengar jantungku yang berdetak keras sekali.


Saya belum pula sempat setakut ini seumur hidupku. Namun sisi yang sangat susah telah sukses saya lampaui. Kamar tidur orang-tua Dhea berada di lantai basic. Saya berdiri di samping ranjang Dhea menentukan langkah seterusnya. Perlahan-lahan penisku mulai menegang hingga selanjutnya besar serta tegang hingga sampai ngilu. Mata Dhea terbuka menatapku tak dapat bernafas. Saya berada di samping ranjangnya mencekik lehernya, sesaat tangan kiriku mengcungkan belati di muka mukanya.

“Diem. Jangan sampai bergerak, jangan sampai bersuara, atau lo mati. ” saya dengar suara suaraku yang lainnya sekali dari umum. terlihat bengis serta kejam.

Dhea masih nampak cantik. Umurnya lima belas tahun. Dia terbatuk-batuk.

“Kalau saya lepasin tanganku, lo berguling tengkurap serta jangan sampai berisik atau saya potong leher lo. ” Saya semestinya tak punya maksud dapat membunuh dia, namun sekurangnya itu sukses membuat Dhea ketakutan. Dhea secara langsung menurut serta lekas kuikat tubuhnya, tutup mulutnya dengan plester, serta mengikat pergelangan tangannya di belakang. 



MOM THE ROOM


Selimut yang menutupi badan Dhea saat ini telah berada di lantai, serta saya dapat menyaksikan jelas gadis yang lagi tengkurap di depanku. Badan Dhea langsing serta mungil, serta pakaian tidur yang dipakainya terangkat ke tas membuatku dapat menyaksikan kakinya yang putih serta mulus.


Ereksiku telah optimal serta saya tidak tahan sakitnya, celanaku menyembul didorong oleh penisku yang besar, serta bersentuhan dengan pantat Dhea yang mungil. Saya menindih Dhea serta bergoyang- goyang membuat penisku bergesekan dengan pantat Dhea serta dengan tanganku yang bebas kuraba sisi dada Dhea yang masihlah ditutup oleh dasternya. Buah dada Dhea masihlah kecil, yang membuatku semakin birahi. Mulutku bersentuhan dengan telinga Dhea.



“Lo sungguh-sungguh prima. Masih diam serta saya dapat pergi sekejap lekas. ”

Mata Dhea terpejam seolah-olah sudah tertidur kembali. Saya bebaskan celana trainingku serta celana dalamku hingga sampai ke kakiku namun belum pula saya melepaskannya dari badanku, sembari memandang sisi belakang badan Dhea yang indah. Kakinya yang telanjang membuat nafasku berat, serta dasternya tak dapat lagi menutupi pantatnya yang tertutupi celana dalam putih. Serta tangannya yang terikat erat sungguh-sungguh membuat Dhea prima buatku.


Saya buka kaki Dhea tanpa perlawanan yang bermakna, serta membenamkan wajahku, yang membuat Dhea keluarkan erangan buat pertama-tamanya. Saya benamkan wajahku ke selangkangan Dhea, nikmati wangi badan Dhea, yang senantiasa mengeluh ketakutan. Seterusnya saya raba- raba vaginanya yang tertutup celana dalam dari belakang, meraba, serta selanjutnya menusuk- nusuk dengan jariku.


Ini membuat erangan Dhea semakin keras hingga saya mesti mengancamnya lagi dengan belatiku. Lalu kulihat dia gemetar serta keliatannya mulai menangis. Celana dalamnya lembab, serta saya jadi berfikir mungkin saja Dhea mulai terangsang oleh jariku.

“Lo sukai Dhea? Hei, lao sukai tak? ” Dhea cuma menangis. Saya senantiasa meraba vaginanya, hingga sampai saya tak tahan lagi, serta secara langsung kutarik celana dalam Dhea hingga sampai terlepas. 


Saya semakin mencium berbau badan Dhea. Serta saya mulai hilang ingatan. Saya balik lagi badannya, karena saya tahu saya lebih ringan ngerjain Dhea melalui depan. Dhea berbaring tak nyaman, berbaring telentang dengan tangan terikat ke belakang, serta telanjang mulai pinggang ke bawah, rambut kemaluannya yang masihlah tipis nampak jelas. Ia memandang mataku, air mata membuat pipi Dhea berkilat tertimpa sinar lampu kamarnya. Saya tak demikian sukai lihat tatap mata Dhea, saya jadi berfikir buat membuat dia tengkurap lagi demikian penisku telah masuk ke vaginanya.


Saya memposisikan tubuhku, saya mesti memnyuruhnya seringkali buat buka kakinya lebih lebar, seperti dokter gigi, “Ayo lebih lebar sayang, lho kok segitu, lebih lebar lagi, bagus anak manis.. ”, Saya pingin tahu dia masihlah perawan ataukah tidak. Dhea tak meronta-ronta, soalnya saya masihlah pegang belatiku, namun senantiasa menangis sesenggukan, serta mengerang-erang, mengupayakan berkata suatu hal.

“Lo masihlah perawan tak Dhea? Masihlah? Masihlah apakah tak. ”

Dhea senantiasa menangis. Saya angkat dasternya ke atas lagi. Di muka Dhea agak rata, buah dadanya cuma sekepal dengan puting susu yang mengeras. Saya fikir itu karena hawa dingin, namun mungkin saja sisi dari badan Dhea yang benar-benar terangsang.

“Bukan begitu sayang, lo harus buka lebih lebar lagi.. ”

Saya tekan penisku di belahan vaginanya yang masihlah mungil. Merasa basah. sungguh-sungguh super sempit. Kutarik lagi penisku serta kumasukkan jariku, serta rasakan jepitan vagina Dhea yang hangat yang membuat penisku pingin merasakan juga. Saya gerakkan penisku maju mundur seringkali serta mengarahkan penisku lagi, tegang seperti tongkat kayu.

“Buka lagi manis. Lo sungguh-sungguh cantik. Saya hanya pengin perkosa kamu senantiasa pergi. ”

Saya mesti menggerakkan, bergoyang, berputar-putar, serta selanjutnya mengangkut ke-2 kaki Dhea ke atas sebelum saya sukses menggerakkan kepala penisku masuk ke vagina Dhea. Saya lihat lagi buah dada Dhea dengan putingnya yang keluar ke atas, mata yang meminta serta meratap dengan air mata serta saya dorong penisku masuk ke vagina mungil punya gadis berusia lima belas tahun itu dengan seluruhnya tenagaku.


Dhea menjerit, diredam oleh plester, membuatku semakin semangat. Vaginanya sempit sekali seperti menggenggam penisku. Dia nyatanya tak basah sekalipun. Saya perkosa dia dengan kasar, seolah-olah saya pingin membuatnya mati dengan penisku, mengupayakan membuat Dhea menjerit dan saya menghentak masuk. Dhea kian histeris saat ini.

Keadaanku telah 100 % dikuasai birahi, serta saat ini saya memusatkan perhatian buat menyakiti Dhea, serta saya tak punyai lagi perasaan kasihan buat Dhea. Saya senantiasa menghentak- hentak diatas badan Dhea, dengan kecepatan yang brutal, serta tubuhnya yang mungil terbanting- banting karena gerakanku. Saya terasa saya seperti merobek vagina Dhea dengan penisku, serta membuatku semakin terangsang, mendorongku bergerak semakin brutal. 


Di sela-sela gerakanku, saya jatuhkan belatiku serta kulepaskan celanaku yang membuat tanganku bebas memanfaatkan badan Dhea. Saya kesetanan rasakan badan Dhea, saya meremas tiap-tiap sisi badan Dhea, meremas buah dadanya, menjepit puting susunya, serta memanfaatkan bahunya yang kecil buat menyokong tubuhku.

Saya hampir tak ingat apakah saja yang saya jalankan sama Dhea. Dhea seringkali meronta pada mulanya, mengupayakan membebaskan tangannya, mengupayakan berguling, mengupayakan keluarkan penisku dari vaginanya. Muka Dhea pancarkan perasaan was-was serta takut, serta saya senantiasa memperkosanya sekuat tenagaku, seolah-olah itu kasus hidup serta matiku. Seaat sebelum saya alami orgasme saya menarik penisku keluar serta Dhea secara langsung mengupayakan buat berguling. Saya jambak rambutnya serta menariknya.

“Brengsek, tidur ke lantai. ”

Saya tarik kepalanya hingga sampai melekat ke lantai. Sesaat dia jatuh berlutut, namun Dhea sekalipun tak dapat mengangkut mukanya dengan tangan masihlah terikat ke belakang. Kepala Dhea tenggelam ke lantai. Dhea masihlah menangis serta gemetar. Saya masukan lagi penisku ke vagina Dhea tanpa kesusahan, karena penisku telah semua diberi darah perawan Dhea.


Saya masukan dari belakang sebelum Dhea sudah sempat meronta, saya pegangin pinggulnya sesaat saya senantiasa menggerakkan sekuat tenaga. Dengan pantat masihlah nungging ke atas saya tekan punggung Dhea dengan tanganku hingga kepala serta dada Dhea semakin tertekan ke lantai, serta saya senantiasa memperkosa dia dengan jenis seperti anjing. Serta Dhea sendiri saat ini mendengking- dengking seperti anak anjing yang ketakutan. Saat ini kutarik lagi rambutnya, membuat kepala Dhea terangkat.

Dhea sungguh-sungguh cantik serta gak berkemampuan, tangannya terikat di punggung. Saya senantiasa menyetubuhinya dengan keras serta tak mempunyai irama, kadangkala brutal berhenti sedetik serta mulai lagi dengan keras, serta bergatin menghimpit punggungnya ke lantai terus menarik rambutnya sampai ia mendongak lagi, hingga sampai saya rasakan sinyal tanda ejkulasi lagi.


Saya pingin sekali melepas plesternya serta memasukan penisku ke mulutnya yang mungil, namun untung saja saya masihlah sadar jika itu dapat membuat saya ketahuan, jadi saya masih metahan penisku di liang kesenangan Dhea sedalam-dalamnya serta melewatkan ejakulasiku. Saya pegangin belahan pantat Dhea dekat dengan selangkanganku waktu saya menyemburkan spermaku ke rahim Dhea yang menerimanya dengan tatapan mata was-was.

“Oh Dhea, sayangku, oh, oh.. ”

SNEAKING IN ON 


Penisku berusaha giat memompa, berdenyut, menyemburkan sperma ke badan Dhea, serta saya belum pula sempat keluarkan sperma sekitar ini sepanjang hidupku. Dhea masih diam tak bergerak, terengah-engah. Nafasku juga terputus- putus, serta bergidik dikit disaat saya mengejang lagi serta menyemprotkan bekas spermaku ke rahim Dhea. Saya menghentak dia seringkali lagi, saat ini dengan penuh perasaan seperti sepasang kekasih. Dhea sadar jika saya telah usai, serta terima gerakanku yang paling akhir ini masihlah gak bergerak, dengan kepala tenggelam ke karpet kamarnya yang tebal.

Saya tarik penisku keluar. Serta saya secara langsung terasa resah lagi. Saya secara langsung memakai pakaianku, serta lewat cara ajaib masihlah ingat buat ambil belatiku serta pikirkan suatu hal buat aku katakan pada Dhea.

“.. Terimakasih sayang”, saya berbisik lirih, serta secara langsung melarikan diri.


Serta biarpun saya sudah sempat resah disaat saya telah dalam perjalanan ke luar kota, sekejap lalu saya kembali dipenuhi selera baru. Saya berfikir buat kembali serta menculik Dhea dan membawa sebagian orang temanku buat mencicipinya.

0 comments: