SEO page contents SEO page contents NGENTOT TEMAN KERJA ~ VIDIO SEX KUNJUNGI KAMI LEBIH BANYAK VIDEO YANG MENARIK HANYA DI WWW.GAJAHQQ.COM DARI AYO BURUAN KUNJUNGI WEBNYA YA NANTI KAMI AKAN SELALU UPDATE :D

Bonus 10% untuk member baru

Tuesday, January 2, 2018

NGENTOT TEMAN KERJA



Telah tujuh hari ini saya selamanya makan malam keluar tempat tinggal, karna tempat tinggal rumahku cuma ada pembantu pria yang cuma bersihkan tempat tinggal dan membersihkan busana serta pulang pada sore hari sesudah saya pulang dari kantor cabang di Bandung.


Memanglah telah dua hari ini saya seandainya tidak mau makan malam yang perlu naik angkot, saya sukai makan roti bakar serta bubur kacang ijo yang ada dimuka kantor cabangku. Itupun tidak bisa lebih dari jam sembilan malam, karna lebih dari jam itu warung itu telah tutup. 

LIHAT JUGA = JILBAB NGENTOT

Aku kaget juga kala makan diwarung itu yang umum melayani Pak tua, kok mendadak yang melayani seseorang ibu yang wajahnya lumayan manis, dengan badan sintal, usia kurang lebih 45 th., serta berkulit kuning langsat seperti tanda-tanda ciri khas orang Jawa Barat.

“Bu, ayah yang umum melayani di sini, kemana bu? ” sapaku.

“Och Mang Didin, tengah sakit Mas. ” jawabnya.

“Lalu ibu siapa? ” tanyaku penasaran.

Dia cuma tersenyum manis saja.

“Wach ini ibu buat penasaran saja nich” fikirku dalam hati.

Memanglah sih dia balik ajukan pertanyaan, saya ini siapa, serta sesudah saya utarakan, dia memanglah mengenalkan diri kalau dia ibu Lastri. Dia utarakan kalau dia tinggal persis dibelakang kantorku sekarang ini, tapi masuk gang kecil. Aku duduk sembari makan roti tidak rata-rata sampai hingga warung itu tutup. 

Cukup terang kalau Bu Lastri cuma tinggal dengan seseorang anaknya lelaki yang telah berkeluarga. Lantas dari info pembantu di kantor cabangku, kalau Bu Lastri itu ditinggal cerai oleh suaminya satu tahun saat lalu, serta disebutkan kalau Bu Lastri sebelumnya cerai termasuk juga orang yang ada, walau tidaklah terlalu kaya sekali. Pastas fikirku, dari dandanannya, Bu Lastri tidaklah terlalu seperti ibu-ibu yang beda, dalam makna tidak menggunakan kebaya, tapi menggunakan baju terusan sampai dengkulnya.

“Bapak kapan bercakap dengan Bu Lastri? bertanya pembatuku.

“Tadi malam. ” jawabku singkat.

“Wach ayah pulang kantor sukai malam sih, Bu Lastri bila siang atau sore kurang lebih jam lima sukai bercakap di sini dengan saya lho. ” jawab pembantuku sekali lagi.

Och nyatanya Bu Lastri sukai ambillah air ledeng dari kantorku, untuk air termos diwarungnya. Hm.. Peluang fikirku.

Singkat narasi, saya berniat pulang agak sore, serta memanglah benar Bu Lastri tengah bercakap dengan si Dadang pembantuku. Lantas saya ditegurnya sembari berkata.

“Maaf nich Mas, ketahuan dech, seringkali minta air nich. ”

“Nach yach.. Ketahuan, bila saat mesti bayar nich, dengan roti bakar. ” candaku.

Tapi mendadak si Dadang pengin izin pulang cepat karna adiknya pengin kedokter, kebetulan fikirku he he he.

“Iya dech kelak saya katakan sama Mang Didin mempersiapkan roti bakar untuk Mas”

Lantas saya cobalah untuk menggodanya “Ech tidak dapat, yang ambillah air khan ibu, yang membikinkan roti bakar harus juga Bu Lastri dong. ”

Dia menatapku tajam sembari menggigit bibirnya yang begitu indah diliat, saya telah mampu membaca fikirannya, kalau dia telah menyadari maksudku. Lantas saya balas tersenyum padanya, diapun tersenyum kembali sembari permisi untuk ke warungnya.

Pada akhirnya saya seringkali pulang sore-sore sampai satu saat kala si Dadang akan izin tidak dapat masuk, akupun izin ke kantor untuk istirahat di rumah, meskipun sebenarnya ada tekad untuk mengencani Bu Lastri, karna memanglah saya telah ada tanda dari pandangan matanya sekian hari yang kemarin.

Siang hari seperti umum Bu Lastri datang untuk minta air, lantas saya pura-pura menjawab meringis sembari memegang pinggangku. Serta memanglah benar Bu Lastri datang menyongsong.

“Kenapa Mas pinggangnya”

“Enggak tahu nich, barusan pagi bangun tidur segera pinggang saya merasa pengin patah. ”

“Mau ibu pijitin” tantangnya. Wach kebetulan nich fikirku.

Singkat narasi saya telah tiduran dibangku panjang diruang tamuku tanpa ada baju, lantas Bu Lastri memijit pinggangku. Sesudah lima menit saya bangkit berdiri, lantas saya menawarkan inspirasi gilaku untuk memijitnya.

“Ach memanglah Mas dapat mijit, bila dapat kebetulan nich betis ibu sukai pegal-pegal”

Aku sedikit bicara saya suruh Bu Lastri tiduran untuk memijit betis sisi belakang. Memanglah seperti adat Bu Lastri cuma menggunakan baju daster bercorak kembang sampai batas dengkulnya. Lantas saya ambil body oil dari kamarku. 

Aku urut betis Bu Lastri lantas pelan-pelan pijitanku saya naikkan sampai pahanya. Dia nyatanya cuma diam saja. Karna telah ada tanda fikirku, saya singkapkan dasternya sampai ke-2 belah pantatnya yang begitu menantang tampak terang dimuka mataku. Aku pijat pahanya sembari ke-2 jempolku saya input kedalam celana dalamnya. Dia cuma mendesah.

“Och.. ”

Hm.. Peluang nich, saya tidak menghabiskan waktu sekali lagi, saya turunkan celana dalam Bu Lastri sampai batas dengkulnya, lantas saya input tangan kananku kedalam celah ke-2 belah pahanya, sembari memasukan jari tengahku kedalam lubang kemaluan Bu Lastri.

“Och.. Och.. ” desah Bu Lastri sembari mengangkat pantatnya agak ke atas, sampai semakin terang tampak kemaluan Bu Lastri yang telah berwarna coklat tua. Lantas saya lumurkan body oil persis dilubang anus Bu Lastri, sampai meleleh sampai ke lubang kemaluannya. 

Aku gosok-gosok lubang kemaluan Bu Lastri sisi luarnya, sedang jempolku saya gesek-gesek dengan pelan dilubang anusnya. Rupanya Bu Lastri tidak kuat sekali lagi menahan gejolak napsu birahinya. Segera dia berdiri sembari menarik celana dalamnya ke atas kembali, serta mencium bibirku lantas berkata perlahan.

“Mas masih tetap siang tidak enak kelak ada yang datang sekali lagi, kelak sore tentu saya juga akan ambillah air sekali lagi dech” Bu Lastri seolah memberikan isyarat saya kalau kelak sore saja sesudah hari agak gelap.

Benar saja masih tetap seperti barusan Bu Lastri mengenakan pakaian, dia datang berpura-pura untuk minta air, kulihat mang Didin tengah repot melayani tamu yang pesan roti bakar diwarung Bu Lastri. Aku menyuruh Bu Lastri masuk kembali, tapi saat ini saya ajak dia kekamar tengah tempat saya nonton TV, saya segera mendekapnya, dia menyongsong dengan ciuman sembari melumat lidahku. Lantas saya suruh Bu Lastri buka dasternya. 

Sampai dia telanjang bulat, lantas saya suruh dia nungging di atas bangku, dengan pelan-pelan saya selusuri pahanya dengan lidahku, sampai hingga ke lubang kemaluannya. Terlihat memanglah Bu Lastri rajin menjaga badannya.

Tanpa ada menghabiskan waktu saya buka celanaku lantas saya input penisku kedalam lubang kemaluannya dari belakang, saya genjot Bu Lastri dari belakang sampai cairan putih menetes dari lubang kemaluannya. Sedang dia cuma menunduk sembari mendekap senderan bangku tamuku, sembari pejamkan matanya menahan rasa nikmat.

Aku balikkan badan Bu Lastri lantas saya jilat teteknya yang telah mulai mengendor, aku bikin sebagian sedotan keras dari bibirku di bagian tepi teteknya sampai membekas berwarna merah kehitam-hitaman. Dia cuma mendesah tiada henti. Aku bisikan pelan.

“Ibu isep saya mempunyai yach”

Tanpa ada diminta sekali lagi Bu Lastri segera duduk di bangku sembari mengulum penisku, serta kelihatannya beliau tahu persis langkah mengulum yang benar. Diputar-putarnya penisku dengan lidah dan air liurnya, sampai penisku semakin tegang serta keras. 

Lantas saya pegang kepalanya dengan ke-2 tanganku serta segera kugoyangkan penisku keluar masuk kedalam mulutnya. Lantas dijilatnya pinggir penisku sampai sisi paling bawah mendekati lubang anusku. Wow memanglah ibu yang satu ini begitu lihai langkah memberikannya kesenangan pada pria.

Lantas saya tarik bangku tamuku, saya sandarkan badan Bu Lastri di sandaran bangku sampai kepalanya menyentuh tempat duduk, sedang pinggangnya terganjal disandaran bangku, lantas saya renggangkan ke-2 belah paha Bu Lastri serta kumasukan penisku ke lubang kemaluannya dari mulai pelan sampai kugenjot kencang.

Terlihat Bu Lastri akan berteriak, tapi karna takut terdengar tetangga, ia cuma mendesah.

“Och.. Och.. Och.. Lanjutkan Mas, lanjutkan.. ”

Kami berdua sampai berkeringat, karna memanglah berniat saya menahan pejuku tidak untuk muncrat dulu. Karna saya memang sungguh-sungguh terangsang dengan putihnya body Bu Lastri, buah dadanya yang masih tetap bulat menantang, walau agak turun sedikit, dan pinggulnya begitu menantang seandainya dia menggunakan rok atau celana ketat.

Aku cabut penisku sembari bersihkan lubang kemaluan Bu Lastri dengan tissue, karna kelihatannya Bu Lastri sudah menggapai puncak kenikmatannya, hingga terlihat cairan pejunya meleleh. Pada akhirnya saya angkat Bu Lastri kedalam kamar tidurku, saya rebahkan dia, saya kecup bibirnya sembari tanganku memelintir puting susunya, kadang waktu saya ramas buah dadanya. 

Lantas ciumanku dibibirnya saya pindahkan kekedua buah dadanya, saya jilat dengan bertukaran puting susu Bu Lastri. Dia terlihat gelisah karna mulai terangsang kembali sembari kadang waktu mengangkat pinggulnya agar vaginanya bergesekan dengan penisku, dari mulai buah dadanya jilatanku turun ke arah pusar dan perut sisi segi kanan serta kirinya.

“Och..!! ” terlihat Bu Lastri tdk kuat sekali lagi menahan rangsangan yang saya beri lewat jilatan lidahku. Ia juga segera membalikkan tubuhku sampai terlentang lantas diapun mulai membalas dengan menjilat ke-2 puting tetekku, lantas mengangkat ke-2 pahaku sampai ke atas, sampai pinggangku agak terangkat, lantas ia mulai menjilat ke-2 bijiku lantas lebih turun kembali di sekitar pinggir lubang anusku, kadang waktu ujung lidah .

Bu Lastri menyentuh cocok ditengah lubang anusku, serta memanglah kesenangan yang mengagumkan yang saya peroleh pada sore hari ini. Karna memanglah service dari Bu Lastri dengan bertubi-tubi tanpa ada henti, segera buat saya tidak bisa sekali lagi menahan pejuku untuk keluar.

Lantas saya angkat Bu Lastri untuk tempat menempati penisku, dengan pelan dia input penisku kedalam lubang kemaluannya. Segera tanpa ada di beri komando Bu Lastri meningkatkan diriku seperti kuda liar, selalu dia menggoyangkan pinggulnya maju mundur. Peristiwa ini berjalan sepanjang duapuluh menit serta terlihat keringat mulai menetes dari badan Bu Lastri, segera dia mendekap diriku, sembari berbisik.

“Keluarkan yach Mas.. saya telah tdk kuat sekali lagi.. ”

Sembari mengangguk saya cium bibirnya yang mungil. Lantas Bu Lastri kembali ke tempat menempati saya sembari meningkatkan goyangan pinggulnya lebih kencang sekali lagi, selalu.. Dia meningkatkan, akupun tdk mampu menahan kesenangan yang telah mencapai puncak diubun-ubun kepalaku. 

Lantas saya bebaskan pejuku di dalam lubang kemaluan Bu Lastri, serta kelihatannya ini sertai dengan goyangan Bu Lastri yang semakin lama semakin melemah sembari kadang waktu dia menghentakkan pinggulnya, yang rupanya dia keluarkan pejunya untuk yang ke-2 kalinya. Lantas dia terjatuh merebahkan tubuhnya di atas badanku, sembari memeluk erat badanku.

Sesudah sepuluh menit, saya bisikan ditelinga Bu Lastri.

“Bu yuck pakai baju, kelak mang Didin nyariin lho.. ”

Lantas Bu Lastri bangun serta bersihkan dianya di dalam kamar mandiku, demikian pula saya. Sesudah rapi Bu Lastri berkata.

“Mas saya kedepan yach” Lantas saya menjawab.

“Terima kasih, ‘roti bakarnya’ yach bu”

Lantas dia berbalik memandangku tajam sembari tersenyum serta berkata, “Awas anda yach.. ”

0 comments: