SEO page contents SEO page contents MAIN DI ATAS MOTOR ~ VIDIO SEX KUNJUNGI KAMI LEBIH BANYAK VIDEO YANG MENARIK HANYA DI WWW.GAJAHQQ.COM DARI AYO BURUAN KUNJUNGI WEBNYA YA NANTI KAMI AKAN SELALU UPDATE :D

Bonus 10% untuk member baru

Friday, January 12, 2018

MAIN DI ATAS MOTOR


Vidiosex258 adalaha kumpulan Vidio bokep barat semua vido sex dari berbagai negara bokep paling hot dan vidio dari berbagai genre barat , china , jepang , indonesia .

Ku pinggirkan motorku ke pom bensin paling dekat sebelumnya motor kesayanganku ini ngambek serta berhenti di dalam jalan. Hujan sedikit lebih deras dari mulanya waktu saya tengah isi bensin, tapi itu tidak hentikan langkahku untuk dapat sesegera barangkali hingga tempat tinggal. 


Memang hari ini hari Jumat serta besok saya tidaklah perlu bangun pagi untuk ke kantor, tapi cuaca serta pekerjaan yang melelahkan hari ini membuatku mau bergegas menyelimuti diri serta tidur hingga siang waktu yang akan datang. Selesai beli bensin, kembali ku picu motor bebekku yang telah cukup berusia.

Lihat Juga = NGESEK ANAK SD

Tidaklah sampai 15 menit, saya telah tiba di jalan yang tercantum di KTP. Saya memanglah tahu jalannya, tetapi tidak paham tempat tinggalnya. Alhasil saya mesti tetaplah mencari tempat tinggalnya. Cukup susah lantaran daerah itu bukan hanya perumahan, makanya mencari nomor tempat tinggalnya jadi tidak semudah yang dipikirkan.

Saya juga ajukan pertanyaan dengan yang memiliki warung rokok ditepi jalan yang masihlah buka.

“Pak, maaf ingin tumpang bertanya. Tau alamat sama pemiliki KTP ini pak? ” Tanyaku sembari memberikan KTP.

lihat juga gadis bokingan terbaru = INFO BISPAK

“Ohhh, ini Neng Sinta, Mas. Itu tempat tinggalnya yang itu tuch. Yang pager warna ijo. Tuch simak tidak? ” Si yang memiliki warung memberikan tangannya ke arah tempat tinggal yang letaknya tidak jauh dari warung itu.

Saya juga mengangguk.

“Makasih ya, Pak…” Jawabku.

Ku datangi tempat tinggal itu. Rumahnya besar sekali, pagar hijaunya yang tinggi halangi pandangan untuk lihat kedalam tempat tinggalnya. Tanpa ada tunggu lama lantaran hujan yang jadi lebih deras, ku tekan saja tombol bell yang berada di depan serta mengharapkan ada orang dirumah.

Bell ku tekan 3x, tidak ada juga jawaban. Saya nyaris putus harapan serta punya niat menitipkan dompet ke warung barusan, walau kuatir uang yang berada di dalamnya juga akan di ambil si yang memiliki warung.

“Yaudahlah, yang terutama tujuannya telah baik…” Fikir ku dalam hati.

Barusan saya menaiki motor ku kembali, mendadak pintu pagar terbuka. Seseorang wanita keluar, dengan busana putih ketat, celana pendek berwarna krem serta sendal jepit sembari memegangi payung. “Cari siapa, Mas? ” Bertanya wanita itu.

“Hmm, Sintanya ada? ” Balasku.

“Iya, saya Sinta. Siapa ya? Ada butuh apa, Mas? ”

“Oh mbak yang namanya Sinta? Ini mbak, saya barusan nemuin dompet mbak di deket pom bensin…” Kata ku sembari menyodorkan dompetnya.

Matanya terbelak lihat dompetnya, ia juga segera histeris. “Ya ampun! Akhirnyaaaaa! Aduhhh, terima kasih ya masss…” Teriaknya sembari memperoleh dompet yang saya kasih.

Ia juga selekasnya buka serta mengecek isi dompetnya.

“Di check saja dahulu, mbak. Ada yang ilang apa tidak. ”

Ia menggeleng, “Enggak ada, Mas. Uangnya masihlah ada semua…” Jawabnya sembari tutup dompet.

“Mas, masuk dahulu yuk. Hujan, Mas…. ” Tawar Sinta.

“Ah, tidak usah mbak. Telah malam. Saya segera pulang saja…” Kilahku.

Saya terperangah lihat isi tempat tinggalnya. Ruang tamunya saja besar sekali dengan sofa kulit yang tampak mahal. Saya jadi cukup canggung masuk ke dalamnya.

“Silakan duduk, Mas. Anggap saja tempat tinggal sendiri…” Ujar Sinta memersilahkan ku duduk.

“Iya, Mbak.. ” Jawabku sembari duduk di sofa.

“Sebentar ya, Mas…” Sinta berlalu masuk, kelihatannya ia ke kamarnya.

Rumahnya cukup besar, ruangan tamunya dipenuhi sebagian hiasan antik. Lukisan pedesaan memiliki ukuran cukup besar bergantung pada dinding pas di depanku. Di pojok ruang ada guci memiliki ukuran besar, serta hiasan beda yang menaikkan situasi elegan tempat tinggal itu.

“Ya telah, paling tidak saat ini kan anda tau seandainya pacar anda memanglah tidak jodoh sama anda, serta anda tau nyatanya teman anda juga tidak semua dapat dipercaya…” Nasehatku terhadap Sinta mendengar curhatnya.

Ia juga mengangguk lambat. “Mas sendiri, miliki pacar tidak? ”

Saya menggelengkan kepala, “Sama nasib kita.. ” Jawabku disertai tawa renyah Sinta.

“Udah berapakah lama, Mas? ”

“Hmm…” Sesaat ku mengkalkulasi berapakah bln. sejak saya putus dengan pacar ku terlebih dahulu, “Udah nyaris satu tahun lah…”

“Wah lumayan juga, sudah kering lah ya mas? ” Ledek Sinta sembari tertawa.

“Hahaha, seperti anda tidak aja…” Balas ku.

“Iya sih…” Jawab Sinta, mendadak ia menyingkirkan tawanya serta jadi serius. “Sudah ingin jam 1 mas, hujan belum juga berhenti. Bagaimana seandainya mas bermalam saja dahulu? Itung-itung nemenin saya. Besok kan libur, jadi tidak mesti ke kantor kan? ” Bertanya Sinta.

“Waduh, janganlah deh. Tidak enak kelak dilihat tetangga. Nanti dikira macem-macem…” Ujarku, menampik halus tawaran Sinta.

“Tenang saja, Mas. Tetangga di sini cuek kok. Kalo macem-macem juga mengapa? Udah gede ini, macem-macemnya enak juga…” Jawab Sinta enjoy.

Pengucapan Sinta sebetulnya buat fikiran kotorku jadi lebih menyebar tidak karuan. Ingin berasa menergap tubuhnya, melumat bibir serta menggerayangi badannya yang mengundang selera itu. Tapi ku cobalah untuk menahannya, menghormati dianya jadi tuan-rumah.

“Oke deh seandainya gitu, saya numpang tidur di sofa ya…” Pintaku.

“Eh, jangannn. Dingin dong tidur di sini, mana enak juga. Mari di kamar saja. Sini saya anterin…” Kata Sinta sembari menarik tanganku.

Seperti kerbau yang dicocok hidungnya, saya menurut saja serta ikuti Sinta ke kamar yang terdapat di sisi belakang tempat tinggalnya.

Dibukanya pintu kamar, serta dinyalakan lampunya.

Kamar itu cukup besar, dapat disebut semakin besar dari kamarku dirumah. Kasurnya king size, cukup untuk tidur 4 orang kelihatannya. Lampu kuning yang temaram, menaikkan kenyamanan kamar itu.

“Nih, tidur di sini saja mas…” Ujar Sinta.

Saya juga mengangguk, lantas meletakan tas ku di samping kasur itu. Sinta terlihat ambil suatu hal dari almari.

“Nah, ini. Ada baju kelihatannya muat sama anda. Pakai nih, ketimbang masuk angin…. ” Sinta menyodorkan busana.

Saya juga mengambilnya, “Kamar mandinya di mana? ”

“Udah, ganti di sini saja memang mengapa sich? ” Kata Sinta nyeleneh. Mendengar pengucapan Sinta sesuai sama itu, dengan santainya ku buka saja busanaku dimuka Sinta serta menggantinya dengan busana yang ia kasih.

“Ini celananya juga. ” Ucap Sinta. Kesempatan ini saya sedikit sangsi untuk ganti celanaku di depannya. Penisku tengah berdiri tengah, tidaklah terlalu tegang, tapi pastinya tampak terang seandainya ku tanggalkan celanaku serta tersisa celana dalamnya saja.

“Gak berani ya? Cupu dehhh.. ” Ledek Sinta.

“Berani kok, anda yang berani tidak liatnya? ” Ledek ku balik ke Sinta. Ia cuma tertawa.

Saya juga nekat, dengan pastinya ku buka kancing celana serta reseletingnya. Ku turunkan celanaku.

Sinta sedikit terbelak lihat cetakan penisku yang menyumbul di balik celana dalam. Saya yang mengerti hal itu, berniat mengulur saat untuk memanfaatkan celana.

“Kenapa? Udah lama ya tidak simak? ” Saya kembali meledek Sinta.

Tanpa ada ku sangka, Sinta segera hampiri serta menarik turun celana dalamku. Penisku yang baru 1/2 berdiri itu segera digenggamnya dengan kuat.

“Iya, serta ini saat ini jadi punyaku! ” Kata Sinta tegas. Ia juga berjongkok serta memasukan penisku kedalam mulutnya.

Mendapat perlakuan sesuai sama itu, saya cuma meringis menahan nikmat. Sinta buas sekali melahap penisku.

Awalnya ia memasukkan penisku seluruh nya kedalam mulut, lantas ia menjilati batangnya dengan lambat, mengisap kepala penisku, lantas menjilati zakarku dengan rakusnya. Penisku jadi lebih tegang, kesempatan ini tegang dengan kebolehan penuh.

“Uhhhh, pelan-pelan donggg Sinnn…” Desisku sembari memegangi kepala serta rambutnya supaya tidak halangi panorama indah yang ku saksikan.

Sinta tidak menjawab, ia jadi lebih asyik memasukan penisku kedalam mulutnya.

Tidak ingin tinggal diam, saya juga menarik busana Sinta supaya lepas. Sinta menaikan tangannya untuk membantu ku. Badannya demikian putih serta bersih. Branya yang berwarna biru muda masihlah ketinggalan di tubuhnya, menutupi dua gundukan payudara indah yang siap kunikmati sebentar kembali.

Saya juga menarik badan Sinta supaya kembali berdiri. Segera ku lumat bibirnya yang cukup tidak tipis itu. Lidah kami sama-sama berpagutan, terkadang ia menggigit bibirku dengan gemas, serta mengisap lidahku dengan kuat.

Lantas saya mendorong badan Sinta ke kasur. Ku tarik celananya turun, saat ini celana dalam mininya yang berwarna sama dengan branya tampak terang. Wanita cantik yang barusan ku kenal kurang dari tiga jam, saat ini tengah berbaring nyaris telanjang di depanku, tunggu untuk ku nikmati hingga pagi.

Dengan tidak sabar, saya juga buka celana dalam Sinta. Kesempatan ini giliranku nikmati kemaluannya. Bulu bulu terlihat tercukur rapi, ku buka kaki Sinta serta ku dekatkan wajahku ke arah vaginanya.

Tercium aroma sedap ciri khas dari vagina basah yang penuh gairah. Ku gosokkan jariku di bibir vaginanya yang buat Sinta menggelinjang.

“Aaaaaaaaahhhh, geliiiiii masssssss……” teriak Sinta. Saya tidak mengindahkannya.

Saya juga menjulurkan lidahku serta menjilati klitorisnya yang merekah basah. Jari telunjuk serta jari tengahku kususupkan masuk kedalam vaginanya, pelan ku keluar input jariku untuk menaikkan kesenangan Sinta.

“Uuuuuuuuughhhhh, enak massss, enakkkkkk….. ”

Semakin Sinta berteriak, jadi lebih liar juga permainan lidahku di vaginanya.

Tangan kiri ku tujukan ke payudaranya, ku remas remas serta ku tentukan putingnya. Ku serang habis vagina serta payudaranya di waktu yang berbarengan. Perasaan nikmat saat ini menyebar di semua badan Sinta.

“Uhh uhhh ohhh, massss, selalu massss, saya ingin keluar masssss…. ” Erang Sinta sembari menjambak rambutku kencang. Saya juga menaikkan frekwensi serangan. Kesempatan ini kocokan jari di lubang vagina Sinta jadi lebih cepat, jilatanku juga jadi lebih jadi.

“MAASSSSSS KELUAR AKU MASSSSSS…” teriak Sinta kencang. Benar saja, cairan putih cair hangat keluar dari dalam vaginanya. Ku hisap serta ku jilat habis tidak bersisa.

Sinta terengah-engah sesudah klimaks yang ia peroleh. Badannya telah dipenuhi keringat walau udara masihlah merasa dingin lantaran hujan yang jadi lebih deras diluar.

Saya juga merebahkan badanku di samping Sinta. Saya mau biarkan nikmati sisa-sisa kesenangan sembari menyatukan tenaga.

Dengan pastinya Sinta memasangkan kondom di penisku yang masihlah tegang. Saya cuma berbaring melihat Sinta yang tampak tidak sabar mau menghujani vaginanya dengan serangan dari penisku.

Demikian kondom terpasang, Sinta memosisikan dianya diatasku. Ia duduk sembari mengarahkan penisku ke lubang vaginanya.

BLESSSS

Sinta menempati diriku dengan penisku yang tertanam seluruh nya didalam vaginanya. Mulutnya terbuka demikian penisku menghujam ujung vagina. “Ahhhhh…” Desahnya nikmat.

Perlahan Sinta memaju mundurkan badannya diatasku. Penisku merasa ditarik demikian Sinta menggerakan pinggulnya. Badannya yang indah bergerak seluruh nya mendampingi kesenangan yang ia rasakan.

“Hmmm, hmmmm, uhhhh” Desis Sinta sembari menggigit bibirnya sendiri.

Saya juga meremas payudara Sinta untuk menaikkan kesenangan. Demikian tanganku menyentuh payudaranya, Sinta seolah beralih jadi binatang yang haus serta liar. Ia segera menggoyangkan pinggulnya dengan kencang serta cepat seakan tak mau membiarkan sedikitpun penisku keluar dari dalam vaginanya.

“AAAAAAH MAASSSS AAARGGGHHHHH” Teriak Sinta sembari memainkan rambutnya, matanya terpejam, berwajah mendongak ke atas. Rumah Sinta yang besar pasti buat kami berdua jadi lebih enjoy serta leluasa untuk berteriak serta merintih rasakan nikmat yang tengah kami buat.

“TRUS MASSSSS, NIKMAATTTT MASSSSS. KONTOL KAMU NIKMATTTTTTTT”

Saya juga memegangi pinggul Sinta supaya berhenti bergoyang, kesempatan ini saya yang menggerakan pinggulku naik turun. Sinta jadi lebih nikmati penisku yang tengah melayani vaginanya.

“MASSSS AKKKUU MAUU KELUARRR LAAAAGIIIII MASSSSSSSSS….. ” Sintapun mencengkram dadaku dengan kuat, tidak lama berselang vaginanya merasa mengencang, menarik penisku hingga merasa ngilu.

“AAAAARRRRRGGGHHHHH MASSSSSSSSSS…. ” Sinta menggapai orgasmenya lagi.

Badannya terkulai diatasku saat itu juga. Ia juga berbisik dengan lemah, “Terusin hingga anda keluar, mas…”

Saya juga mencium kening Sinta lantas mendorong badannya. Kesempatan ini saya berada di atasnya. Ku tujukan penisku kembali serta ku input lagi.

Saya juga merasakan lemas bukan hanya kepalang, badanku segera ambruk selain Sinta yang tengah kelelahan. Malam itu kami juga tertidur berdua, tanpa ada baju. Ku rasakan ada suatu hal yang hangat di penisku. Saya yang masihlah mengantuk mengupayakan untuk buka mata. Rupanya Sinta tengah menyongsong penisku yang berdiri pada pagi hari. Ku simak jam dinding yang berada di depanku,

saat telah jam 9 pagi, serta saya terbangun lantaran hisapan Sinta di penisku yang merasa begitu nikmat. Saya juga fresh secara cepat, serta nikmati aktivitas Sinta. Dijilatinya dengan lambat batang penisku, serta dimainkan terkadang lidahnya di kepala penisku. Merasa demikian nikmat pada pagi hari. Membuatku mau mengerjakannya sepanjang hari tanpa ada henti. Sinta lantas menarik tanganku supaya ku bangun.

“Sambil mandi yuk! Biar seger…” Ajak Sinta. Saya menyepakatinya serta cepat bangun dari tidurku.

Saya jalan ikuti Sinta. Ia membimbing penisku supaya tetaplah berdiri.

“UHHHHH AAAHHHHH IYA GITU MASSSSS…. ” Sinta mengerang kencang. Saya jadi lebih terangsang mendengarnya.

Tangan Sinta menahan badanku jadi sinyal buat aku hentikan genjotannya. Lantas ia menggerakan pinggulnya naik turun, sensasi kesenangan yang tidak ada duanya.

Benar-benar nikmat vagina Sinta, kesenangan selalu menyebar di semua badanku tanpa ada henti.

Lantas Sinta berteriak, “MASSS AKU KELUAR MASSSSSSSSSSS….. ” Dan crot crot! Sinta orgasme pada pagi hari ini. Vaginanya yang mengejang serta menegang membuatku mau ikuti orgasmenya.

“Aku juga nih, sebentar lagiii.. ” Kata ku sembari menggenjot vagina Sinta.

Sinta lantas menarik penisku, ia kembali berjongkok, melepas kondom yang terlebih dahulu terpasang lantas memasukan penisku kedalam mulutnya. Saya tidak dapat menahan kembali, ku tumpahkan sperma ku semua ke mulut Sinta.

“AAAAAAARRRRGGGGHHHH! ” Teriakku. Crot crot crot.

Mulut Sinta dipenuhi sperma ku yang kental serta banyak itu, tanpa ada tunggu lama, ia segera menelannya habis, lantas bersihkan penisku dengan lidahnya.

Mulai sejak waktu itu, kami berdua resmi berpacaran. Sinta dapat memuaskan keinginanku dengan mengagumkan, serta saya dapat memberikan keyakinan Sinta kalau saya akan tidak meninggalkannya lantaran ia memang sungguh-sungguh sesuai sama apa yang saya mencari sampai kini. 

Petualangan cintaku dengan Sinta tidak sekedar hingga situ, berapa kali saya dengan Sinta lakukan hal hilang ingatan, seperti Sinta yang memohonku untuk menggoda rekannya yang merebut kekasihnya dahulu lantas ia memohonku untuk menidurinya. Benar-benar hilang ingatan, tetapi hal tersebut membuatku jadi lebih menyenanginya.

0 comments: