SEO page contents SEO page contents BOKEP MALAY ~ VIDIO SEX KUNJUNGI KAMI LEBIH BANYAK VIDEO YANG MENARIK HANYA DI WWW.GAJAHQQ.COM DARI AYO BURUAN KUNJUNGI WEBNYA YA NANTI KAMI AKAN SELALU UPDATE :D

Bonus 10% untuk member baru

Wednesday, October 24, 2018

BOKEP MALAY

BIG TIT MALAY 


VIDIO SEX - Saya ingin share narasi, kisahku ini yaitu peristiwa yg betul-betul kualami sendiri. Untuk mengawasi nama baik keluarga, nama serta marga menyengaja kusamarkan. Saya mengharapkan mudah-mudahan beban batinku akan menyusut sehabis saya menceritakannya pada situs 17tahun. 



Saya yaitu seseorang gadis dari Kawanua, sebutlah namaku Inge, saya anak pertama dari 6 bersaudara serta saya hanya satu anak wanita. Kehidupan ekonomi keluargaku dapat disebut mencemaskan. Untung saya dapat tamat SMA, ini lantaran saya mendapatkan beasiswa dari Yayasan Super Semar.

Saya susah lihat kondisi keluargaku, ayahku yaitu seseorang Pegawai Negeri grup II, ibuku cuman seseorang Ibu Rumah Tangga yg tdk miliki kecakapan, kerjanya cuma mengelola putra-putrinya. Terasa saya ingin menolong bapak, mencari uang. 

Namun apalah daya saya cuma lulusan sekolah menengah, tapi demikian kucoba untuk melamar kerja di perusahaan yg berada pada kota Manado. Akhirnya nihil, gak satupun perusahaan yg terima lamaranku. Saya mahfum, pada saat krisis kini banyak PT yg jatuh bangkrut, biarpun ada PT yg bertahan itu lantaran mem-PHK beberapa karyawannya. 




Terus saya memikir, mengapa saya tdk ke Jakarta saja, kata orang di Ibukota banyak lowongan pekerjaan, serta saya ingat tetanggaku Mona namanya, ia itu tuturnya sukses hidup di Jakarta, bisa dibuktikan kehidupan keluarganya bertambah mencolok. Dulu kehidupan keluarga Mona hampir sama dengan kondisi keluargaku, pas-pasan. 

Namun sejak mulai Mona merantau ke Jakarta, ekonomi keluarganya semakin lama semakin berganti. Bangunan rumah Mona saat ini telah permanen, isi perabotnya serba baru, dari kursi tamu, tempat tidur segalanya lux, ikut TV 29″ antena parabola serta VCD mereka punyai. Saya ingin seperti Mona, toh ia ikut cuma tamatan SMA. Jika ia dapat mengapa saya tdk? Saya mesti yakin.

Pada satu hari di bulan September, tahun 1998 saya pamit pada keluargaku untuk merantau ke Jakarta. Meskipun berat papi serta bunda merelakan kepergianku. Berbekal uang Rp 75.000 serta ticket kelas Ekonomi hasil hutang papaku di kantor, saya pada akhirnya tinggalkan desa terkasih di Kawanua. 



Dari desa saya ke arah pelabuhan Bitung, saya mesti sudah tiba di pelabuhan sebelum waktu 6 sore lantaran KM Ciremai jurusan Tg.Priok pergi jam 19:00 WIT, waktu satu jam semestinya cukuplah untuk mencari tempat yg nyaman. Lantaran tiketku tdk memberikan nomer seat, maklum kelas ekonomi, saya mengharapkan mendapatkan lapak untuk menyelenggarakan tikar ukuran badanku. 

Namun sial, angkutan yg ke arah pelabuhan demikian terlambat, pada saat itu jam telah menunjuk waktu 18:45. Waktuku cuma 15 menit. Nyatanya KM.Ciremai telah berlabuh, saya lihat hiruk pikuk penumpang berebutan menaiki tangga, saya termasuk calon penumpang yg paling akhir, dengan sisa-sisa tenagaku, saya berupaya lari ke arah KM.Ciremai, saya cuma menggendong tas punggung yg berisi busana 3 potong. 

Saya telah ada di dek kapal kelas ekonomi, namun sebagian besar tempat telah penuh oleh banyak penumpang. Keringat membasahi seluruhnya tubuhku, tempat demikian berasa pengap oleh nafas-nafas manusia yg bejibun. Saya cuma dapat berdiri di muka suatu kamar yg bertuliskan Crew, di sekitarku ada seseorang Ibu tua bersama dengan 2 orang anak laki laki umur sekolah basic. 

Mereka tiduran di emperan namun nampaknya mereka cukuplah berbahagia lantaran bisa selonjoran. Saya berupaya mencari sela area supaya bisa jongkok. Saya bersukur, Ibu Tua itu rupanya berbaik hati lantaran bersedia menggeserkan kakinya, saat ini saya bisa duduk, namun sampai kapan saya duduk kuat secara duduk berikut. Dan perjalanan memakan banyak waktu 2 hari 2 malam.

Selang beberapa saat KM.Ciremai pergi tinggalkan pelabuhan Bitung, hatiku dikit lega, serta saya berdoa mudah-mudahan perjalanku ini akan merubah nasib. Gak sadar saya tertidur, saya dikit terperanjat waktu petugas bertanya ticket, saya ingat tiketku berada pada dalam tas punggungku. Namun apakah lacur, tasku raib entahlah di mana, saya kuatir, saya berupaya mencari serta menanyakan pada Ibu tua serta anak laki-lakinya, namun mereka cuma menggelengkan kepala.

“Cepat mengeluarkan tiketmu..” papar seseorang petugas dikit mendamprat.

“Aku kehilangan tas, ticket serta uangku berada pada situ..” jawabku dengan susah.

“Hah, bohong kamu, itu faktor kuno, mengatakan saja kamu gak beli ticket, Mari turut kami ke atas,” bentak petugas yg bertampang sangar.

Pada akhirnya saya dibawa ke dek atas serta diposisikan pada atasan petugas ticket barusan.

“Oh.. ini orangnya, berani-beraninya kamu naik kapal tiada ticket,” kata sang atasan barusan.

“Tiketku hilang bersama dengan pakaianku yg berada pada tas, saya tdk bohong Pak, namun betul-betul hilang..”

“Bah itu sich faktor classic Non, telah beberapa ratus orang yg memohon dikasihani dengan membuat faktor itu.” ujarnya kembali.

“Kalau Bapak gak yakin ya telah, saat ini saya dijatuhi hukuman apa pun akan saya kerjakan, yg terpenting saya sampai di Jakarta.”

“Bagus, itu jawaban yg saya tunggu-tunggu..” papar lelaki mengenakan seragam putih-putih itu.

Jika kutaksir mungkin lelaki itu baru berumur 45 tahun, namun tetap tegap serta atletis, cuma kumis serta rambutnya yg menonjolkan ketuaannya lantaran cukup beruban.

“Tapi ingat kamu telah janji, akan lakukan apa..” papar lelaki itu, sembari membuktikan jarinya ke jidatku.

“Sekarang kamu mandi, supaya tdk berbau, tuch handuknya serta disana kamar mandinya..” sekalian menunjuk mengarah kiri.

Begitu girang hatiku, diperlakukan begitu, saya tdk menduga lelaki itu nyatanya baik juga. Begitu segarnya kelak sehabis saya mandi.

“Terima kasih Pak,” ujarku sembari berkemauan kuat untuk memandang mukanya, nyatanya ganteng juga.

“Jangan panggil Pak, panggil saya Kapten..” tegasnya.

Saya pernah membaca namanya yg tersebut di pakaian putihnya. “Kapten Jonny” tersebut namanya.

Saya saat ini telah ada di kamar mandi.

“Wah, begitu wanginya tuch kamar mandi,” gumamku hampir gak terdengar. Kunyalakan showernya jadi muncratlah air fresh membasahi tubuhku yg mulus ini, kugosok-gosokan badanku dengan sabun, kuraih sampo untuk membersihkan rambutku yg pernah lengket lantaran keringat.

Sepuluh menit selanjutnya saya keluar dari kamar mandi, saya bingung untuk bersalin busana, saya mesti mengatakan apakah pada Sang Kapten. “Wah cantik ikut kamu,” mendadak nada itu mengagetkan diriku. Serta yg lebih mengagetkan yaitu pelukan Sang Kapten dari arah belakang. Saya cuma terdiam, “Siapa namamu, Sayang?” bisiknya mesra. “Inge..” jawabku lirih. 

BIG TIT MALAY


Saya tdk berupaya berontak, lantaran saya ingat akan janjiku barusan. Lantaran saya diam gak berreaksi, jadi tangan Sang Kapten semakin berani saja menelusuri dadaku serta menciumi leher dan telingaku. Saya menggelinjang, entahlah geli atau terangsang, yg pastinya sampai usiaku 19 tahun saya tidak pernah rasakan sentuhan lelaki. 

Bukannya tdk ada lelaki yg naksir padaku, ini lantaran sikapku yg tak ingin berpacaran. Banyak kawan sekelas yg berupaya mendekatiku, tidak cuman cukup cantik, saya ikut termasuk cerdas, maka dari itu saya mendapatkan beasiswa. Jadi gak bertanya-tanya banyak lelaki di sekolahku yg berupaya memacariku, namun saya cuek, alias tdk memberi respon.

“Ooohh.. jangan sampai Kapten.” cuma banyak kata itu yg keluar dari mulutku sewaktu pria separuh baya itu menyentuh barang yg benar-benar memiliki nilai untuk wanita, bulu-bulu lembut yg tumbuh di lebih kurang vaginaku dielusnya dengan lembut, sesaat handuk yg menempel di tubuhku telah jatuh ke lantai. Serta saya lantas tahu kalau lelaki ini telah bertelanjang bundar.

Saya rasakan benda kenyal yg mengeras menyentuh pantatku, nafas hangat serta wangi yg mengincar senantiasa menelusuri punggungku, tangannya barusan mengelus vaginaku saat ini meremas-remas ke dua payudaraku yg ranum, ini membuat dadaku membusung serta mengeras. Saya gak yakin, tangan lelaki ini seakan punya kandungan magnet, lantaran bisa memunculkan gairah yg gak sempat kurasakan seumur hidupku.

“Ooohh.. aahh..” cuma desahan panjang yang bisa kuekspresikan kalau diriku ada dalam libido yg nyata-nyata mengasyikan.

“Inge kau nyata-nyata lugu, pegang dong batangku,” kata Kapten Jonny, sembari mendapatkan tanganku serta menempelkannya ke batang zakarnya yg keras namun kenyal.

“Jangan diam saja, remaslah, supaya kita saling enak..” pungkasnya kembali.

Pada akhirnya meski saya awal kalinya tidak sempat lakukan senggama, naluriku seakan menuntun apakah yang penting kuperbuat seandainya bercumbu dengan seseorang laki laki. Pada akhirnya saya kembali, kuraih batang kemaluannya kuremas serta kukocok-kocok, sampai kumainkan biji pelirnya yg licin.Sang Kapten mendesah-desah, “Ooohh.. aachh.. enak sekali Sayang, lanjutkan.. oh lanjutkan..” sekalian matanya terpejam-pejam. Saya jongkok, tiada sangsi kujilat serta kukulum torpedo Sang kapten, sampai tenggelam ke tenggorokanku.

Saya betul-betul menikmatinya seperti nikmati es Jolly kesukaanku di waktu kecil dahulu. Saya gak perduli erangannya, kusedot, kusedot serta kusedot senantiasa, hingga kemudian zakar Sang Kapten yg panjangnya hampir 12 centi itu memuncratkan cairan hangat ke mulutku yg mungil. “Aaahh.. saya telah gak kuat Inge,” gumamnya. 

Begitu enaknya cairan spermanya, sampai gak sadar saya sudah menelan habis tiada tersisa, ini membuat seakan Sang Kapten gak bisa untuk tegak berdiri. Ia bersangga pada dinding kapal ditambah lagi pergerakan kapal kini telah gak memiliki aturan terkadang bergoyang kekiri terkadang kekanan.

“Kamu nyata-nyata hebat Inge,” puji Kapten Jonny sekalian mencium bibirku.

“Inge jangan sampai kau menganggapnya saya telah kalah, nantikan sesaat..”

Ia bergegas ke arah almari kecil, terus ambil suatu dari botol kecil serta menelannya terus buka kulkas serta ambil botol minuman sama dengan Kratingdaeng.

“Sini Sayang..” papar sang kapten memanggilku mesra.

“Istirahat dahulu kita sesaat, ambil minuman di kulkas untukmu,” lanjut Kapten Jonny.

Kubuka kulkas serta kuraih botol kecil seperti yg diminum Kapten Jonny. Saya meminum dikit demi sedikit, “Ooohh.. enak sekali minuman ini.. saya gak sempat rasakan begitu nikmatnya.. minuman apakah ini.” Nyatanya merk minuman ini tercatat huruf-huruf yg saya gak mengerti, mungkin aksara China, mungkin Jepang mungkin saja Korea. Ah persetan.. yg terpenting tenggorokanku fresh.

“Kau berbaringlah di disana,” pinta Kapten Jonny sekalian menunjuk tempat tidurnya yg ukurannya tdk demikian besar. Kurebahkan tubuhku diatas kasur yg empuk serta membal. Kulihat jam dinding telah menunjuk waktu 12 malam. Saya bertanya-tanya mataku gak terasa ngantuk, meski sebenarnya rata-rata saya telah tidur sebelum waktu 22:00. 

Saya menyengaja tdk gunakan selimut untuk menutupi tubuhku, kubiarkan demikian saja tubuhku yg polos, bisa saja ini akan memunculkan gairah libido Sang Kapten barusan telah down. Saya mengharapkan mudah-mudahan Sang Kapten akan terangsang lihat dadaku yg menyengaja kuremas-remas sendiri.

Sang Kapten telah bangun dari kursi santainya, ia menenggak sebotol kembali minuman sama dengan Kratindaeng. Ia telah ada di pinggir ranjang, saat ini ia mulai mengelus-elus kakiku dari ujung jari merambat ke atas serta berhenti makin lama di pahaku, mengusap-usap serta menjilatinya, serta saat ini lidahnya telah ada di mulut vaginaku. “Ooohh.. geli..”

Sejurus selanjutnya lidahnya dijulurkan serta menyapu permukaan bibir vaginaku. Pahaku menyengaja kulebarkan, perihal ini membuat Sang Kapten semakin bertambah buas serta liar, diseruputnya klitorisku. “Ooohh.. aahh.. lanjutkan Kapten, teruskan Kapten.. Ooohh.. begitu nikmat Kapten..” Tangannya tdk tinggal diam, diraihnya ke dua payudaraku, diremasnya serta gak lupa memelintir putingku dengan mesra.

“Ooohh.. saya telah gak tahan Kapten..” desisku.

“Tahan Sayang.. tahan sesaat.. diamkan saya nikmati vaginamu yg wangi ini.. saya gak sempat rasakan wanginya vagina dari wanita lainnya..”

“Sruupp.. sruupp.. sruupp..” Senantiasa saja mulut Kapten Jonny dengan rajinnya menjelajahi sisi dalam vaginaku yg telah empot-empotan ini gara-gara rangsangan yg benar-benar tinggi.

“Sudah Kapten.. segera masukan batang zakarmu, saya sudahlah tidak tahan..”

“Baik, rasakanlah Sayang.. begitu enaknya rudalku ini..”

“Tapi pelan-pelan Kapten, saya betul-betul tetap perawan..”

“Oke, saya mengerjakannya dengan berhati-hati..” janji Kapten Jonny.

“Buka lebar pahamu, Inge..” arahan Kapten Jonny.

Serta..

“Blleess..”

“Ooohh.. aahh..” desisku, meski sebenarnya zakar itu baru masuk tiga perempatnya.

“Bles.. bless..”

“Ooohh..” erangku panjang, saya tahu batang selama 12 centi itu telah mengakibatkan kerusakan selaput daraku.

Ditariknya kembali rudalnya, terus dimasukannya kembali sesuai dengan goyangan KM.Ciremai oleh ombak laut.

“Bless.. bless.. bless..”

“Ooohh.. oohh.. oohh.. aahh.. aahh..”

“Aku ingin keluar Kapten,” ujarku memberi kabar Kapten Jonny.

“Tahan Sayang.. sesaat.. saya ikut ingin keluar, saat ini kita kalkulasi sampai tiga. Satu.. dua.. tiga..”

“Crott.. crott.. crot..” sperma Kapten Jonny membasahi gua gelap vaginaku. Begitu hangat serta enaknya air manimu Jonny. Perihal ini memancing cairanku turut membanjiri kemaluanku sampai meluber ke permukaan.

Kami berdua terkulai lemas, namun Kapten Jonny pernah meraba bibir kemaluanku serta jarinya seakan mencungkil suatu dari vaginaku, nyatanya ia membuktikan cairan merah kepadaku, serta nyatanya yaitu darah perawanku. Dijilatnya darah sekalian berkata, “Terima kasih Inge, kamu nyata-nyata perawan..” Saya cuma menangis, menangisi kesenangan yg sekalipun gak kusesalkan. Kesibukan senggama ini berjalan kembali sampai matahari muncul. Terus saya tidur sampai siang, makan, tidur serta malamnya kami mengerjakannya kembali berkali-kali seakan tanpa suntuk.

Pada akhirnya Pelabuhan Tanjung Priok telah ada di pelupuk mataku. Sebelum turun dari kapal saya dibelikan pakaian baru, serta diberi uang yg cukuplah.

Selamat tinggal Kapten.. selamat tinggal Ciremai..

0 comments: