SEO page contents SEO page contents BOKEP INDO SCANDAL ~ VIDIO SEX KUNJUNGI KAMI LEBIH BANYAK VIDEO YANG MENARIK HANYA DI WWW.GAJAHQQ.COM DARI AYO BURUAN KUNJUNGI WEBNYA YA NANTI KAMI AKAN SELALU UPDATE :D

Bonus 10% untuk member baru

Sunday, October 28, 2018

BOKEP INDO SCANDAL

PAULO BEDIONES SCANDAL


VIDIO SEX - Singkat Narasi, kami berdua bersua di Cengkareng, tiada ciuman serta gandeng tangan, kami ke arah counter check-in, selang beberapa saat kami berdua telah duduk di kursi pesawat yang siap pergi ke Kuala Lumpur. Selesai pesawat mengudara serta seat-belt telah bisa di lepaskan, tangan Sheena singgah di pahaku, automatic batangku jadi tegang. Sebab saya gunakan Jeans, batang kemaluanku jadi lumayan sakit. Dia rupanya telah mengetahui. 




“Adikmu sakit ya Mas?” tanyanya bercanda sekalian mengelus-elus pahaku. Batang kemaluanku berubah menjadi bertambah tegang. Saya lantas mengharap selimut pada awak cabin, bukan kedinginan sebab AC, namun agar tak ada yang lihat saya melonggarkan ikat pinggang serta turunkan resletingku. Sebab gunakan selimut tangan Sheena makin lebih berani masuk ke sela resletingku, pada akhirnya raih batang kemaluanku yang masih tetap ditutup celana dalamku yang telah basah ditempat. 



Meskipun Sheena benar-benar cerdas dalam berencana rangsangan, tempat kursi pesawat tak sangat mungkin melakukan hal beberapa macam tiada ‘bikin heboh’. Dengan sangat terpaksa kutahan nafsu birahiku, namun saya masih ingin balas supaya iapun jadi ‘susah’. Dari dalam selimut, tanganku mengelus-elus dadanya. Menyengaja saya tak masukkan jari-jariku ke busananya, cukuplah kuelus dari luarnya saja. Selesai kulihat Sheena berubah menjadi lumayan “tidak tenang”. Dia mendengus lambat, “Enghh.. hh..”

Tanganku kuturunkan ke pahanya serta selalu ke pada ke-2 pahanya. Saya sukses membuat rasakan rangsangan birahi yang saya tahu gak dapat dialirkan. Dia cuman dapat mendesah, “Hhh.. hh.. hh..”

1/2 perjalanan telah berlalu, kami berdua masih tetap selalu sama-sama meraba dengan arah merangsang pasangan semasing agar pada ‘nggak tahan’ kembali. Namun tau-tau mesti kami stop sebab ada seseorang wanita mengharap pertolongan, rupanya TKW yang tidak jelas trik isikan kartu register kehadiran untuk bandara Kuala Lumpur. Sebab terganggu nafsu kami jadi hilang serta kami berdua jadi senyum-senyum sendiri.

Datang di Kuala Lumpur, kami langsung ke arah hotel MLA di lebih kurang jantung kota Kuala Lumpur. Seperti umumnya check-in, diantar oleh pelayan hotel ke kamar, pasang isyarat DO NOT DISTURB di gagang pintu, kunci pintu.

“Sayang.. pada akhirnya hingga ikut ya,” buka keheningan.

Saya terasa badanku lumayan hangat serta sendi-sendiku lumayan linu seperti ingin sakit flu. Soalnya baru perjalanan jauh dari Brisbane ditambah tempo hari (Sabtu, baca kejadian “Membuat Skor Bersama”) barusan ML ‘keluar bareng’ di Jakarta.

“Ehm..”

Saya tahu kalu dia telah malas ngomong bermakna saya mesti tahu diri janganlah kaya NATO (No Action Talk Only) yang dahulu. Kupeluk dia dengan lembut serta mesra dari belakang, ke-2 telapak tanganku menelungkupi ke-2 buah dadanya, kucium belakang telinganya lantas turun ke leher kanan, kukecup serta kusedot lehernya.

“Enghh.. sshh..,” dia mulai mendesis, dia gak was-was kembali akan isyarat merah di lehernya.

Ciumanku perlahan-lahan ubah ke leher kiri sekalian ke-2 tanganku membawa busananya ke atas. Dia membawa ke-2 tangannya ke atas meringankan busananya di lepaskan keatas. Busananya kulemparkan ke kursi, saya lantas buka bajuku sendiri.

Saya masih berdiri dibelakang Sheena, sekarang saya sudah bertelanjang dada tengah badan sisi atas Sheena cuma memakai BH. Kembali kupeluk dia dari belakang, bibirku mencium telinganya, ke-2 tanganku berjalan naik dari perutnya kebawah buah dadanya. Perlahan-lahan jari-jari tanganku menyelip keatas dalam BHnya, langsung menangkup ke-2 buah dadanya.

“Aduh.. Ari.. enak.. auuhh”

Tangan kiriku masih selalu menyelip di BHnya tengah tangan kananku berjalan keluar lantas ke punggungnya, melepas Klip BHnya. Lepaslah BHnya, sekarang ke-2 tanganku bebas memutar-mutar ke-2 putingnya lewat cara bertepatan.

“Auh.. enghh..,” desisnya tambah jelas terdengar. Sesaat lantas dia mendadak kembali hingga tanganku lepas dari buah dadanya. Dia lantas mencium serta melumat bibirku. Tanganku tadi lepas saat ini sudah mendapatkan kembali ke-2 buah dadanya yang sekarang ada didepanku. Kuelus-elus ke-2 buah dadanya lantas kupencet lembut putingnya dengan ibu jari serta jari telunjukku.

Tiada melepas ciumannya, tangan-tangan Sheena buka ikat pinggangku serta membuangnya ke kursi. Resletingku di turunkan, automatic Jeansku jadi longgar, lantas Sheena turun berjongkok di depanku turunkan Jeansku yang telah longgar itu. 

Batang kemaluanku telah mengeras, ujung kepalanya muncul dikit dari atas celana dalamku yang berwarna merah. Dia lantas tempelkan hidungnya ke batang kemaluanku di luar celana dalamku sekalian jari telunjuk kanannya disentuh-sentuhkan keujung kepala kemaluanku yang muncul dari celana dalamku. 



Dengan telunjuknya itu, dia oles-oleskan cairan beningku sampai rata ke topi bajaku, lantas dipelorotkan celana dalamku oleh karena itu batang kemaluanku mental kedepan seperti pegas serta berkaitan hidungnya. Dia mendongak serta memundurkan dikit hidungnya sekalian buka mulutnya, automatic kepala kemaluanku jatuh dalam mulutnya. Dia lantas tutup mulutnya serta mengisap kepala kemaluanku sekalian melirik keatas memandang mataku.

Oh.. sangat nikmat hisapan mulutnya itu. Tiada menggenggam batang kemaluanku, dia selalu mengisap, mengulum serta pelan-pelan memasuk-keluarkan kemaluanku. Susah kunyatakan nikmatnya kuluman serta hisapannya. 

Sedikitnya 15 menit saya terlengah dalam kondisi berdiri. Selang sesaat saya mau gantian kerjain ia, kuangkat, kugendong lantas kurebahkan tubuhnya terlentang di atas ranjang. Saya telah dalam kondisi telanjang dan dia masih tetap memanfaatkan celana panjang meskipun sisi atasnya telah tiada baju kembali.

Saya lantas berjongkok di sisi bawah tempat tidur, buka ikat pinggangnya, turunkan resletingnya lantas menarik terlepas Jeansnya. Celana dalamnya tampak lumayan lembab, selekasnya saya tarik turun melalui kakinya. sekarang lengkaplah telah dia telanjang bundar dihadapanku. Kutarik kakinya agar pantatnya rata dengan pinggir tempat tidur di mana saya berjongkok. 

PAULO BEDIONES


Dia telah bisa menebak apakah yang akan kulakukan maka itu iapun buka ke-2 pahanya. Saya tahu kemaluannya mau dijilati serta digelitiki oleh lidahku, namun saya mengawalinya dengan menjilati pangkal pahanya dahulu, yang kanan lantas yang kiri, lantas malahan naik keperut. Pantatnya bergerak-gerak, iapun menggeliat serta mengeluh, “Emmhh.. uusshh”

Saya belum juga ingin menjilati vaginanya. Sekalian menciumi perutnya, kusibak bulu-bulu kemaluannya hingga kelihatan belahan bibirnya. Jari telunjuk kananku kumasukkan pelan-pelan dalam lubangnya lantas pelan-pelan kuputar-putar dan ciumanku selalu berjalan naik kedadanya. 

“Auh.. aduh.. Ari.. kamu hilang ingatan..”

Akupun jadi tambah bernafsu, kusedot puting kanannya dan puting yang kiri kujepit dengan jari-jari tangan kiriku sesaat jari telunjuk tangan kananku masih tetap terbenam di lubang kemaluannya. Kadang-kadang kurasakan cincin vaginanya menjepit jariku. 

Biarpun dalam kondisi terangsang, saya masih tetap dapat terpesona, bagaimana mungkin jari telunjukku sekecil ini dapat dijepit sekeras ini. Bila tak rasakan sendiri berasa saya susah yakin. Puting susunya selalu kelumat, sedot serta di mulutku kujilati ujungnya. Sheena cuma dapat menggenggam rambut serta kepalaku sekalian membendung kesenangan yang menderanya.

Sekarang kurasakan telah waktunya mulutku kuturunkan dari buah dadanya, sasarannya ialah sela di antara ke-2 pahanya. Kubuka ke-2 pahanya lebih lebar kembali hingga belahan vaginanya turut dikit buka. Selekasnya kubenamkan lidahku membelah celahnya. 

Kesempatan ini dia langsung menjerit “Awh.. uh..” mengejang, gak sadar badannya lumayan bangun membungkuk keatas. Lidahku lantas menyapu belahannya itu keatas serta kebawah sekalian ke-2 tanganku mengelus-elus pangkal pahanya serta lebih kurang lubang kemaluanya, kadang-kadang kutekan-tekan gundukan bibir kemaluannya.

“Ouh.. Ari.. selalu sayang.. uuhh.. sayang.. aduhh”

Seranganku kutingkatkan kembali, dengan jari-jari tanganku kubuka lebih lebar kembali belahan vaginanya hingga kulihat sisi dalam kemaluannya yang kemerahan. Selekasnya kusapu kembali dengan lidahku.

“Aawww.. Ri.. aduh.. selalu sayang..selalu..aduh.. hilang ingatan kamu Ri..”

Berasa hampir 20 menit mulut serta lidahku melekat serta menyapu lubang kemaluannya, telah saatnya bagiku untuk masukkan penisku dalam lubang kemaluannya ini. Kemaluanku juga telah keluarkan cairan bening dari barusan. Saya lantas bangun berdiri akan tetapi lumayan berkunang-kunang sebab kelamaan jongkok. 

Tiada sia-sia kembali, kuarahkan penisku ke lubangnya yang telah basah gara-gara liurku serta cairan vaginanya. Bless.. masuklah batang kemaluanku ke vaginanya. Rupanya dia memang menyengaja tak ‘mengunci’ cincinnya itu dengan demikian tidaklah terlalu susah untuk menembusnya.

Dengan masih berdiri ditepi ranjang, saya berjalan memompa maju mundur. Kembali lagi dia belum juga ingin memakai cincinnya itu hingga saya masih tetap bisa memompa maju mundur secara sekejap, akan tetapi erangannya tambah keras terdengar tiap-tiap batangku melesak masuk. S

aya selalu memompa secara sekejap tiada istirahat, saya mengharap benar dengan tipe baru kesempatan ini saya bisa membuat ‘keluar’ lebih dulu. Harapanku rupanya cuman masih jadi keinginan, telah melalui 25 menit sejak mulai kumasukkan kemaluanku serta berjalan non-stop mengocoknya berikut, masih tetap belumlah ada pertanda dia akan ‘keluar’.

Sebab ‘olah raga memompa maju mundur’ ini kulakukan tiada henti sembil berdiri, keringatku mulai keluar membasahi tubuhku, pinggangku mulai penat, namun kumantapkan niatku untuk bertahan mengocoknya. Saya lantas katakan kepadanya, “Masih bandel ikut ya? Saya ingin review, kamu atau saya yang keluar duluan.”

Biarpun air dalam bath-tub belum juga terlampau dalam, saya langsung masuk serta duduk berendam sekalian bersender pada dinding bath-tub. Batang kemaluanku yang masih tetap keras itu pelan-pelan melemas selesai terendam di air. Sheenapun masuk ke bath-tub serta ikut-ikutan duduk berendam. 

Iseng-iseng tangannya mengelus-elus batang kemaluanku untuk bersihkan lendir yang menempel di batang kemaluanku. Elusan jari-jari tangannya bikin kemaluanku kembali menegang. Dia ketawa kecil kala rasakan ‘anuku’ berdenyut mengeras di tangannya. Selesai dilihatnya kemaluanku telah bersih, dia katakan, “Coba mundur sedikit dong”. Akupun berjalan mundur serta bersender pada ujung bath-tub untuk berikan area yang lebih panjang baginya.

Selesai hampir 20 menit non-stop menyerangku, dia melirikku lantas melepas mulutnya dari kepala kemaluanku.

“Enak gak?” tanyanya sekalian tangan kanannya masih menggenggam batangku.

“Ini yang sangat enak dari semua,” kataku.

“Naik kembali ke tempat tidur yuk.. namun gendong ya.. penat sich,” ujarnya.

Saya keluar dari bath-tub lantas menariknya supaya bangun lantas menggendongnya ke ranjang. Kami sudahlah tidak peduli kembali kalau badan kami masih tetap 1/2 basah.

Saya kembali ada diatasnya dengan tempat push-up, dia menuntun batang kemaluanku masuk ke lubangnya, bless.. masuklah batangku. Dia memekik, “Awk..” lumayan sakit sebab masih tetap seret. Saya selalu meningkatkan pantatku menyodok lubang kemaluanku. Disetiap hentakan pantatku dia tetap ramai “Awww..awww..”

Berasa 15 menit berlalu, kemaluanku berasa telah berdenyut-denyut kembali, berarti saya hampir di puncak. Supaya tak kalah, saya kurangi ke cepatanku lantas saya memohon rubah tempat.

Sekalian mengontrol supaya kemaluanku tak terlepas, kami kembali, sekarang dia ada diatasku. Sesaat dia cuma duduk saja diatasku tak berjalan. Dia rupanya nikmati denyutan batang kemaluanku. Kurasakan jepitan vaginanya bertambah seolah-olah memeras batangku. 

Selesai hampir 10 menit lantas. Dia memandang saya telah ‘hampir sekarat’ sebab permainan jepitan vaginanya, dia lantas letakkan ke-2 lenganku ke atas kepalaku serta dipegangnya dengan ke-2 tangan kanannya yang untuk menyokong tubuhnya. Mulutnya di turunkan mencium bibirku sekalian pantatnya mulai dinaik-turunkan. 

Puting buah dadanya yang bergantung-gantung menggesek-gesek dadaku menaikkan sensasi nikmat serangannya. Kala kemaluannya ditarik hingga ke leher kemaluanku jepitannya dilonggarkan, kala ingin di turunkan dikeraskan kembali dll.

Sekarang saya betul-betul ‘sudah sekarat’. Dia malahan mepercepat gerak turun-naik pantatnya. Saya coba mati-matian bertahan, tiap kali pantatnya di turunkan, saya mengejang serta mendengus “Enghh.. enghh.. enghh.. enghh,” akan tetapi saya tak bisa bertahan kembali. Berasa kurang dari 5 menit selesai dia mepercepat turun naik sekalian menjepit, kemaluanku berdenyut-denyut serta pada akhirnya, “Uhh..” pertahananku jebol, saya muncrat di lubang kemaluannya. Dikala kemaluanku berdenyut menyemprot air maniku, dia selalu turun-naik serta mengeraskan cincin vaginanya. Lemaslah tubuhku, semua otot-ototku berasa lepas dari tulangku, kenikmatannya sungguh-sungguh enak.

Sheena tak langsung bangun, dia cuma berbaring di dadaku dengan batang kemaluanku masih tetap menancap di vaginanya. Pelan-pelan batang kemaluanku melemas. Kombinasi sperma serta lendirnya mengalir keluar dari lubangnya, meleleh ke selangkanganku serta ke sprei ranjang. Dia menggeliat ke telingaku serta berbisik “Satu 0 ya..,” sekalian tersenyum.

Pembaca, tersebut hari pertama kami di Kuala Lumpur. Tubuhku berasa lumayan lemah, namun saya masih tetap saja memikir “Ah tak apa-apa, mungkin sesaat kembali ikut sembuh.” Hari ke-2 dll kami masih hangat bercinta. Kadang-kadang saya masih tetap dapat “menang” akan tetapi tambah banyak “kalah”.

Tubuhku telah makin lemah, saya pada akhirnya sadar telah jatuh sakit. Dalam hari ke delapan paling akhir sekejap sebelum tinggalkan hotel ke arah bandara, saya masih tetap nekat ‘menantangnya’ kembali dengan kapabilitas paling akhir, akhirnya saya ‘kalah’ kembali. Saya telah gak ingat berapakah score akhir kami, yang pasti saya ‘kalah’.

Dibandara kami berpisah, pesawatku pergi dulu kembali lagi Australia dan Sheena sejam lantas kembali lagi Jakarta. Dipesawat suhu tubuhku semakin naik, otot-otot tubuhku berasa linu serta tak bertenaga. 7 jam perjalanan cuman dapat di kursi saja makin merepotkan. Setibanya di dalam rumah, saya betul-betul jatuh sakit, pernah muntah-muntah juga. 

Untung waktu cuti kerjaku belum juga habis hingga tak perlu tambah lagi dengan cuti sakit kembali. Akan tetapi yang sangat sebal, saya ingin tahu ditaklukkan oleh Sheena, telak kembali. Harusnya saya istirahat lebih dahulu selesai datang di Kuala Lumpur sampai flunya hilang dahulu serta tak langsung ngajak ‘perang’, toh masih tetap ada hari-hari esoknya.

0 comments: