SEO page contents SEO page contents BOKEP INDO AMOY TOGE ~ VIDIO SEX KUNJUNGI KAMI LEBIH BANYAK VIDEO YANG MENARIK HANYA DI WWW.GAJAHQQ.COM DARI AYO BURUAN KUNJUNGI WEBNYA YA NANTI KAMI AKAN SELALU UPDATE :D

Bonus 10% untuk member baru

Friday, October 19, 2018

BOKEP INDO AMOY TOGE

BERSETUBUH DENGAN AMOY TOGE


VIDIO SEX - Kala itu saya tengah disuruh mengontrol rumah adik, sebab keluarganya bakal pergi sampai sore serta Tinah tinggal di dalam rumah, sebab situasi perutnya yang kurang baik. Saat keberangkatan keluarga adik, saya udah hadir disana. 


“Mas..Tinah di dalam rumah, perutnya rada kurang beres. Mis yang gak bawa“, adikku memberitahu. “Oo..ya“, jawabku. Gak berapakah lama mereka sudah pergi. Saya bergegas masukkan sepeda motor ke rumah. Tinah terus menutup pagar. Saya masuk rumah terus cepat – cepat duduk di muka computer, pencarian, sebab suami adikku menempatkan internet untuk beri dukungan tugasnya. 

Melihat e mail; mencari informasi ini itu serta..tentu saja get into DS..he3x. 10menit lantas Tinah memberikan satu gelas es teh untukku. “Makasih ya Tin“, ucapku. “Iya Pak..silahkan diminum“, kata Tinah. Pembantu – pembantu adikku memang dibiasakan menyebut “Pak“ pada saudara – saudara majikannya, walau sebenarnya terdengar dikit asing di telinga. 


Tinah terus kembali lagi dapur, saya terus minum es tehnya, “Hah..segernya“, cuaca dikit panas walaupun rada mendung.

Tinah kembali masuk area keluarga, membereskan mainan – mainan anak adikku. Tempat meja computer serta mainan yang bertaburan di lantai beda dua kotak. Awalnya saya belumlah ngeh bakal hal tersebut. Awalnya mataku memandang monitor computer di situs DS. Kala Tinah mulai masukkan kembali mainan – mainan ke keranjang, baru saya mendapatinya. 

Kadangkala saya meliriknya. “Sedikit putih nyata-nyatanya anak ini. Bodinya biasa saja sich, langsing serta kelihatannya masih tetap padat. Wah..ini gara – gara masuk situs DS jadi mikir macem – macem..hi3x“, pikiranku berkata – kata. Sebab jarak kami yang cukup dekat, karena itu disaat Tinah bersimpuh di lantai membereskan mainan di keranjang, automatic kaosnya yang dikit longgar menunjukkan sebentuk keindahan yang terbungkus penutup warna biru. 

Tinah jelas tidak paham kenakalan mataku yang tengah memandang sejumlah keindahan tubuhnya. “Andaikan aku…uhh..ngayal nih“. Gak merasa penisku mulai jadi membesar, “Ke kamar mandi mbetulin tempat penis nih..sekalian kencing“. Computer kutinggal dengan monitor bergambar Maria Ozawa tengah disetubuhi di kamar mandi. 




Saya terus masuk kamar mandi, buka jins serta cd terus keluarkan penis. Rada sulit ikut kencing dengan penis yang dikit tegang. “Lah..pintu lupa gak tutup“, saya kaget. “Terlanjur..nggak ada orang-orang kok“, saya mendinginkan diri.

Saya keluar dari kamar mandi serta kembali duduk di muka computer, menambahkan ngubek – ubek DS. “Cari snack di meja makan ah..jadi lapar“. Saya mencari apakah yang dapat dikonsumsi untuk temani kegiatan nge – net. “Ada roti sama biskuit nih..asyik“. Roti kusemir mentega serta selai kacang serta diatasnya kulapis dengan selai blueberry, “Hmm..nikmatnya. 

Kelak buat kembali ah..terdapat banyak rotinya“. Rumah adikku type rada kecil, jadi jarak antar tempat rada dekat. Letak meja makan dengan kamar pembantu cuma 3meter – an. Kulihat dengan ujung mata, Tinah tengah di kamarnya entahlah bekerja apakah. Usai mengakhiri semiran roti, saya kembali lagi area keluarga yang melalui kamar pembantu serta kamar mandi mereka. 2detik saya serta Tinah bertatapan mata, tak ada suatu hal, biasa saja. Kumakan roti sekalian n – DS kembali.

Terdengar gemercik air di belakang. Mungkin Tinah tengah membasuh perlengkapan dapur atau tengah mandi. “Belum mengambil air putih nih..“, tiada tujuan apakah – apakah dengan nada air itu. Cuma kebetulan saya belumlah minum air putih, walaupun sudah ada es teh. Saya ke area makan kembali serta ambil gelas terus ketujuan dispenser. Mata serta pikiran cuma tertuju pada air yang mengucur dari dispenser. 

Baru selesai melalui kamar mandi pembantu ada yang special disana. ”Lah..pintunya kok dikit mbuka. Tin lupa serta tengah apakah dalam..moga nggak mandi. Dapat dilaporin ngintip aku”. Masih tetap gak kelihatan kegiatannya, selesai tangan yang tengah beroleh gayung serta kaki yang diguyurnya baru saya ngeh..Tinah tengah mandi.

”Duhh..peluang amat – amat langka ini..tetapi..pabila ia teriak serta kelak lapor adikku..dapat urgent bin soal. Berlagak nggak review saja ahh”. Saya tutup pintu kaca area makan serta melalui kamar mandi Tinah. Datang – datang ”Ahh..ada kecoak..Hush..hush..Aduhh..bagaimana nih”, terdengar kericuhan disana. ”He3x..nyata-nyatanya ia takut kecoak toh”, saya tersenyum sekalian pegang gelas kala melalui kamar mandi.

”Pak..Pak”, Tinah memanggilku. ”Walah..justru panggil saya. Bagaimana nih”. ”Tolong ambilkan semprotan serangga di gudang ya Pak..cepet ya Pak..atau..”, tak terdengar kelanjutan kalimatnya. Semenjak Tinah bersuara, saya udah berhenti serta diam di dekat pintu kamar mandi. ”Atau..Bapak yang masuk jam kecoaknya..mumpung masih tetap ada”, susulnya. Deg..”Ini..pada dambaan yang jadi riil serta ketakutan pabila dilaporkan”, saya memikir. ”Cepet Pak..kecoaknya di dekat kloset. Bapak masuk saja..gak pa – pa.

Gak saya laporin ke Bapak sama Ibu”, Tinah tahu keraguanku. ”Jangan ah..kelak pabila ada yang tahu atau kamu laporin dapat rame”, jawabku. ”Nggak Pak..bener. Aduh..cepet Pak..ia pengen tukar lagi”, Tinah kembali meyakinkanku serta mengharap saya cepat masuk sebab keliatannya si kecoak pengen lari kembali. ”Ya sudah pabila begitu. nanti..mengambil sandal dulu”. Sekalian terus menimbang, take it or leave it. 

Saya menyimpan gelas di meja makan terus ambil sandal untuk membunuh kecoak nakal itu. Entahlah rezeki atau kesialan bagiku mengenai kehadirannya. ”Aku masuk ya Tin”, masih tetap sangsi diriku. ”Masuk saja Pak”, Tinah terus membujukku. Kubuka pintu kamar mandi dikit, terus kuintip letak kecoaknya, belumlah kelihatan. Pintu di buka lebih kembali oleh Tinah. 

AMOY TOGE


Kepalanya dikit kelihatan dari balik pintu serta tangannya menunjuk letak kecoak, ”..tuch Pak pengen lari lagi”. Saya memandangnya serta mulai masuk. Tinah berdiri dibalik pintu dengan menutupi dikit sisi tubuhnya dengan handuk. Kelihatan paha; bahu serta daging susunya. Dan rambut yang diikat di belakang kepalanya, walaupun cuma dikit semua. 

Handuknya menutupi sisi paha ke atas, perut sampai sisi dada, warna biru, yang disangga tangan kirinya. Semua hal tersebut dari ekor mataku, sebab fokusku pada sang kecoak. ”Memang mulus serta cukuplah putih”, masih tetap sudah sempat saya memikirkannya. Bagaimana tak, jarak kami cuma 2 – 3 langkah, tak ada orang-orang kembali di dalam rumah.

”Plak..plak”, kecoak lantas mati dengan sukses. Saya guyur dengan air supaya masuk ke lubang pembuangan. Tiada pikirkan selanjutnya, saya terus mengambil langkah ke luar kamar mandi. ”Terima kasih ya Pak..udah nolongin”. ”Oh..iya..”, sekalian kutatap ia serta Tinah tersenyum. ”Bapak gak basuh tangan sekalipun..di sini saja”, tawar Tinah. ”Wah..ini. Tambah buat dag dig dug”. ”Emm..iya deh”. 

Saya bakal membasuh tangan dengan sabun, yang nyata-nyatanya tempat tempat sabun berada di belakang badan Tinah. Saya melihat ke belakang tubuhnya. Rupanya ia baru sadar, terus ambil sabun, ”Maaf Pak..ini sabunnya”. Tinah mengulurkan sabun dengan tersenyum. Sabun yang dikit basah berganti serta tangan kami mesti bersentuhan. ”Makasih ya”, ujarku. Saya membasuh tangan serta kembalikan sabun kepadanya. ”Bapak gak..sekalipun mandi”, bertanya Tinah. 

”Waduh..penawaran apalagi ini. Lebih gawat”. ”Iya..kelak di rumah”. ”Nggak di sini saja Pak?”. ”Kalo di sini yaa di kamar mandi depan”. ”Di kamar mandi ini saja Pak..”. ”Nggaklah..janganlah. Di muka saja. Pabila di sini ya habis kamu mandi”. ”Maksud saya..sekalipun saat ini sama saya. Kalkulasi – kalkulasi Bapak udah nolongin saya”.

 Matanya meminta. Deenngg, suatu lonceng menggema di kepala. ”Ini ajakan yang membahayakan, ikut menyenangkan”, pikirku. ”Bapak gak mesti mikir. Saya gak bakal menyebutkan siapa – siapa. Ya Pak..di sini saja”, ia mendalami kekhawatiranku. ”Emm..ya sudah pabila kamu yang mohon gitu”, jawabku.

Kuangkat kepalanya dari penisku serta kami berciuman dengan panas. Sama-sama meremas susu; pantat serta kelamin masing – masing. Terus kubalikkan kembali tubuhnya menghadap bak mandi. Dua tangannya kuletakkan ditepi bak mandi. Kembali saya bermain – main di gunung Tinah. Penisku yang sudah panas serta mengacung sekali kudekatkan ke vaginanya. Kukecup – kecup bahu serta leher belakangnya. 

Ikat rambutnya saya terlepas hingga dianya sendiri kelihatan tambah seksi saat menggeliat – geliat serta rambutnya tergerai kesana kemari. Saya geser – geserkan penis di pintu surgawinya, berencana saya mempermainkan rangsangan pada Tinah. ”Oohh..Ppaakk..mmaassuukkkiinn..Pppaakkk”, pintanya. ”Kamu pengen burungku kumasukkin..hmm.. ?”. ”Iyyyaa..Pppaakkk..aaayyyoo Pppaakk..”, rintihnya tambah kencang. 

Kumasukkan penis lambat – lambat. ”Eemmppff..”, erangnya. Terus kuhentakkan lambat sampai penisku merasa menyentuh dinding belakang. ”Ooouuggghh..Pppaakkkk..mentok Pppaakk”. Saya menggerakkan badan lambat – lambat, kunikmati jepitan dinding – dindingnya yang masih tetap kuat. Dua tanganku gak henti bermain di dadanya. Kumainkan irama di vaginanya dengan hitungan 1 – 2 lambat 3 kuhentakkan dalam – dalam. Terus tangan kananku menggapai kepalanya seperti barusan serta kucium panas bibirnya. Dinding vagina Tinah tambah hangat serta banjir nampaknya. Dua tangannya mencengkeram erat tepi bak mandi.

Saat ini tiada hitungan, kumasuk mengeluarkan penis cepat serta kuat. ”Oohh..

oohh…hhmmppffftt..”, erang Tinah berulang. Tengah saya dikit menggeram serta ”oouugghhh..hhmmppff..mpekmu nikmatnya Tttiinn..”. ”Bbuurrruunnggg Bbbaapppakk jjjuugggaaa”. Jarak pinggangku serta pantat Tinah tambah rapat. Tangan kanan kuusap – sapukan di vaginanya. Dalam kamar mandi cuma ada nada tetes air satu – satu dan desah, bunyi beradunya paha serta pantat serta erangan kami. ”Pppaaakkk..sssaaayyyaa mmaaauu..ooohhh..”. ”Tttuunnggguu Tttiiinnn..aaakkkuuu jjjuuggggaa..Dalam apakah di llluuaarrr”, tanyaku. ”Dddaa

lllammm aajjjaaa Pppaakkkk..oobbaattnyaa mmassihh aaddaa..”, jawab Tinah. Dengar itu serangan tambah kufokuskan. Semua yang berada di tubuhnya saya remas. Dua tangan Tinah gak tahan ditepi bak mandi serta mencengkeram paha dan pantatku. Bibirku dicarinya terus ”hhhmmmpppfffttt..”. Pantatku diremas kuat – kuat. Bibirnya dilepaskan dariku serta ”ooouuggghhh..”, desah Tinah panjang. 

Lava yang hangat merasa mengaliri penisku yang masih tetap kerja. Kepalanya tertunduk menghadap air di bak mandi. Kudekap erat badan depannya. Kukecup serta kugigit leher belakangnya. Terus tangan kiriku menggapai kepalanya serta kucium dalam – dalam. Dengan satu hentakan dalam kumuntahkan magma berkali – kali. ”Ooouugghhh Tttiinnaahhh..hhhmmm..”. kepalaku tertunduk di pundaknya dengan tangan kiri di susu tengah yang kanan di vaginanya.

Lama kami berposisi semacam itu. ”Makasih ya Tin..kamu begitu baik. Enak sekali tubuhmu”, kataku dengan mengubah badannya serta kucium mesra bibirnya. Penis kumasukkan kembali, masih tetap mau berlama – lama di hangatnya vagina Tinah. ”Saya yang terima kasih Pak. Udah lama saya pingin tetapi sama orang gak kenal kan gak mungkin Pak. 

Burung Bapak cocok di mpek saya”, Tinah menjawab serta mencium bibirku juga. ”Mpekmu masih tetap kuat nyengkeramnya..serta panas”. Kubelai – belai kepalanya, ”kok dapat kamu pingin ngajak main sama saya ? Justru saya yang takut kamu laporin”. Sekalian menyeka – usap punggungku, ”Tadi waktu saya bersihin mainan adik, saya review gambar di computer. 

Selalu waktu Bapak kencing barusan kan lupa nutup pintu..keliatan burung Bapak yang rada gede cocok keluar dari celana”. ”Oo begitu..nakal ya kamu. Bener kamu masih tetap nyimpen obatnya ?”, sekalian kucubit pipinya. ”Masih kok Pak..bekas yang dulu”, jawab Tinah. Lama-lama merasa penisku yang mengecil. 

Kucium dalam – dalam kembali bibirnya, ”sekarang..mandi yang beneran”. ”Heeh..iya Pak”, Tinah menjawab sekalian tersenyum manis. Dia terus memelukku erat. Saya membalasnya dengan memeluk erat serta menyeka – usap punggung dan kepalanya. TAMAT

0 comments: