SEO page contents SEO page contents ISTRI TETANGGA ~ VIDIO SEX KUNJUNGI KAMI LEBIH BANYAK VIDEO YANG MENARIK HANYA DI WWW.GAJAHQQ.COM DARI AYO BURUAN KUNJUNGI WEBNYA YA NANTI KAMI AKAN SELALU UPDATE :D

Bonus 10% untuk member baru

Friday, May 11, 2018

ISTRI TETANGGA

GAIRAH ISTRI TETANGGA







VIDIO SEX - Telah bertahun-tahun kesibukan ronda malam di lingkungan tempat tinggalku jalan dengan baik. Setiap malam ada satu kelompok terbagi dalam tiga orang. Jadi anak belia yg telah bekerja aku bisa giliran ronda saat malam minggu.


Disuatu malam minggu aku giliran ronda. Namun hingga jam 23. 00 dua orang kawanku tidak terlihat di pos perondaan. Aku tidak perduli ingin datang apa tidak, karna aku maklum pekerjaan ronda yaitu suka-rela, hingga tidak baik utk dipaksa-paksa. Biarkanlah aku ronda sendiri tak ada kendala.


Karna memanglah belum juga mengantuk, aku berjalan-jalan mengontrol kampung. Biasanya kami mengitari rumah-rumah masyarakat. Pada saat hingga di samping tempat tinggal Pak Barusan, aku lihat kaca nako yg belum juga tertutup. Aku mendekati utk lihat apakah kaca nako itu kelupaan ditutup atau ada orang jahat yg membukanya. Dengan hati-hati kudekati, namun nyatanya kain gordin tertutup rapi.


Kupikir tempo hari sore tentu lupa tutup kaca nako, namun segera tutup kain gordinnya saja. Mendadak aku mendengar nada aneh, seperti desahan seorang. Kupasang telinga baik-baik, nyatanya nada itu datang dari dalam kamar.


Kudekati pelan-pelan, serta darahku berdesir, waktu nyatanya itu nada orang bersetubuh dengan penuh gairah. Kelihatannya ini kamar tidur Pak Barusan serta istrinya. Aku lebih mendekat sekali lagi, suaranya dengusan nafas yg memburu serta gemerisik serta goyangan tempat tidur lebih terang terdengar.


“Ssshh… hhemm… uughh… ugghh, terdengar nada dengusan serta nada orang seperti menahan suatu hal. Terang itu nada Bu Barusan yg ditindih suaminya.


Terdengar juga bunyi kecepak-kecepok, kelihatannya penis Pak Barusan tengah mengocok liang vagina Bu Barusan dengan penuh gairah. Aduuh, darahku naik ke kepala, penisku telah berdiri keras seperti kayu. Aku sungguh-sungguh iri memikirkan Pak Barusan menggumuli istrinya. Alangkah enaknya menyetubuhi Bu Barusan yg cantik serta bahenol itu.


“Oohh, sshh buuu, aku ingin keluar, sshh…. ssshh. . ” terdengar nada Pak Barusan tersengal-sengal. Suara kecepak-kecepok jadi cepat, serta lalu berhenti. Kelihatannya Pak Barusan telah ejakulasi serta tentu penisnya dibenamkan dalam-dalam kedalam vagina Bu Barusan. Selesailah telah persetubuhan dengan penuh gairah itu, aku pelan-pelan meninggalkan tempat itu dengan kepala berdenyut-denyut serta penis yg kemeng karna tegang dari barusan.


Sejak malam itu, aku jadi seringkali mengendap-endap mengintip kesibukan suami-istri itu ditempat tidurnya. Meskipun nako tidak terbuka sekali lagi, tetapi suaranya masih tetap terang terdengar dari sela-sela kaca nako yg tidak rapat benar. Aku jadi seperti detektip partikelir yg memerhatikan kesibukan mereka di sore hari.


Biasanya jam 21. 00 mereka masih tetap lihat tayangan TV, serta seterusnya mereka mematikan lampu serta masuk ke kamar tidurnya. Aku mulai lihat kondisi apakah aman utk mengintip mereka. Apabila aman, aku juga akan mendekati kamar mereka. Terkadang mereka cuma terlibat percakapan sebentar, terdengar bunyi gemerisik (mungkin menempatkan selimut) , lantas sepi. Tentu mereka selalu tidur.


Namun seandainya mereka masuk kamar, terlibat percakapan, terdengar ketawa-ketawa kecil mereka, jeritan lirih Bu Barusan yg kegelian (mungkin dia digelitik, dicubit atau diremas buah dadanya oleh Pak Barusan) , bisa di pastikan juga akan diteruskan dengan persetubuhan. Serta aku tentu dengarkan hingga usai. Rasa-rasanya seperti kecanduan dengan suara-suara Pak Barusan serta terutama nada Bu Barusan yg keenakan disetubuhi suaminya dengan penuh gairah.


Hari-hari setelah itu jalan seperti umum. Apabila aku berjumpa Bu Barusan juga biasa-biasa saja, tetapi tidak bisa disangkal, aku jadi jatuh cinta sama istri Pak Barusan itu. Orangnya memanglah cantik, serta tubuhnya padat diisi sesuai sama seleraku. Terutama pantat serta buah dadanya yg besar serta bagus. 

SELINGKUH ISTRI TETANGGA


Aku mengerti kalau hal tersebut akan tidak mungkin saja, karna Bu barusan istri orang. Kalau aku berani menggoda Bu Barusan tentu jadi kendala besar di kampungku. Bisa-bisa aku dipukuli atau diusir dari kampungku. Namun nasib orang tak ada yg tahu. Ternyata aku selanjutnya bisa nikmati keindahan badan Bu Barusan.


Disuatu hari aku mendengar Pak Barusan opname dirumah sakit, tukasnya operasi usus buntu. Jadi tetangga serta masih tetap bujangan aku banyak sekali waktu utk menengoknya dirumah sakit. Serta yg terutama aku coba bangun jalinan yg lebih akrab dengan Bu Barusan. Disuatu sore, aku menengok dirumah sakit berbarengan dengan adiknya Pak Barusan.


Sore itu, mereka setuju Bu Barusan juga akan digantikan adiknya menanti dirumah sakit, karna Bu Barusan telah sekian hari tidak pulang. Aku tawarkan diri utk pulang bersamaku. Mereka sepakat saja serta tambah berterima kasih. Selalu jelas kami telah merajut jalinan lebih akrab dengan keluarga itu.


Setelah mahgrib aku dengan Bu Barusan pulang. Dalam mobilku kami mulai mengobrol, perihal sakitnya Pak Barusan. Katanya satu minggu sekali lagi telah bisa pulang. Aku mulai berusaha untuk bicara lebih dekat sekali lagi, atau katakanlah kurang lebih ajar. Inikan peluang sangat bagus utk mendekatai Bu Barusan.


“Bu, maaf yaa. ngomong-ngomong Bu Barusan telah berkeluarga sekitaran 3 th. kok belum juga di beri momongan yaa”, kataku hati-hati.


“Ya, tersebut Dik Budi. Kami kan cuma lakoni. Mungkin Tuhan belum juga mengizinkan”, jawab Bu Barusan.

“Tapi anu tho bu… anuu. . bikinnya khan jalan selalu. ” godaku.

“Ooh apa, ooh. apabila itu sich iiiya Dik Budi” jawab Bu Barusan agak kikuk. Sebetulnya kan aku tahu, mereka tiap tiap minggunya minmal 2 kali bersetubuh serta terbayang kembali desahan Bu Barusan yg keenakan. Darahku makin berdesir-desir. Aku makin nekad saja.

“Tapi, kok belum juga sukses juga yaa bu? ” lanjutku.

“Ya, tersebut, kami berupaya selalu. Tapi ngomong-ngomong kapan Dik Budi kimpoi. Telah kerja, telah punyai mobil, cakep sekali lagi. Cepetan dong. Kelak keburu tua lhoo”, kata Bu Barusan.

“Eeh, benar nih Bu Barusan. Aku cakep niih. Ah kebetulan, tolong carikan aku Bu. Tolong carikan yg seperti Ibu Barusan ini lhoo”, kataku menggodanya.

“Lho, kok cuma seperti saya. Yang beda yg lebih cakep kan banyak. Saya khan telah tua, tidak baik lagi”, tukasnya sembari ketawa.

Aku mesti bisa manfaatkan kondisi. Mesti, Bu barusan mesti aku peroleh.


“Eeh, Bu Barusan. Kita kan tidak usah cepat-cepat nih. Dirumah Bu Barusan juga kosong. Kita mencari makan dahulu yaa. Mauu yaa bu, ingin yaa”, ajakku dengan penuh kecemasan jangan-jangan dia menampik.

“Tapi kelak kemaleman lo Dik”, jawabnya.

“Aah, baru jam tujuh. Ingin ya Buu”, aku sedikit memaksa.

“Yaa bagaimana yaa… ya deh terserah Dik Budi. Tapi tidak malam-malam lho. ” Bu Barusan sepakat. Batinku bersorak.

Kami berehenti di warung bakmi yg populer. Sembari makan kami selalu mengobrol. Jeratku makin aku persempit.


“Eeh, aku betul-betul tolong dicarikan istri yg seperti Bu Barusan dong Bu. benar nih. Soalnya begini bu, tapii eeh kelak Bu Barusan berang sama saya. Tidak usaah aku katakan saja deh”, kubuat Bu Barusan penasaran.

“Emangnya mengapa siih. ” Bu barusan memandangku penuh sinyal bertanya.

“Tapi janji tidak berang lho. ” kataku memancing. Dia mengangguk kecil.

“Anu bu… tapi janji tidak berang lho yaa. ”


“Bu Barusan selalu jelas aku terobsesi punyai istri seperti Bu barusan. Aku betul-betul bingung serta seperti orang hilang ingatan apabila pikirkan Bu Barusan. Aku mengerti ini tidak benar. Bu Barusan kan istri tetanggaku yang perlu aku hormati. Aduuh, maaf, maaf sekali bu. aku telah kurang ajar sekali”, kataku menghiba. Bu Barusan melongo, memandangiku. sendoknya tidak merasa jatuh di piring. Bunyinya mencengangkan dia, dia tersipu-sipu, tidak berani memandangiku sekali lagi.

ISTRI TETANGGA KU YANG MENGODA


Hingga usai kami jadi berdiam-diaman. Kami pergi pulang. Dalam mobil aku berfikir, ini telah telanjur basah. Katanya lelaki mesti nekad utk menundukkan wanita. Nekad kupegang tangannya dengan tangan kiriku, sesaat tangan kananku memegang setir.


Diluar sangkaanku, Bu Barusan balas meremas tanganku. Batinku bersorak. Aku tersenyum penuh kemenangan. Tidak ada kalimat, batin kami, perasaan kami sudah bertaut. Fikiranku melambung, melayang. Mendadak ada sepeda motor menyalib mobilku. Aku kaget.


“Awaas! hati-hati! ” Bu Barusan menjerit kaget.

“Aduh nyalib kok nekad sangat siih”, gerutuku.

“Makanya apabila nyetir jangan sampai macam-macam”, kata Bu barusan. Kami tertawa. Kami tidak membisu sekali lagi, kami ngomong, ngomong apa sajakah. Kebekuan cair telah. Hingga dirumah aku cuma hingga pintu masuk, aku lantas pamit pulang.


Dirumah aku berusaha untuk tidur. Tidak dapat. Nonton tayangan TV, tidak nyaman juga. Aku selalu memikirkan Bu Barusan yg saat ini sendirian, cuma ditemani pembantunya yg tua di kamar belakang. Ada dorongan sangatlah kuat utk mendatangi tempat tinggal Bu Barusan.


Berani nggaak, berani tidak. Kenapa tidak berani. Tak tahu setan mana yg mendorongku, tahu-tahu aku telah keluar tempat tinggal. Aku mendatangi kamar Bu Barusan. Dengan berdebar-debar, aku ketok pelan-pelan kaca nakonya, “Buu Barusan, aku Budi”, kataku lirih. Terdengar gemerisik tempat tidur, lantas sepi.


Mungkin saja Bu Barusan bangun serta takut. Bisa juga menduga aku maling. “Aku Budi”, kataku lirih. Terdengar gemerisik. Kain gordin terbuka sedikit. Nako terbuka sedikit. “Lewat belakang! ” kata Bu Barusan. Aku menuju ke belakang ke pintu dapur.


Pintu terbuka, aku masuk, pintu tertutup kembali. Aku tidak tahan sekali lagi, Bu Barusan aku peluk erat-erat, kuciumi pipinya, hidungnya, bibirnya dengan lembut serta mesra, penuh kerinduan. Bu Barusan membalas memelukku, berwajah disusupkan ke dadaku.


“Aku tidak dapat tidur”, bisikku.

“Aku juga”, tukasnya sembari memelukku erat-erat.


Dia melepas pelukannya. Aku dibimbingnya masuk ke kamar tidurnya. Kami berpelukan sekali lagi, berciuman sekali lagi dengan penuh gairah. “Buu, aku kangen bangeeet. Aku kangen”, bisikku sembari selalu menciumi serta membelai punggungnya. Gairah kami makin menggebu-gebu.


Aku ditariknya ke tempat tidur. Bu Barusan membaringkan dianya. Tanganku menyelinap ke buah dadanya yg besar serta empuk, aduuh sangat nikmat, kuelus buah dadanya dengan lembut, kuremas pelan-pelan. Bu Barusan menyingkapkan dasternya ke atas, dia tidak menggunakan BH. Aduh buah dadanya terlihat putih serta menggung. Aku tidak tahan sekali lagi, kuciumi, kukulum pentilnya, kubenamkan wajahku di ke dua buah dadanya, hingga aku tidak dapat bernapas.


Sesaat tanganku merogoh kemaluannya yg berbulu tidak tipis. Celana dalamnya kupelorotkan, serta Bu Barusan melanjutkan ke bawah hingga lepas dari kakinya. Dengan sigap aku melepas sarung serta celana dalamku. Penisku segera tegang tegak menantang.

0 comments: