SEO page contents SEO page contents KISAH KU DENGA MAJIKAN KU ~ VIDIO SEX KUNJUNGI KAMI LEBIH BANYAK VIDEO YANG MENARIK HANYA DI WWW.GAJAHQQ.COM DARI AYO BURUAN KUNJUNGI WEBNYA YA NANTI KAMI AKAN SELALU UPDATE :D

Bonus 10% untuk member baru

Friday, April 27, 2018

KISAH KU DENGA MAJIKAN KU

KISAH KU DAN MAJIKANKU DARI BENCI JADI SUKA






VIDIO SEX - Didalam ruang itu tampak sunyi sebagian dari mereka tidak mampu menyaksikan dua orang suami istri terbujur kaku, sedang di sebelahnya ada anak yang masih tetap berumur 11 th. yang tengah menangisi ke dua orang tuanya, karna terasa kasihan aku memohon izin suamiku untuk menemuinya, sesudah beroleh izin aku lantas hampiri anak itu menginginkan mampu menentramkan hati anak itu.


Anak itu tetaplah menangis, sebagian detik dia memandangku serta tak lama setelahnya dia segera memelukku dengan air mata yang bergelinang,
“tante, hiks…hiks… Aldi tidak pengen sendirian, Aldi pengen bunda, papa…” dengan penuh rasa kasih sayang aku mengelus punggungnya menginginkan mampu memperingan bebannya,


“tante… bangunin bunda, ”katanya sembari memukul pundakku, aku makin tidak kuasa mendengar tangisnya, jadi air matakupun turut jatuh, “Aldi, janganlah sedih sekali lagi ya? Hhmm… kan masih tetap ada tante sama om, ” aku menyaksikan ke belakang ke arah suamiku sembari memberi kode, suami ku mengangguk bertanda dia sepakat dengan usulku.


“Mulai saat ini Aldi bisa tinggal dengan tante serta om, gi mana? ” tawarku sembari memeluk erat kepalahnya. Sebelum lebih jauh mohon beri ijin aku untuk mengenalkan diri, namaku Lisa umur 25 th. aku menikah di umur muda karna ke-2 orang tuaku yang menginginkannya, kehidupan keluargaku sangaatlah baik, baik itu dari sisi ekonomi ataupun dari sisi jalinan intim, namun seperti pepata yang menyebutkan tak ada gading yang tidak retak.


AWAL PERTAMA AKU DIPERKOSA





Demikian halnya dengan hidupku kendati aku punyai suami yang begitu mencintaiku namun sepanjang 4 th. kami menikah kami belum pula dikaruniai seseorang anak jadi kehidupan keluarga kami merasa ada yang kurang, namun untungnya aku memiki seseorang suami yg tidak perna mengeluh karna tidak bisanya aku memberi anak


Untuk dia untuk membalas budi baik kakakku, aku serta suamiku memastikan untuk menjaga anaknya Aldi karna kami fikir apa salah berasumsi Aldi jadi anak sendiri daripada aku serta suamiku mesti mengangkat anak dari orang yang lain,



Telah 1 minggu Aldi tinggal dengan kami, perlahan-lahan ia mulai miliki kebiasaan dengan kehidupannya yang baru, aku serta suamiku juga meresa begitu suka sekali karna sejak kemunculannya kehidupan kami jadi lebih berwarna, suamiku makin semangat waktu bekerja serta sedang aku saat ini punyai aktivitas baru yakni menjaga Aldi,


Hari ini yaitu hari pertama Aldi bersekolah jadi aku begitu semangat sekali, sesudah semua telah beres aku memohon pak Rojak untuk mengantarkan Aldi ke sekolahnya yang baru, sebagian waktu Aldi terseyum ke arahku sebelumnya dia pergi ke sekolah. Seperti biasanya ibu rumah-tangga, aku merencanakan buat persiapan makanan yang special untuk Aldi jadi aku memastikan untuk memasak suatu hal di dapur,


Namun waktu aku mengambil langkah ke dapur mendadak kakiku merasa kaku waktu menyaksikan hadirnya pak Isa yang tengah melaksanakan jalinan intim dengan mba Ani, mereka yg tidak memahami kehadiranku masih tetap asik dengan permainan mereka.“Hmm… APA-APAAN INI? ” bentakku ke pada mereka, mendengar suaraku mereka tampak tanpak kaget menyaksikan ke hadiranku, “kalian betul-betul tidak bermoral, bikin malu sekali! ” .


Mereka tanpak terdiam sembari membereskan kembali busana mereka semasing, sebagian waktu aku menyaksikan penis pak Isa yang tampak masih tetap begitu tegang, sesungguhnya aku begitu terperanjat menyaksikan ukuran penis pak Isa yang besar serta berurat, berlainan sekali dengan suamiku. 


DARI MENOLAK SAMPAI AKU YANG MEMINTA




“Maaf… anda betul-betul wanita murahan, kamu paham.kamu mengerti kan pak Isa itu telah miliki istri mengapa anda masih pula menggoda pak Isa, anda itu cantik mengapa tidak mencari yang sebaya denganmu? ” emosiku makin mencapai puncak waktu mengingat bi Mar istri dari pak Isa, “saya tidak menganggap nyatanya anda yang begitu saya hormati nyatanya tidak lebih dari binatang, begitu teganya anda menghianati istri anda sendiri, ” berkali-kali aku menggelengkan kepalahku, sembari menunjuk ke arahnya,


“maaf Bu ini semuanya salah saya, janganlah salahkan Ani” kata pak Mar yang membela Ani,

“mulai saat ini kalian saya PECAT, serta janganlah perna menyentuh mau pun mencapai tempat tinggal ini, KELUAR KALIAN SEMUA!! ” bentakku


Mendengar perkataanku Ani tampak pucat tidak menyangkah bila tingkah laku dapat membuatnya kehilangan pekerjaan, sedang pak Isa tampak tenang-tenang saja lebih-lebih pak Isa tanpak terseyum sinis,

“he.. he… Ibu percaya dengan ketentuan Ibu, ” pak Isa tertawa mendengar perkataanku, perlahan-lahan pak Isa mendekatiku, “jangan perna main-main dengan saya Bu, ” ancamnya dengan begitu sigap pak Isa menangkap ke-2 tanganku,


“apa-apaan ini bebaskan saya, atau saya juga akan berteriak, ” aku coba meneror balik mereka yang tengah coba mengikat ke-2 tanganku,

“teriak saja Bu, akan tidak ada orang yang mendengar, ” timpal Ani sembari menolong pak Isa mengikat ke-2 tanganku,


“kalian biadab, tidak tau terimakasih ****** kalian! ” air mataku tidak bisa kubendung sekali lagi waktu jari-jemari pak Isa mulai merabahi pahaku yang putih,


“ja-jangan, pengen apa kalian bebaskan saya ku mohon janganlah ganggu saya, ” kataku di sela-sela isak tangis,

“siapa suruh ikut serta masalah saya, he…he… maaf bu nyatanya hari ini yaitu hari keberuntungan saya, serta hari yang sil untuk Ibu, ” makin lama aku terasa tangannya makin dalam masuk dasterku,


“tidak dikirah yang diimpikan saya pada akhirnya terkabul juga, ”” sambungnya sembari meremasi paha sisi dalamku,

“makanya Bu janganlah sukai ikut serta masalah orang, ” saat ini giliran Ani yang menceramahiku,

“ya, saya ngaku salah tolong lepasin saya, ” saat ini aku cuma mampu memohon supaya mereka sedikit iba melihatku, namun sayangnya apa yang kuharapkan tidak berlangsung, pak Isa tanpa ada makin buas memainkan diriku


Aku cuma mampu menyaksikan pasrah waktu dasterku lepas dari badanku, ke-2 payudaraku yang memanglah telah tidak ditutupi apa-apa sekali lagi mampu dia nikmati, jari-jarinya yang kasar mulai memainkan selangkanganku,

“sslluupss…sslluuppss… hhmm…. mari Bu puaskan saya? ” pinta pak Isa, sembari mengulum payudaraku berkali-kali lidahnya menyapu putting susuku yang mulai mengeras, 


“ko’ memiawnya basah bu, he…he…” memanglah mesti disadari, badanku tidak bisa membohonginya kendati bibirku berkata tidak,

“wa…wa… Ibukan telah miliki suami ko’ masih pula menggoda laki orang yang lain, tidak malu ya Bu, ” Ani melotottiku seakan-akan menginginkan membalas perkataanku barusan, “dasar wanita munafik, saat ini Ibu tau kan mengapa saya tertarik pada pak Isa, ”bentak Ani kepadaku, jadi buat hatiku merasa sangat sakit mendengarnya,


“aahhkk… pak, hhmm…. pak telah janganlah di terusin…” kataku dengan kaki yg tidak mampu diam waktu jarinya menyelusup dalam vaginaku yang telah banjir, perlahan-lahan kurasakan jari telunjuknya menyelusuri belahan vaginaku,

“oo… enak ya? he…he…” pa Isa tertawa melihatku yang telah makin terangsang, leherku merasa basah waktu lidah pak Isa menjilati leherku yang tahap,

Dengan begitu kasarnya pak Isa menarik celana dalamku, jadi vaginaku yg tidak di tumbuhi rambut sehelaipun tampak olehnya, aku sangat rajin mencukur rambut vaginaku supaya tampak lebih bersi serta seksi.


Ani berjongkok di sela-sela kakiku, camera Hp di tujukan persis dimuka vaginaku yang saat ini telah tidak tertutupi oleh sehelai kain, tanpa ada pikirkan perasaanku pak Isa buka bibir vaginaku jadi sisi dalam vaginaku mampu di rekam terang oleh Ani, berkali-kali jari telunjuk pak Isa menggesek clitorisku,


“ohk pak plisss.. jangan…? saya malu…” aku terasa begitu malu sekali di perlakukan sesuai sama itu, baru kesempatan ini aku bertelanjang dimuka orang yang lain bukan hanya suamiku sendiri,

“Ha…ha… malu mengapa Bu? ****** saja tidak malu tidak pakai pakaian masa ibu malu si…” ujarnya yang makin merendahkan derajatku, sesudah senang mempertontonkan vaginaku dimuka camera, pak Isa bertukar tempat dengan Ani untuk memegangi kakiku sedang pak Isa berjongkok pas di bawa vaginaku,


Dengan begitu lembut pak Isa menciumi pahaku kiri serta kanan dengan bertukaran, makin lama jilatannya makin ke atas menyentuh pinggir vaginaku,

“aahkk… telah pak, terasa begitu geli hhmm…” aku berupaya sekuat tenaga mengatupkan ke-2 kakiku namun usahaku percuma saja, dengan begitu rakus pak Isa menjilati vaginaku yang berwarna pink, sedang Ani tanpa ada senang menyaksikan ke adaanku yang tidak berdaya,


“oke, hhmm… bila demikian papa turut saya” kataku dengan nada yang bergetar, karna telah tidak paham sekali lagi mesti melaksanakan apa, dia terseyum senang melihatku tidak berdaya dengan permintaanya,

“maaf Bu, saya inginnya disini bukan hanya ditempat beda, ” ujarnya dengan nada yang cukup terang,




sesudah berkata sesuai sama itu pak Rojak segera memelukku dengan erat jadi aku susah bernafas, “hhmm… bauh badan ibu betul-betul menggoda saya, ” perlahanku rasakan lidahnya menjulur ke leherku

“pak ku mohon, janganlah di sini” pintaku ke kepadanya,




Pak Rojak yang menyadari kekhawatiranku segera membalik badanku menghadap daun pintu kamarku yang sedikit terbuka,

“Ibu dapat pikirkan bila hingga orang yang tengah didalam kamar Ibu tahu apa yang tengah Ibu kerjakan, ” ancamnya sembari menarik rambutku jadi aku mesti tutup mulutku dengan telapak tanganku supaya nada terikanku tidak terdengar oleh suami serta anakku,







“Pak ku mohon janganlah disini, ” aku cuma dapat menurut saja waktu pak Rojak menyuruhku untuk menungging dengan tangan yang menyentuh lantai, sedang wajahku menghadap ke celah pintu kamarku yang terbuka,

“tahan ya Bu, ” ujarnya sembari membuka dasterku, jadi celana dalamku yang berwarna hitam terpampang dimuka matanya, dengan begitu kasar pak Rojak meremas ke-2 buah pantatku yang padat jadi aku tidak tahan tidak untuk mendesah,







“aahkk.. pak hhmm.. ja-jangan disini pak, ” pak Rojak diam saja tidak mendengar kata-kataku tapi pak Rojak makin membuatku terangsang dengan mengelus belahan vaginaku dari belakang,

“kalau anda tidak pingin ketahuan janganlah bicara, ” bentak pak Rojak sembari memukul pantatku

“ta-tapi pak, oohhkk… aku tidak kuat, ” kataku dengan nada yang begitu perlahan, “ku mohon pak mengertilah, ”







Pak Rojak seakan-akan tidak pingin tahu, saat ini dengan rakusnya pak Rojak menjilati vaginaku yang masih tetap tertutup celana dalamku, jadi aku terasa celana dalamku terlihat makin basah oleh air liurnya. Sesudah senang menciumi vaginaku pak Rojak memohonku untuk buka celana dalamku sendiri masih tetap dengan tempat menungging. Begitu susah bagiku untuk membebaskan celana dalamku dengan tempat menungging belumlah lagi aku mesti bekonsentrasi supaya suaraku tidak keluar dengan keras kendati selanjutnya aku sukses turunkan celana dalamku hingga ke lutut,




“hhuuu… mantab…. ” ujarnya sembari merabahi vaginaku dari belakang, “kamu pengen tahukan bagaimana terasa ngent*t dimuka suamimu sendiri, ” ujarnya sekali lagi sembari menunjuk ke arah suamiku yang tengah mengajari anaku Aldi,

“pak, ja-jangan…” aku begitu takut sekali bila suamiku menyaksikan ke arahku, mendadak aku di kejutkan dengan jari telunjuk pak Rojak yang segera masuk vaginaku jadi aku terpekik cukup keras,

“sayang… ada apa? ” kata suamiku dari dalam, waktu mendengar suaraku.







“aahkk… tidak pa, hanya hhmm.. barusan ada tikus lewat, ” jawabku sembarangan supaya suamiku tidak berprasangka buruk ke padaku, namun untungnya suamiku tidak menyaksikan ke arahku, dalam ke adaan terjepit begini pak Rojak masih tetap asik mempermainkan vaginaku dari belakang,

“ada tikus?? ” ujarnya sekali lagi seakan-akan tidak yakin, “apa butuh ayah yang usir, ” mendengar tawarannya nafasku teras berhenti namun untungnya aku banyak akal,

“aahhgg… tidak usah hhmm.. pa…” kataku terputus-putus menahan rasa nikmat yang di tambahkan pak Rojak kepadaku, untungnya suamiku tidak berprasangka buruk dengan suaraku,







“asyikan Bu, bercakap dengan suami sembari di mainin memiawnya, ” aku memandangnya dengan muka yang memerah karna nafsuku telah di puncak, “ko’ diam cepat ajak suami Ibu bercakap, ” mendengar perkataanya aku segera melotot ke arahnya, “Ibu pengen bila suami Ibu tau apa yang saat ini Ibu lakukan, ” mendengar ancamannya aku kembali terdiam,







Dengan terpaksa sekali aku kembali mengajak suamiku mengobrol, kendati didalam hati aku terasa khawatir takut bila suamiku memahami suaraku yang beralih jadi desahan,

“paaa… ma-mau minum apa? ” tanyaku yang saat ini tengah diperkosa oleh pak Rojak, tanpa ada kusadari pak Rojak telah memposisikan penisnya dimuka ibir vaginaku jadi berkali-kali aku terpanjat waktu pak rojak menghantamkan penisnya dengan begitu keras kedalam vaginaku,







“terserah bunda saja… ayah sama Aldi turut saja, ”

“iya ma, apa saja seandainya enak, ” sambung Aldi,




Saat untuk saat udah berlalu jadi hingga pada akhirnya sikapku beralih jadi sedikit liar serta mulai tertarik pada langkah pak Rojak memperkosaku kendati awal mulanya hatiku merasa miris sekali di perlakukan begini,

“aahk…. pak hhmm.. enak, ” aku melenggu panjang waktu orgasme melandahku, saat ini perkosaan yang ku alami bertukar dengan perselingkuhanku dengan pembantuku,







“ohhk… memiaw istri majikan nyatanya enak sekali, ahhkk…” ujarnya yang terus menerus menggoyang penisnya didalam vaginaku,

“pak… aahhkk… eehkk… aku, hhmm… menginginkan keluarrr, uuhhkk…” kesempatan ini suaraku terdengar begitu manja




Sebagian menit selanjutnya kami mengerang berbarengan waktu kesenangan menempa kami berdua, sesudah terasa senang aku serta pak Rojak kembali membereskan busana kami semasing, sebelumnya pak Rojak pergi meninggalkanku pernah tampak seyumannya yang tersungging di bibirnya.




Sesudah membikinkan minuman aku kembali lagi kamarku menjumpai anak serta suamiku, mereka tampak tanpak suka sekali melihatku ada dengan membawa makanan dan minuman kecil,

“ini di minum dahulu, kelak baru di lanjutin sekali lagi, ” kataku sembari meletakan cangkir serta piring diatas meja kecil yang di pakai Aldi untuk belajar,







“makasi mama…” kata Aldi yang segera saja menyambar minuman yang baru ku buat, tak tahu mengapa setiap saat menyaksikan Aldi hatiku merasa jadi damai, serta semuanya persoalan seperti terlupakan,

Aku terasa sedikit aneh, waktu suamiku memandangku dengan tatapan mencurigakan jadi aku berkemauan kuat untuk ajukan pertanyaan ke kepadanya,

0 comments: